“Konstantinopel
(Isrambul) akan jatuh di tangan seorang pemimpin sebaik-baik pemimpin,
rakyatnya sebaik-baik rakyat dan tentaranya sebaik-baik tentara”. (Hadist)
Nabi
SAW telah mengambil tangan Ali dan bersabda
:
“Akan keluar dari sulbi ini pemuda yag
memenuhi dunia dengan keadilan (Imam Mahdi). Bilamana kamu melihat yang
demikian itu, maka wajib kamu mencari Pemuda
dari Bani Tamim, dia datang dari sebelah Timur dan dia adalah pemegang
panji-panji Al-Mahdi”. (hadist).
Sepintas
lalu ke-2 hadist di atas tidak ada hubungannya sama sekali. Tapi sejarah telah
membuktikan betapa berdasarkan kedua hadist tersebut dan ilham yang diterima
oleh wali-wali Allah, para pejuang Islam telah berlomba-lomba untuk berperan
serta dalam menaklukkan Konstantinopel/Istambul (ibukota kerajaan Romawi) dan
merealisasikan kebangkitan Islam di Akhir Zaman di Timur.
Pada
tahun 1400-an, seorang Syeikh tarikat Naqsyabandi di Bukhara
telah mengirimkan muridnya Syamsudin Al-Wali
untuk datang ke Bursa
(240 km dari Istambul) yang merupakan tapak dari kerajaan Othmaniah. Karena
keagungan akhlaknya dan ketinggian ilmunya, Syamsudin Al-Wali menjadi ulama
yang dipercaya oleh Sultan Murad II. Pada suatu hari di tahun 1432 Sultan Murad
II berkata pada Syamsudin Al-wali : “Doakan saya agar dapat menaklukkan
Konstantinopel!”. “Bukan engkau yang akan melakukannya, tetapi anakmu yang masih dalam buaian itu”, kata Syamsudin
Al-wali sambil menunjuk kepada Muhammad Al fateh yang masih dalam buaian.
Mendengar kata-kata ini Sultan Murad II menyerahkan anaknya untuk dididik oleh
Syamsudin Al-Wali. Hasil didikan ini telah menjadikan beliau seorang yang
mempunyai kepribadian yang unggul: sangat bertaqwa dan pakar dalam bidang
pemerintahan dan peperangan. Akhirnya sejarah telah mencatat bahwa pada hari
selasa tanggal 29 Mei 1453 pagi hari, Sultan Muhammad Al Fateh dan tentaranya
yang mempunyai gabungan kekuatan lahir dan taqwa, berhasil menguasai
Konstantinopel.
Hampir
bersamaan dengan dikirimnya Syamsudin Al-Wali ke Turki, seorang ulama lain dari
Bukhara bernama
Syeikh Jamalludin Jumadil Kubro mengirimkan anaknya Syeikh Ibrahim Samarkandi (sekitar tahun 1400-an juga) untuk
berdakwah di Timur. Perjalanan ini dimaksudkan untuk membantu mempersiapkan
Kebangkitan Islam di Timur. Di manakah Timur yang dimaksud hadist nabi
tersebut? Apakah di Jepang? Korea?,
Vietnam?
Australia?
Dengan berpandukan kepada ilham yang diterima ayahnya, Syeikh Ibrahim
Samarkandi pergi menuju Asia Tenggara. Beliau menjumpai ternyata penduduk Timur
(Asia Tenggara) masih beragama Hindu, Budha atau animisme. Beliau sadar bahwa
bukan dizamannyalah Islam akan gemilang di Timur seperti yang dimaksud hadist
nabi, dan peran beliau sebatas mengislamkan Timur. Mula-mula beliau sampai di
Campa (termasuk wilayah Kamboja atau Thailand). Lalu beliau berdakwah
kepada Raja Campa yang kemudian masuk Islam. Beliau dinikahkan oleh raja Campa
tersebut dengan puterinya Dewi Candrawulan. Sedangkan puteri lainnya Dewi Dwarawati
dinikahkan dengan Prabu Brawijaya. Dari hasil pernikahan Syeikh Ibrahim
Samarkandi dengan Dewi Candrawulan, lahirlah Raden Rahmat (tahun 1401) dan Raden Santri.
Pada
tahun 1420-an kerajaan Majapahit ditimpa penyakit sosial yang kronis :
perampokan, Korupsi, dll bentuk
kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat. Atas saran permaisuri Dewi
Drawawati, Prabu Brawijaya memberi mandat kepada Raden Rahmat untuk
menyelesaikan penyakit-penyakit masyarakat yang meninpa tidak hanya anggota
masyarakat biasa tetapi juga kaum bangsawan dari kerajaan Majapahit. Dengan
cara-cara Islam beliau telah berhasil menyembuhkan penyakit masyarakat tersebut
dan mulai banyak orang yang masuk Islam. Karena keberhasilan ini beliau diberi
hadiah tanah di Ampel. Disitulah beliau memusatkan kegiatan dakwahnya yang
kemudian terkenal ke seluruh Nusantara. Beliau digelari orang Sunan Ampel. Sedang Raden santri
memusatkan dakwahnya di Nusa Tenggara Barat.
