Minggu, 11 Desember 2011
Wali Songo : Perintis Awal Kebangkitan Islam di Timur
“Konstantinopel
(Isrambul) akan jatuh di tangan seorang pemimpin sebaik-baik pemimpin,
rakyatnya sebaik-baik rakyat dan tentaranya sebaik-baik tentara”. (Hadist)
Nabi
SAW telah mengambil tangan Ali dan bersabda
:
“Akan keluar dari sulbi ini pemuda yag
memenuhi dunia dengan keadilan (Imam Mahdi). Bilamana kamu melihat yang
demikian itu, maka wajib kamu mencari Pemuda
dari Bani Tamim, dia datang dari sebelah Timur dan dia adalah pemegang
panji-panji Al-Mahdi”. (hadist).
Sepintas
lalu ke-2 hadist di atas tidak ada hubungannya sama sekali. Tapi sejarah telah
membuktikan betapa berdasarkan kedua hadist tersebut dan ilham yang diterima
oleh wali-wali Allah, para pejuang Islam telah berlomba-lomba untuk berperan
serta dalam menaklukkan Konstantinopel/Istambul (ibukota kerajaan Romawi) dan
merealisasikan kebangkitan Islam di Akhir Zaman di Timur.
Pada
tahun 1400-an, seorang Syeikh tarikat Naqsyabandi di Bukhara
telah mengirimkan muridnya Syamsudin Al-Wali
untuk datang ke Bursa
(240 km dari Istambul) yang merupakan tapak dari kerajaan Othmaniah. Karena
keagungan akhlaknya dan ketinggian ilmunya, Syamsudin Al-Wali menjadi ulama
yang dipercaya oleh Sultan Murad II. Pada suatu hari di tahun 1432 Sultan Murad
II berkata pada Syamsudin Al-wali : “Doakan saya agar dapat menaklukkan
Konstantinopel!”. “Bukan engkau yang akan melakukannya, tetapi anakmu yang masih dalam buaian itu”, kata Syamsudin
Al-wali sambil menunjuk kepada Muhammad Al fateh yang masih dalam buaian.
Mendengar kata-kata ini Sultan Murad II menyerahkan anaknya untuk dididik oleh
Syamsudin Al-Wali. Hasil didikan ini telah menjadikan beliau seorang yang
mempunyai kepribadian yang unggul: sangat bertaqwa dan pakar dalam bidang
pemerintahan dan peperangan. Akhirnya sejarah telah mencatat bahwa pada hari
selasa tanggal 29 Mei 1453 pagi hari, Sultan Muhammad Al Fateh dan tentaranya
yang mempunyai gabungan kekuatan lahir dan taqwa, berhasil menguasai
Konstantinopel.
Hampir
bersamaan dengan dikirimnya Syamsudin Al-Wali ke Turki, seorang ulama lain dari
Bukhara bernama
Syeikh Jamalludin Jumadil Kubro mengirimkan anaknya Syeikh Ibrahim Samarkandi (sekitar tahun 1400-an juga) untuk
berdakwah di Timur. Perjalanan ini dimaksudkan untuk membantu mempersiapkan
Kebangkitan Islam di Timur. Di manakah Timur yang dimaksud hadist nabi
tersebut? Apakah di Jepang? Korea?,
Vietnam?
Australia?
Dengan berpandukan kepada ilham yang diterima ayahnya, Syeikh Ibrahim
Samarkandi pergi menuju Asia Tenggara. Beliau menjumpai ternyata penduduk Timur
(Asia Tenggara) masih beragama Hindu, Budha atau animisme. Beliau sadar bahwa
bukan dizamannyalah Islam akan gemilang di Timur seperti yang dimaksud hadist
nabi, dan peran beliau sebatas mengislamkan Timur. Mula-mula beliau sampai di
Campa (termasuk wilayah Kamboja atau Thailand). Lalu beliau berdakwah
kepada Raja Campa yang kemudian masuk Islam. Beliau dinikahkan oleh raja Campa
tersebut dengan puterinya Dewi Candrawulan. Sedangkan puteri lainnya Dewi Dwarawati
dinikahkan dengan Prabu Brawijaya. Dari hasil pernikahan Syeikh Ibrahim
Samarkandi dengan Dewi Candrawulan, lahirlah Raden Rahmat (tahun 1401) dan Raden Santri.
