Halaman

Sabtu, 17 April 2010

MEWUJUDKAN PERUSAHAAN MADANI

MEWUJUDKAN PERUSAHAAN MADANI :
SISTEM & PELAKSANA

OLEH : ABDUL HARIS


Sistem dan Pelaksana

Manusia, terutama yang berjuang dan ada cita-cita, mesti ada sistem dalam kehi-dupannya dan mesti ada pelaksana kepada sistem itu. Sistem ada yang ditulis dan ada yang tidak ditulis, tetapi ia tetap ada. Contohnya tamadun/peradaban Mesir purba, tamadun Rom dan sebagainya, ada yang sistemnya tertulis, ada juga yang tidak tertulis. Tetapi sistem itu tetap ada.
Bila satu bangsa, kaum atau perusahaan memiliki cita-cita perjuangan, mesti ada sistem yang mendukungnya. Lebih tinggi cita-cita, perjuangan dan keyakinan perusahaan itu, atau lebih global perjuangan mereka, maka lebih kuat dan lebih teraturlah sistem yang ada pada bangsa atau perusahaan itu.
Sebuah sistem biasanya bersifat besar dan global. Ia tidak memuat aspek-aspek yang kecil dan terbatas. Hal ini tidak dinamakan sistem, tetapi hanya sebagai peraturan-peraturan saja. Lebih-lebih lagi bagi perusahaan atau organisasi Islam yang ada cita-cita, mesti ada sistem dan pelaksana sebab tuntutan Allah terhadap sistem ini terlalu banyak. Sistem bukan orang, tetapi ilmu ataupun teori, yang tertulis atau tidak. Sedangkan yang akan menggerakkannya adalah pelaksana.
Diantara tanda-tanda sebuah perusahaan atau negara tidak memiliki sistem :
• Ia akan berbuat mengikuti apa yang diinginkan saja, ia akan berbuat mengikuti apa yang terasa di hati saja.
• Ataupun, dia akan berbuat mengikut apa yang dia mau. Apa saja yang dia mau, dia perbuat. Apa yang dia tidak mau walaupun pent¬ing, dia tidak perbuat. Dia tidak tahu bila pekerjaan itu akan siap, bila dikehendaki. Main buat saja. Itu tidak bersistem. Tidak ada satu garis panduan atau rencana kerja untuk mencapai sasaran. Tidak ada target. Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kerja-kerja tertentu. Dia tidak tahu. Kalau ada ciri-ciri itu pada satu indi¬vidu, perusahaan atau perjuangan, maka individu, perusahaan atau perjuangan itu adalah tidak berdisiplin.
Kalau berlaku begitu pada perusahaan atau orang yang berjuang, maka mereka dinama¬kan pragmatisme. Tidak ada pegangan khusus, tidak ada dasar yang asas, dan bertindak mengikut keperluan sesaat saja. Hasilnya, akan lahirlah orang yang pragmatism, perusahaan yang pragmatism, perjuangan yang pragmatism dan sebagain¬ya. Mana yang dapat diambil dari Barat, diambil daripada Barat, mana yang boleh diakomodasikan dari Timur, diambil dari Timur. Pragmatism ini berdasarkan keperluan.

