Halaman

Minggu, 31 Agustus 2014

PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK DAN MODEL PEMBELAJARAN



Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam STRATEGI PEMBELAJARAN. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1.    Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.    Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif  untuk mencapai sasaran.
3.    Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.    Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1.    Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil  perilaku dan pribadi peserta didik.
2.    Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling  efektif.
3.    Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik  pembelajaran.
4.    Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something= rencana operasi mencapai sesuatu” sedangkan metode adalah “a way in achieving something (Wina Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran)

Senjaya (2008). Jadi, METODE PEMBELAJARAN dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, TEKNIK PEMBELAJARAN dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara TAKTIK PEMBELAJARAN merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan MODEL PEMBELAJARAN. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) The Information-Processing Family of Models (model pengolahan informasi); (2) The Social Family of Models (model pengajaran sosial); (3) The Personal Family of Models (model pengajaran personal); dan (4) The Behavioral System Family of Model (model sistem-sistem perilaku). Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:




Text Box: Model PembelajaranText Box: Model Pembelajaran
 





















Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah DESAIN PEMBELAJARAN. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang- kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

TAKSONOMI



Prinsip Dasar Penyusunan Taksonomi
Ada 4 buah prinsip dasar yang digunakan Bloom dan Krathwohl dalam melahirkan taksonomi, yaitu:
1.      Prinsip metodologis (cara guru mengajar)
2.      Prinsip psikologis (fenomena kejiwaan)
3.      Prinsip logis (logis dan konsisten)
4.      Prinsip tujuan (keselarasan antara tujuan dan nilai-nilai)
Latar Belakang Revisi Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.      Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.      Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.      Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Bloom memimpin pengembangan ranah kognitif yang menghasilkan enam tingkatan kognitif. Tingkatan paling sederhana adalah pengetahuan, berikutnya pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian yang lebih bersifat kompleks dan abstrak. Sedangkan ranah afektif yang berdasarkan penghayatan dipimpin oleh David R. Krathwohl, ranah psikomotorik yang berhubungan dengan gerakan refleks sederhana ke gerakan syaraf dipimpin oleh Anita Harrow.
Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga seringkali menimbulkan kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi) pembelajaran. Akhirnya tahun 1990 seorang murid Benjamin Bloom yang bernama Lorin W. Anderson melakukan penelitian dan mengasilkan perbaikan terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun 2001. Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya adalah penggambaran proses berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking) ke proses berfikir tingkat tinggi (high order thinking).
PERBEDAAAN TAKSONOMI BLOOM DAN ANDERSON
TAKSONOMI BLOOM
TAKSONOMI ANDERSON
Pengetahuan
Mengingat
Pemahaman
Memahami
Penerapan
Menerapkan
Analisis
Menganalisis
Sintesis
Menilai
Penilaian
Menciptakan
Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan proses paling rendah. Sedangkan menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling tinggi. Ini sangat logis, karena orang baru bisa mencipta bila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut Anderson dan Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karena itu mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk  gerund yaitu remembering (ingatan), understanding (pemahaman) , applying (penerapan), analysis (analisis), evaluation (penilaian) dan creation (penciptaan) dan seterusnya. Terminologi ini  lebih menggambarkan kompetensi secara spesifik. Istilah knowledge mewakili kata benda umum yaitu pengetahuan. Berbeda dengan remembering yang bermakna ingatan; kata ini memiliki arti sebuah kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan membaca, mendengar, melakukan dan sejenisnya.
Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan tingkat kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi yaitu creation.  Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan  akumulasi dari kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation (penciptaan).