Pada
tahun 1420-an kerajaan Majapahit ditimpa penyakit sosial yang kronis :
perampokan, Korupsi, dll bentuk
kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat. Atas saran permaisuri Dewi
Drawawati, Prabu Brawijaya memberi mandat kepada Raden Rahmat untuk
menyelesaikan penyakit-penyakit masyarakat yang meninpa tidak hanya anggota
masyarakat biasa tetapi juga kaum bangsawan dari kerajaan Majapahit. Dengan
cara-cara Islam beliau telah berhasil menyembuhkan penyakit masyarakat tersebut
dan mulai banyak orang yang masuk Islam. Karena keberhasilan ini beliau diberi
hadiah tanah di Ampel. Disitulah beliau memusatkan kegiatan dakwahnya yang
kemudian terkenal ke seluruh Nusantara. Beliau digelari orang Sunan Ampel. Sedang Raden santri
memusatkan dakwahnya di Nusa Tenggara Barat.
Untuk memudahkan
program dakwah, Sunan Ampel menikah dengan puteri raja Majapahit yang benama
Dewi Candrawati. Dari pernikahan mereka lahirlah 6 orang anak yaitu : Sunan Bonang (anggota Wali Songo juga),
Sunan Dradjad (anggota Wali Songo
juga), Sunan Lamongan, Siti Mutmainnah (dinikahkan dengan anggota wali Songo Sunan Gunung Jati), Siti Alwiyyah
(dinikahkan dengan muridnya yang juga anggota wali Songo Sunan Kudus) dan Siti Asyilah (dinikahkan dengan muridnya Raden Patah, raja Islam Demak yang
pertama). Raden Patah merupakan anak dari Prabu Brawijaya dengan Dewi Kian
(puteri Raja Cina). Keturunan Raden Patah dengan Siti Asyilah inilah yang
kemudian menurunkan Joko Tingkir.
Sunan Ampel juga
menikah dengan puteri bangsawan Majapahit yang bernama Siti Karimah. Dari hasil
pernikahan ini lahirlah Dewi Murtasiah (dinikahkan dengan muridnya yang juga
anggota wali Songo Sunan Giri) dan
Dewi Mursimah (dinikahkan dengan muridnya yang juga anggota wali Songo Sunan Kalijaga). Sedangkan Sunan Muria merupakan anak dari Sunan
Kalijaga dengan isterinya yang lain yaitu Dewi Saroh.
Selain
Syeikh Ibrahim Samarkandi, ulama-ulama lain yang membaca hadist Nabi tentang
Kebangkitan Islam di Timur mencoba mengislamkan Timur. Dengan berpandukan pada
ilham yang diterima mereka atau guru mereka, mereka pergi menuju ke Asia
Tenggara, khususnya Indonesia
& Malaysia.
Mereka diberi ilham oleh Allah bahwa Timur adalah Nusantara, bukannya Jepang, Korea,
Vietnam atau Australia.
Tidak terlintas dalam benak mereka untuk kembali ke negera asal mereka atau
meminta dikuburkan di negara asal mereka bila mereka meninggal dunia. Kalaulah
mereka tidak dapat menyaksikan kebangkitan Islam di akhir zaman yang berlaku di
Timur itu, sekurang-kurangnya kubur mereka menyaksikannya.
Di antara ulama yang
datang ke Timur adalah : Syeikh Maulana Ishaq dari Bukhara Samarkand. Beliau
berdakwah di daerah Pasai (Aceh) dan pernah datang ke kerajaan Blambangan di
Jawa Timur untuk berdakwah di sana.
Beliau berhasil mengislamkan daerah Timur Pulau Jawa dan menikah dengan puteri
dari raja Blambangan (Prabu Minak Sembuyu, masih keturunan raja Majapahit Hayam
Wuruk) yang bernama Dewi Sekardadu. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Sunan
Giri yang sejak kecil merupakan murid dari Sunan Ampel. Ketika dewasa Sunan
Giri dan Sunan Bonang diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk belajar dengan
Syeikh Maulana Ishaq di Pasai.
Ulama lain yang
datang ke Timur pada tahun 1400-an adalah : Syeikh Ahmad Jumadil Kubro dari
Mesir (wafat di Mojokerto jawa Timur), Syeikh Muhammad Al Maghribi dari Maroko
(wafat di Klaten Jawa Tengah), Syeikh Malik Israil dari Turki (wafat di
Cilegon), Syeikh Hasanuddin dan Aliyuddin dari Palestina (wafat di Banten),
Syeikh Subakir dari Persia dan Syeikh Maulana Malik Ibrahim dari Turki. Syeikh Maulana Malik Ibrahim merupakan
anggota dan sesepuh Wali Songo yang memusatkan dakwahnya di Gresik. Beliau merupakan
orang pertama yang mengajak raja Majapahit Prabu Brawijaya untuk masuk ke dalam
Agama Islam. Beliau seorang ahli tata negara yang mempunyai pengalaman dakwah
di Turki dan Gujarat.