Takrif Sistem
Sistem adalah dasar-dasar umum untuk menjadi panduan yang mengandung aspek-aspek yang hendak dilaksanakan dengan suatu tujuan yang khusus atau umum, berlandaskan agama atau ideologi dengan disiplin-disiplin dan peraturan-peraturan yang digariskan secara kasar menuju tujuannya melalui tahap-tahap dan jangka waktu (time frame) tertentu.
Dasar-dasar umum itu biasanya tidak terper¬inci. Untuk pelaksanaanya ada panduan-panduan yang khusus atau umum. Landasannya antara agama dan ideologi. Perjuangan atau perusahaan Islam harus tersusun dan bersis¬tem. Jika orang bertanya, “Apa yang kamu perjuangkan?” Tidak boleh hanya mengata¬kan “Inilah Al-Qur’an dan Hadis”.. Sebab itu, bila hendak dilaksanakan, sistem memerlukan uraian, untuk dijadikan pan¬duan dalam bertindak.
Contoh: Dalam Al-Qur’an disebut, “Wa amruhum, syura bainakum”- maksudnya, “dan dalam urusan kamu, kamu bermusyawarah”. Tetapi bagaimana sistem musyawarat, apa niat dalam musyawarat, adab-adab, perkara yang perlu dimusyawaratkan, yang tidak boleh dimusyawaratkan, itu semua tidak dirinci, tidak diletakan seba¬gai dasar.
Dalam sistem pentadbiran, ada pemimpin, ada pengikut dan ada sistem yang hendak dibuat. Dalam sistem ini ada pengurus, ada ketua, tetapi bentuk ketaatan kepada ketua, tanggungjawab ketua terhadap pengikut, itu semua tidak digariskan. Jadi sistem itulah yang memperjelaskan bagaimana untuk bertindak, bila hendak bertindak, diuraikan lagi. Jadi dalam menguraikan sistem, kita tidak boleh keluar dari asas, dasar atau roh sistem itu. Perlu ada kebijaksanaan. Kalau salah urai, akan salah tinda¬kan. Ini akan mencacatkan sistem itu. Bila hasilnya lain, akan nampak kegagalan sistem itu.

Membina Sistem yang Baik
Untuk membangun kemajuan, yang paling penting sistem dan pelaksananya baik. Dasarnya adalah Al-Qur’an dan sunnah. Kita urai Al-Qur’an, dan jadikan sistem. Dari sistem itu kita uraikan lagi untuk menjadi tindakan.

Pelaksana
Pelaksana (man power) adalah tenaga untuk melaksanakan sistem. Ia tidak boleh sembarang orang. Jadi kalau salah orang yang kita ambil untuk melaksanakan sistem itu, hasilnya tidak sempurna ataupun sistem itu berubah. Pelaksana-pelaksana yang penting ialah pentadbir-pentadbir.

Ciri-Ciri Pelaksana (Untuk mesukseskan sistem);

1. Faham sistem.
Contohnya dalam sebuah perusahaan penerbi¬tan Islam, bahan-bahannya mesti memiliki unsur dakwah dan tarbiah. Mesti tahu apa itu dakwah dan tarbiah. Konsep fotografinya mesti ada nilai beri¬ta, cerita, ada kiasan yang simbolik, ada nilai-nilai yang baik. Mesti faham tujuan perusahaan yaitu untuk meneruskan dakwah Islam melalui media dan untuk menjaga keperluan hidup kakitan¬gannya dan masyarakat seluruhnya. Jadi, orang yang jadi pelaksana ini mesti faham dasar dan sistem ini.
2. Memiliki cita-cita per¬juangan dan keyakinan yang tinggi terhadap sistem.
Ada orang faham, tetapi tidak yakin. Ada orang yakin, tetapi tidak faham. Yang pertama mesti faham dahulu, yang kedua, yakin. Karena jika dia tidak yakin, jika itu tidak menjadi cita-cita dan tidak menja¬di keyakinan kepada perjuangannya, maka berlaku sabotase. Pelaksana akan sabotase sistem itu. Akibatnya sistem itu tidak akan berhasil. Ataupun, pelaksana akan acuh tak acuh dalam kerja-kerjanya sebab itu bukan cita-cita dia. Sebab itu, dalam sesebuah perusahaan yang ada cita-cita Islam, mereka dikatakan berjuang, bukan makan gaji. Kalau sekadar hendak makan gaji, mereka akan membuat sekadar kerjaanya saja. Tetapi kalau berjuang, kita rasa ini ibadah dan amal bakti kita kepada Allah, kita tidak akan berhitung dalam melakukan pekerjaan kita. Kalau pulang ke rumah, apa yang dapat kita fikir, kita akan fikirkan. Apa yang dapat kita rancang, kita rancang. Jadi tidak akan berlaku sabotase dan acuh tak acuh dalam memperjuangkan sistem. Orang-orang yang mempunyai keyakinan dan cita-cita ini bisa dilihat dari tinda¬kan dia, omongan dia, akhlak dia. Hal ini dapat dilihat apakah kerja-kerja yang dia buat itu perjuangan dan cita-cita dia atau hanya kerja semata-mata untuk mencari gaji, jabatan dll. Sebab itu, untuk menghasilkan pelaksana yang ada cita-cita dan keyakinan ini, mestilah kader-kader yang sudah dilatih dan dididik. Yaitu orang yang berjiwa dalam perjuangannya.