DIMENSI TAKSONOMI ANDERSON
KATEGORI
KATA KUNCI
Remembering (ingatan): can the student recall or remember the information? Dapatkah peserta didik mengucapkan atau mengingat informasi?
Menyebutkan definisi, menirukan ucapan, menyatakan susunan, mengucapkan, mengulang, menyatakan
Understanding (pemahaman): Dapatkah peserta didik menjelaskan konsep, prinsip, hukum atau prosedur?
Mengelompokkan, menggambarkan, menjelaskan identifikasi, menempatkan, melaporkan, menjelaskan, menerjemahkan, pharaprase.
Applying (penerapan): Dapatkah peserta didik menerapkan pemahamannya dalam situasi baru?
Memilih, mendemonstrasikan, memerankan, menggunakan, mengilustrasikan, menginterpretasi, menyusun jadwal, membuat sketsa, memecahkan masalah, menulis
Analyzing (analisis): Dapatkah peserta didik memilah bagian-bagian berdasarkan perbedaan dan kesamaannya?
Mengkaji, membandingkan, mengkontraskan, membedakan, melakukan deskriminasi, memisahkan, menguji, melakukan eksperimen, mempertanyakan.
Evaluating (evaluasi): Dapatkah peserta didik menyatakan baik atau buruk terhadap sebuah fenomena atau objek tertentu?
Memberi argumentasi, mempertahankan, menyatakan, memilih, memberi dukungan, memberi penilaian,  melakukan evaluasi
Creating (penciptaan): Dapatkah peserta didik menciptakan sebuah benda atau pandangan?
Merakit, mengubah, membangun, mencipta, merancang, mendirikan, merumuskan, menulis.
(Siana, 2012)

Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension (dimensi proses kognisi). Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl dapat digambarkan dengan tabel berikut.


The Taxonomy Table
Dimensi Pengetahuan
(The Knowledge Dimension)
Dimensi Proses Kognisi (The Cognitive Process Dimension)
Ingatan
(remember)
Pemahaman
(understand)
Penerapan
(apply)
Analisis
(analyze)
Penilaian
(evaluate)
Penciptaan
(create)
Pengetahuan Faktual
(Factual Knowledge)






Pengetahuan Konseptual
(Conceptual Knowledge)






Pengetahuan Prosedural
(Procedural Knowledge)






Pengetahuan Meta-Kognisi
(Meta-Cognitive Knowledge)






(LorinW. Anderson and David R. Krathwohl, 2001)

DIMENSI PENGETAHUAN
JENIS UTAMA DAN JENIS SUB
CONTOH
A.  PENGETAHUAN FAKTUAL            
Siswa harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara memecahkan masalah di dalamnya.
1)   Pengetahuan tentang terminologi
2)   Pengetahuan tentang rincian spesifik dan elemen
Teknis kosakata, simbol musik.
Sumber utama, sumber informasi yang dapat diandalkan.
B.  PENGETAHUAN KONSEPTUAL    
Keterkaitan diantara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama.
1)   Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori
2)   Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
3)   Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
a.    Periode waktu geologi, bentuk-bentuk kepemilikan bisnis.
b.    Teorema pythagoras, hukum penawaran dan permintaan.
c.    Teori evolusi, struktur kongres.
C.  PENGETAHUAN PROSEDURAL    
Bagaimana melakukan sesuatu, metode penyelidikan, dan kriteria untuk menggunakan keterampilan, algoritma, teknik, dan metode.
1)      Pengetahuan tentang subjek-keterampilan khusus dan algoritma
2)      Pengetahuan tentang subjek khusus teknik dan metode
3)      Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat
a.    Keterampilan yang digunakan dalam lukisan dengan warna air, seluruh nomor algoritma pembagian.
b.    Teknik wawancara, metode ilmiah.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menerapkan prosedur yang melibatkan hukum kedua Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan dari
penggunaan metode tertentu untuk memperkirakan biaya bisnis.
D.  PENGETAHUAN METAKOGNITIF
Pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi sendiri.
1)      Pengetahuan strategis



2)      Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang tepat

3)      Pengetahuan diri
a.    Pengetahuan menguraikan sebagai sarana menangkap struktur dari unit materi pelajaran dalam buku teks, pengetahuan tentang penggunaan heuristik.
b.    Pengetahuan tentang jenis tes khusus, mengelola pengetahuan dari tuntutan kognitif dari tugas yang berbeda.
c.    Pengetahuan mengkritisi diri adalah kekuatan pribadi, sedangkan menulis esai adalah kelemahan pribadi, kesadaran tingkat pengetahuan sendiri