Untuk memudahkan
program dakwah, Sunan Ampel menikah dengan puteri raja Majapahit yang benama
Dewi Candrawati. Dari pernikahan mereka lahirlah 6 orang anak yaitu : Sunan Bonang (anggota Wali Songo juga),
Sunan Dradjad (anggota Wali Songo
juga), Sunan Lamongan, Siti Mutmainnah (dinikahkan dengan anggota wali Songo Sunan Gunung Jati), Siti Alwiyyah
(dinikahkan dengan muridnya yang juga anggota wali Songo Sunan Kudus) dan Siti Asyilah (dinikahkan dengan muridnya Raden Patah, raja Islam Demak yang
pertama). Raden Patah merupakan anak dari Prabu Brawijaya dengan Dewi Kian
(puteri Raja Cina). Keturunan Raden Patah dengan Siti Asyilah inilah yang
kemudian menurunkan Joko Tingkir.
Sunan Ampel juga
menikah dengan puteri bangsawan Majapahit yang bernama Siti Karimah. Dari hasil
pernikahan ini lahirlah Dewi Murtasiah (dinikahkan dengan muridnya yang juga
anggota wali Songo Sunan Giri) dan
Dewi Mursimah (dinikahkan dengan muridnya yang juga anggota wali Songo Sunan Kalijaga). Sedangkan Sunan Muria merupakan anak dari Sunan
Kalijaga dengan isterinya yang lain yaitu Dewi Saroh.
Selain
Syeikh Ibrahim Samarkandi, ulama-ulama lain yang membaca hadist Nabi tentang
Kebangkitan Islam di Timur mencoba mengislamkan Timur. Dengan berpandukan pada
ilham yang diterima mereka atau guru mereka, mereka pergi menuju ke Asia
Tenggara, khususnya Indonesia
& Malaysia.
Mereka diberi ilham oleh Allah bahwa Timur adalah Nusantara, bukannya Jepang, Korea,
Vietnam atau Australia.
Tidak terlintas dalam benak mereka untuk kembali ke negera asal mereka atau
meminta dikuburkan di negara asal mereka bila mereka meninggal dunia. Kalaulah
mereka tidak dapat menyaksikan kebangkitan Islam di akhir zaman yang berlaku di
Timur itu, sekurang-kurangnya kubur mereka menyaksikannya.
Di antara ulama yang
datang ke Timur adalah : Syeikh Maulana Ishaq dari Bukhara Samarkand. Beliau
berdakwah di daerah Pasai (Aceh) dan pernah datang ke kerajaan Blambangan di
Jawa Timur untuk berdakwah di sana.
Beliau berhasil mengislamkan daerah Timur Pulau Jawa dan menikah dengan puteri
dari raja Blambangan (Prabu Minak Sembuyu, masih keturunan raja Majapahit Hayam
Wuruk) yang bernama Dewi Sekardadu. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Sunan
Giri yang sejak kecil merupakan murid dari Sunan Ampel. Ketika dewasa Sunan
Giri dan Sunan Bonang diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk belajar dengan
Syeikh Maulana Ishaq di Pasai.
Ulama lain yang
datang ke Timur pada tahun 1400-an adalah : Syeikh Ahmad Jumadil Kubro dari
Mesir (wafat di Mojokerto jawa Timur), Syeikh Muhammad Al Maghribi dari Maroko
(wafat di Klaten Jawa Tengah), Syeikh Malik Israil dari Turki (wafat di
Cilegon), Syeikh Hasanuddin dan Aliyuddin dari Palestina (wafat di Banten),
Syeikh Subakir dari Persia dan Syeikh Maulana Malik Ibrahim dari Turki. Syeikh Maulana Malik Ibrahim merupakan
anggota dan sesepuh Wali Songo yang memusatkan dakwahnya di Gresik. Beliau merupakan
orang pertama yang mengajak raja Majapahit Prabu Brawijaya untuk masuk ke dalam
Agama Islam. Beliau seorang ahli tata negara yang mempunyai pengalaman dakwah
di Turki dan Gujarat.
Sejarah telah
mencatat bagaimana dengan strategi yang jitu : mengambil ikan tanpa membuat airnya keruh, Wali Songo telah
berhasil mengislamkan Nusantara, khusunya Pulau Jawa, sehingga saat ini
Nusantara merupakan negera yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Usaha
penjajah belanda yang berusaha mengajak mereka pindah agama ke agama penjajah
ternyata telah gagal total. Padahal ditempat lain usaha mereka telah berhasil
menghancurkan Islam di Spanyol dan saat ini di Turki (melalui sekularisasi).
Ini merupakan satu bukti bahwa Timur memang dijanjikan Allah untuk tempat bangkitnya
Islam di akhir zaman.
Sejarah kebangkitan
Islam di Timur telah dimulai oleh Wali Songo dengan mengislamkan Nusantara,
dilanjutkan oleh pejuang-pejuang Islam lainnya yang berjihad melawan penjajah
kafir : Trunojoyo (murid Sunan Giri), Pangeran Hasanudin, Pangeran Diponogoro, Imam Bonjol dll, lalu
oleh Pak Harto dengan memberi laluan kepada Pemuda Bani Tamim (Satria Piningit)
dan puncaknya penyerahan Daulah Islamiah (negera Islam) di Timur dari Pemuda
Bani Tamim kepada Imam Mahdi (Ratu Adil).
Kalo melihat perkembangan dunia saat ini, kebangkitan Islam memang ada di Turki dan Iran.. Kalo di Indonesia sih korupsi aja msh meraja lela.. gimana mau bangkit???
BalasHapus