Sejarah telah
mencatat bagaimana dengan strategi yang jitu : mengambil ikan tanpa membuat airnya keruh, Wali Songo telah
berhasil mengislamkan Nusantara, khusunya Pulau Jawa, sehingga saat ini
Nusantara merupakan negera yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Usaha
penjajah belanda yang berusaha mengajak mereka pindah agama ke agama penjajah
ternyata telah gagal total. Padahal ditempat lain usaha mereka telah berhasil
menghancurkan Islam di Spanyol dan saat ini di Turki (melalui sekularisasi).
Ini merupakan satu bukti bahwa Timur memang dijanjikan Allah untuk tempat bangkitnya
Islam di akhir zaman.
Sejarah kebangkitan
Islam di Timur telah dimulai oleh Wali Songo dengan mengislamkan Nusantara,
dilanjutkan oleh pejuang-pejuang Islam lainnya yang berjihad melawan penjajah
kafir : Trunojoyo (murid Sunan Giri), Pangeran Hasanudin, Pangeran Diponogoro, Imam Bonjol dll, lalu
oleh Pak Harto dengan memberi laluan kepada Pemuda Bani Tamim (Satria Piningit)
dan puncaknya penyerahan Daulah Islamiah (negera Islam) di Timur dari Pemuda
Bani Tamim kepada Imam Mahdi (Ratu Adil).
10 CARA MENINGKATKAN INOVASI
Untuk menghadapi dinamika perubahan dan kompetisi yang
sangat tajam dan ketat dan demi keberangsungan hidup organisasi itu sendiri,
maka setiap orang dalam organisasi dituntut untuk dapat berfikir dan bertindak
secara inovatif. Paul Sloane dalam sebuah tulisannya mengetengahkan 10 cara
untuk meningkatkan inovasi dalam suatu organisasi, yakni:
1. Memiliki Visi untuk berubah
Jangan berharap suatu tim akan menjadi inovatif
apabila mereka tidak mengetahui tujuan yang hendak dicapai ke depan. Inovasi
harus memiliki tujuan dan seorang pemimpin harus mampu menyatakan dan
mendefinisikan tujuan secara jelas sehingga setiap orang dapat memahami dan
mengingatnya. Para pemimpin besar banyak meluangkan waktu untuk menggambarkan
dan menjelaskan visi, tujuan dan tantangan masa depan kepada setiap orang .
Mereka berusaha meyakinkan setiap orang akan peran pentingnya dalam upaya
mencapai visi dan tujuan, serta dalam menghadapi berbagai tantangan. Mereka mengilhami
kepada setiap orang untuk menjadi enterpreneur yang bersemangat dan menemukan
cara-cara yang inovatif untuk memperoleh kesuksesan.
2. Memerangi ketakutan akan perubahan
Para pemimpin inovatif senantiasa mengobarkan semangat
pentingnya perubahan. Mereka berusaha menggantikan kepuasan atas kemapanan yang
ada dengan kehausan akan ambisi. Mereka akan berkata, ” Saat ini kita memang
sedang melakukan hal yang baik, tetapi kita tidak boleh berhenti dan berpuas
diri dengan kemenangan yang ada, kita harus melakukan hal-hal yang lebih baik
lagi”. Mereka menyampaikan pula bahwa saat ini kita sedang melakukan suatu spekulasi
baru yang penuh resiko dan jika kita tidak bergerak maka akan jauh lebih
berbahaya. Mereka memberikan gambaran menarik tentang segala sesuatu yang
hendak diraih pada masa mendatang. Oleh karena itu, satu-satunya cara menuju ke
arah sana yaitu dengan berusaha memeluk perubahan.
3. Berfikir Seperti Pemodal yang Berani Mengambil Resiko
Seorang pemodal yang berani mengambil resiko akan
menggunakan pendekatan portofolio, berusaha mencari keseimbangan antara
kegagalan dengan kesuksesan. Mereka senang mempertimbangkan berbagai usulan
atau gagasan tetapi tetap merasa nyaman dengan berbagai pemikiran yang
menggambarkan tentang kegagalan-kegagalan yang mungkin akan diterima.