 (Anderson W. Lorin, Classroom Assessment, 2003)

Keterangan
1.      Pengetahuan faktual (Factual Knowledge): pengetahuan berbentuk fakta seperti nama, nomor, jumlah, tahun, alamat dan sejenisnya. Misalnya tahun lahirnya Ki Hajar Dewantara, jumlah rakaat shalat, nama presiden Indonesia pertama dan sebagainya.
2.      Pengetahuan konseptual (Conceptual Knowledge): pengetahuan berbentuk konsep, hukum, dan prinsip. Contoh definisi puasa, hokum archimides, prinsip kerja AC dan sejenisnya.
3.      Pengetahuan prosedural (Procedural Knolwledge): pengetahuan berbentuk cara melakukan sesuatu. Contoh: langkah-langkah membuat teh tubruk, prosedur menerbangkan pesawat terbang, langkah menyusun modul dan sejenisnya.
4.      Pengetahuan metakognisi (Meta-cognition Knowledge): sering disebut a process of thinking about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi dan strategi terkait dengan penerapan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar. Juga sering diartikan sebagai sebuah kesadaran otomatis (automatic awareness) yang timbul karena pengetahuan dan kemampuan melakukan pengendalian (control) dan memanipulasi proses kognitif. Contoh, seorang peserta didik menyadari bahwa gaya belajar yang dimilikinya adalah visual, maka dia memilih video pembelajaran sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajarnya.

STRUKTUR DIMENSI PROSES KOGNISI (Cognitive Process Dimension)
KATEGORI & PROSES KOGNISI
NAMA ALTERNATIF
DEFINISI DAN CONTOH
1.  INGATAN  ;     Mengambil pengetahuan relevan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali
Mengidentifikasi
Mencari pengetahuan dalam memori jangka panjang yang konsisten dengan materi yang disampaikan (misalnya, Kenali tanggal peristiwa penting dalam sejarah AS)
1.2  Mengingat
Mengambil
Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang (misalnya, Ingat tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah AS)
2.   PEMAHAMAN ;  Membangun makna dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan komunikasi grafis
2.1    Menafsirkan




2.2    Mencontohkan




2.3   Mengklasifikasi




2.4   Meringkas




2.5   Menyimpulkan





2.6   Membandingkan




2.7   Menjelaskan
Klarifikasi,
parafrase
mewakili
menerjemahkan

Menggambarkan,
instantiating



Mengkategorikan,
subsuming



Abstrak,
generalisasi



Penutup,
ekstrapolasi,
interpolasi,
memprediksi


Kontras,
pemetaan,
sesuai


Membangun
model
Mengubah dari satu bentuk representation (misalnya, numerik) ke bentuk yang lain (misalnya pidato, dan dokumen)

Menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari suatu konsep atau prinsip (misalnya, Berikan contoh gaya lukisan varicusartistik

Menentukan sesuatu yang termasuk dalam kategori (misalnya, klasifikasikan kasus yang diamati atau dijelaskan dari gangguan mental)

Abstrak tema umum atau titik utama (misalnya, Menulis ringkasan singkatdari acara yang digambarkan pada rekaman video)

Mengambil kesimpulan logis dari informasi yang disajikan (misalnya, Dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan prinsip gramatikal dari contoh yang ada)

Mendeteksi korespondensi antara dua ide, benda, dan sejenisnya (misalnya, peristiwa sejarah dibandingkan dengan situasi kontemporer)

Membangun model sebab-akibat dari suatu sistem (misalnya, Jelaskan penyebab peristiwa penting abad ke-18 di Perancis)
3.  PENERAPAN ;  Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu
3.1    Menjalankan





3.2    Mengimplementasikan

Melaksanakan





Menggunakan
Menerapkan prosedur untuk mengerjakan tugas (misalnya, digit nomor satu keseluruhan dengan nomor lain keseluruhan,baik dengan digit ganda)

Menerapkan prosedur untuk tugas asing (misalnya, Gunakan Hukum Kedua Newton dalam situasi di mana itu tepat)
4. ANALISIS ; Memilah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan satu sama lain dan struktur keseluruhan atau tujuan.
4.1    Membedakan