4. Memiliki Suatu Rencana Usulan yang Dinamis
Anda harus memfokus pada rencana usulan yang
benar-benar hebat, setiap rencana mudah dilaksanakan, sumber tersedia dengan
baik, responsif dan terbuka untuk semuanya. Berikan penghargaan dan respons
yang wajar kepada karyawan serta para senior harus memliki komitmen agar
karyawan tetap dapat menjaga kesegarannya dalam melaksanakan setiap pekerjaan.
5. Mematahkan Aturan
Untuk mencapai inovasi yang radikal, Anda harus
memiliki keberanian manantang berbagai asumsi aturan yang ada di sekitar
lingkungan. Bisnis bukan seperti permainan olah raga yang selalu terikat dengan
aturan dan keputusan wasit, tetapi bisnis tak ubahnya seperti seni, yang di
dalamnya memiliki banyak kesempatan untuk berfikir secara lateral, sehingga
mampu menciptakan cara-cara baru tentang aneka benda dan jasa yang diinginkan
para pelanggan.
6. Beri Setiap Orang Dua Pekerjaan
Berikan setiap orang dua pekerjaan pokok. Mintalah
kepada mereka untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari mereka secara efektif
dan pada saat yang bersamaan kepada mereka diminta pula untuk menemukan
cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaannya. Doronglah mereka untuk bertanya
pada diri sendiri tentang apa sebenarnya tujuan esensial dari peran saya? Hasil
dan nilai riil apa yang bisa saya berikan kepada klien saya, baik internal
maupun eksternal? Apakah ada cara yang lebih baik untuk memberikan dan mencapai
nilai atau tujuan tersebut? Dan jawabannya selalu mengatakan “YA”. Tetapi,
kebanyakan orang tidak pernah atau jarang menanyakan hal-hal seperti itu.
7. Kolaborasi
Beberapa eksekutif perusahaan memandang kolaborasi
sebagai kunci sukses dalam inovasi. Mereka menyadari bahwa tidak semua dapat
dilakukan hanya dengan mengandalkan pada sumber-sumber internal. Oleh karena
itu, mereka melihat dunia luar dan mengajak organisasi lain sebagai mitra,
sehingga bisa saling bertukar pengalaman dan keterampilan dalam team.
8. Menerima kegagalan
Pemimpin
inovatif mendorong terbentuknya budaya eksperimen. Setiap orang harus
dibelajarkan bahwa setiap kegagalan merupakan langkah awal dari perjalanan jauh
menunju kesuksesan. Untuk menjadi orang benar-benar cerdas dan tangkas, setiap
orang harus diberi kebebasan berinovasi, bereksperimen dan memperoleh
kesuksesan dalam melakukan pekerjaannya, termasuk didalamnya mereka juga harus
diberi kebebasan akan kemungkinan terjadinya kegagalan.
9. Membangun prototipe
Anda harus berani mencobakan suatu ide baru yang biaya
dan resikonya relatif rendah ke dalam pasar (dunia nyata), kemudian lihat apa
reaksi dari pelanggan dan orang-orang. Di sana sesungguhnya Anda akan lebih
banyak belajar tentang dunia nyata, dibandingkan jika Anda hanya melakukan uji
coba dalam laboratorium atau terfokus pada sekelompok orang saja.
10. Bersemangat
Anda harus fokus terhadap segala sesuatu yang ingin
dirubah. Siap dan senantiasa bergairah dan bersemangat dalam menghadapi dan
menanggulangi berbagai tantangan. Energi dan semangat yang Anda miliki akan
menular dan mengilhami setiap orang. Tak ada gunanya jika Anda mengisi bus
dengan penumpang yang selalu merasa asyik dengan dirinya sendiri. Anda
membutuhkan dan menghendaki orang-orang dan para pendukung Anda dengan semangat
yang berkobar-kobar. Anda mengharapkan setiap orang dapat meyakini bahwa upaya
mencapai tujuan merupakan sesuatu yang amat penting dan bermanfaat.
Jika Anda menghendaki setiap orang dapat terinspirasi
untuk menjadi inovatif, merubah cara-cara yang biasa mereka lakukan dan untuk
mencapai hasil yang luar biasa, maka Anda mutlak harus memiliki semangat yang
menyala-nyala tentang apa yang Anda yakini dan Anda harus dapat
mengkomunikasikannya setiap saat ketika Anda berbicara dengan orang.
* terjemahan bebas
dari tulisan Paul Sloane, pengarang The Innovative Leader, yang berjudul
“Ten Ways to Boost
Innovation”
Langganan:
Postingan (Atom)