4.2    Mengorganisir






4.3    Menghubungkan
Diskriminatif,
membedakan,
fokus,
memilih



Temuan
koherensi,
mengintegrasikan,
menguraikan,
parsing,
penataan

Mendekonstruksi
Membedakan sesuatu yang relevan dari bagian yang tidak relevan atau penting dari bagian materi yang disampaikan (misalnya, bedakan antara angka yang relevan dan tidak relevan dalam bahasa matematis)

Menentukan bagaimana elemen yang cocok atau berfungsi dalam struktur (misalnya, Struktur bukti dalam deskripsi sejarah menjadi bukti dan penjelasan terhadap resiko artikular sejarah)

Tentukan point pandang, nilai-nilai, atau bahan yang disajikan yang mendasar (misalnya, Tentukan sudut pandang penulis esai dalam hal nya atau perspektif politik nya)
5.  EVALUASI ; Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar
5.1    Memeriksa










5.2    Mengkritik
Koordinasi,
mendeteksi,
pemantauan,
pengujian







Menilai
Mendeteksi inkonsistensi dari fallacies dalam proses atau produk, Menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal, detecting efektivitas prosedur seperti yang sedang dilaksanakan (misalnya,
Menentukan apakah kesimpulan seorang ilmuwan diikuti dari data yang diamati)

Mendeteksi  konsistensi antara produk dan kriteria eksternal, menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi kesesuaian prosedur untuk masalah tertentu (misalnya, Hukum yang dari dua metode adalah cara terbaik untuk memecahkan masalah yang diberikan)
6. PENCIPTAAN ; Masukan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional, mengenali unsur-unsur ke dalam pola baru atau struktur.
6.1    Membuat




6.2    Merencanakan





6.3    Memproduksi
Hipotesa




Merancang





Membangun
Datang dengan hipotesa berdasarkan kriteria (misalnya, Hasilkan hipotesa untuk menjelaskan fenomena yang diamati)

Merancang prosedur untuk menyelesaikan beberapa tugas (misalnya, Rencanakan sebuah makalah penelitian tentang topik sejarah tertentu)

Menciptakan suatu produk (misalnya, Membangun habitat untuk tujuan tertentu)
 (Anderson W. Lorin. Classroom Assessment, 2003)





Kata Kerja Operasional pada Dimensi Proses Kognisi dalam Taksonomi Anderson

Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Kognitif (Anderson)

1.        Mengingat: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan
2.        Memahami: Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhana-kan, dan membuat perhitungan
3.        Menerapkan : Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan.
4.        Menganalisis :Memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola
5.        Menilai: Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?.
6.        Menciptakan : Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang jelas

KATA KERJA OPERASIONAL TAKSONOMI ANDERSON
Mengingat
Memahami
Menerapkan
Menganalisis
Menilai
Menciptakan
Memilih
Menguraikan
Mendefinisikan
Menunjukkan
Memberitabel
Mendaftar
Menempatkan
Memadankan
Mengingat
Menamakan
Menghilangkan
Mengutip
Mengenali
Menentukan
Menyatakan
Menggolongkan
Mempertahankan
Mendemonstrasikan
Membedakan
Menerangkan
Mengekspresikan
Mengemukakan
Memperluas
Membericontoh
Menggambarkan
Menunjukkan
Mengaitkan
Menafsirkan
Menaksir
Mempertimbangkan
Memadankan
Membuatungkapan
Mewakili
Menyatakankembali
Menuliaskembali
Menentukan
Merangkum
Mengatakan
Menerjemahkan
Menjabarkan
Menerapkan
Menentukan
Mendramatisasikan
Menjelaskan
Menggeneralisasikan
Memperkirakan
Mengelola
Mengatur
Menyiapkan
Menghasilkan
Memproduksi
Memilih
Menunjukkan
Membuatsketsa
Menyelesaikan
Menggunakan
Menganalisis
Mengategorikan
Mengelompokkan
Membandingkan
Membedakan
Mengunggulkan
Mendiversivikasikan
Mengidentifikasi
Menyimpulkan
Membagi
Merinci
Memilih
Menentukan
Menunjukkan
Melaksanakan survei
Menghargai
Mempertimbangkan
Mengkritik
Mempertahankan
Membandingkan
Memilih
Menentukan
Menggabungkan
Mengombinasikan
Mengarang
Mengkonstruksi
Membangun
Menciptakan
Mendesain
Merancang
Mengembangkan
Melakukan
Merumuskan
Membuathipotesis
Menemukan
Membuat
Mempercantik
Mengawali
Mengelola
Merencanakan
Memproduksi
Memainkanperan
Menceritakan.
(Samsudin, 2011. Kata Kerja Operasional)
Menurut Thohir (2009) dalam bab terakhir bukunya, Anderson dan Krathwohl sendiri mengakui bahwa hasil revisinya ini lebih melihat fungsi otak dalam satu kesatuan ranah (domain). Tidak seperti sebelumnya yang menggunakan klasifikasi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pembagian tersebut dikritisi banyak pihak karena cenderung membuat pendidikan beranggapan bahwa adanya isolasi aspek-aspek dalam sebuah tujuan yang sama.
Pada revisi taksonomi Bloom kali ini, ranah kognitif tidak dianggap terpisah dengan ranah afektif atau psikomotor, melainkan terkait antara satu dengan yang lain. Karena semua aspek tersebut merupakan satu bagian utuh dari fungsi kerja otak. Sebagai contoh, pada kategori pengetahuan metakognitif, di dalamnya juga mencakup ranah kognitif dan afektif, juga psikomotor.
Revisi ini merupakan bukti fenomena kompleksitas fungsi otak. Weisstein mengatakan, complexity is the theory of classifying problems based on how difficult they are to solve. Sebutan ini cukup wajar karena masalah otak dan fungsinya telah mengundang beragam teori yang secara tak langsung telah menunjukkan betapa rumitnya kajian tentangnya.
How amazing is it…” begitulah ungkapan dalam artikel Barry L. Aaronson. Dalam narasi yang lebih sederhana, kami mencoba mengambil analog dari gambaran saat seseorang sedang berpikir. Terkadang, dia akan terlihat mengernyitkan dahi, memegang atau memijit-mijit keningnya. Orang lain yang melihatnya, dengan mudah menebak kalau orang dengan tanda-tanda seperti itu sedang melakukan proses berpikir.
Berpikir tentu saja merupakan aktifitas menggunakan otak. Karena informasi yang dipikirkan berat, maka reaksi tubuh dan gesture penyerta semacam itu menjadi indikasi seseorang sedang berpikir. Namun, saat seseorang menyampaikan perasaan atau dengan kata, “hati-hati di jalan ya!”, mengapa yang dipegang bukanlah kepala, tetapi malah memegang dada. Bukankah saraf emosi dan perasaan juga berada dalam otak?.
Menfungsikan otak berarti menggunakan pikiran atau berpikir. Bartlett (1932) mengartikan berpikir (thinking) sebagai (1) interpolasi yang memenuhi informasi, (2) ekstrapolasi yang melampaui informasi yang diberikan, dan (3) re-interpretasi yang mengatur kembali informasi. Terkait dengan hal ini pula, Mayer (1977) menyarankan pengertian berpikir sebagai upaya mengarahkan dan menghasilkan perilaku untuk memecahkan (solve) atau mencari solusi dari suatu masalah. Pengertian ini selevel dengan kategori metakognitif Anderson dan Krathwohl.
Kompleksitas fungsi otak lainnya terkait dengan berpikir adalah adanya pandangan para ahli cognitive neuroscientists. Marianne Szegedy, misalnya, menegaskan bahwa aktifitas kognitif manusia dan perilakunya bergantung kepada 95 persen di bawah batas kesadaran manusia (subconscious awarness). Hanya 5 persen aktifitas manusia dilakukan berdasarkan kesadaran penuh (conscious awareness). Konsep ini agak sulit disinergikan dengan kalsifikasi Anderson dan Krathwohl dalam revisi Taksonomi Bloomnya.