3. Taat dan setia kepada:
i. Tujuan dan dasar perjuangannya
ii. Kepemimpinan dalam sistem.
Orang yang yakin, belum tentu taat. Mungkin dia yakin dengan dasar dan sistem, tetapi dia sukar diatur dan sering membuat keputusan sendiri. Ketaatan itu memang susah. Mula-mula faham, baru datang yakin. Puncaknya, baru datang taat.
Pelaksana dapat dibagikan kepada 4 golongan :
1. Jahat sama sekali
2. Bercampur antara jahat dan baik, 50-50.
3. Baik betul (Mengikuti arti kata Islam)
4. Baik tetapi kurang faham tentang sistem.
Dalam perusahaan, perlu dipisahkan (secara tersirat) golongan-golongan pelaksana di atas. Jahat bukan berarti jahat mazmumah, tetapi mungkin seperti dalam kategori sistem tadi, seperti acuh tak acuh, sabotase secara tak rasmi, dan sebagain¬ya.
Pelaksana sangat memberi kesan terhadap pelaksanaan sistem. Kalau sistem baik sekalipun, tetapi pelaksana tidak baik, maka sistem yang baik itu akan gagal. Contohnya, kita hendak menegakkan Al-Qur’an dalam sistem perusahaan kita. CEO mengatakan dia hendak Islam, tetapi seorang manager atau seorang ketua unit culas, acuh tak acuh, maka perusahaan itu tidak akan sampai tujuan. Ataupun dalam sebuah negara, katalah pemimpin nomor satu, Presiden hendak melaksana¬kan Islam, tetapi menteri-menteri, Gubernur, Wali Kota dan sebagainya tidak sembahyang, maka tak akan dapat tegakkan Islam. Jika tidak ada ciri pelaksana yang tiga tadi, tidak akan sampai tujuan.

Membentuk Pelaksana yang Baik
Pelaksana dapat diperbaiki dengan dua cara:
i. Dengan tarbiah, diberi kesadaran, pemahaman, penghayatan dan suruh dia beramal.
ii. Latihan.
Ke-dua cara ini harus dijalankan. Tarbiah di sudut jiwa, akal, dan insaniah. Sedang latihan di sudut kepakaran, kemahir¬an, bakat dan sebagainya. Ini kembali kepada peribadi yang baik dan cita-cita Islam yang hendak diperjuangkan.

Tingkatan Sistem dan Pelaksa¬nanya

1. Sistem rusak 100%. Pelaksana juga rusak 100%.
Ini paling buruk. Yang pertama, sistem itu rusak karena tidak ditunjang oleh Islam. Baik dari ideologi, pragmatism, atau ditunjang oleh nafsu dan akal, seratus persen.
Pelaksana (pemimpin dan pengger¬aknya) 100% rusak. Ini terdiri dari:
i. Orang kafir/ bukan Islam.
ii. Orang Islam yang tidak tentu Islamnya, tidak nampak Islamnya.
Lahir kerusakan yang amat dahsyat. Karena bergabung dua kerusakan : sistem dan pelaksana. Kerusakan itu menyeluruh, seluruh aspek kehidupannya rusak. Kalau di sudut material, pembangunan mubazir, menguntungkan segelintir orang, membawa kepada keruntuhan akhlak, disko, tempat plesiran, judi, arak dan sebagainya. Kalau di sudut rohaniah (akidah), terjadi kekufuran dan kesyirikan yang menyeluruh. Bukan kufur nikmat, tetapi memang kufur, bertuhankan hawa nafsu semata-mata. Syirik yang menyeluruh, orang sudah tidak ingat Tuhan. lahir atheis, free thinker dan sebagainya. Kemudian di sudut batiniah, syariat dan akhlak rusak, banyak orang tidak sembahyang, tidak tutup aurat, makan minum tidak tentu halal haram, minum arak, berjudi, akhlak rusak, pergaulan bebas, perzinahan, geja¬la-gejala penyimpangan seks, penderaan dan sebagainya. Jika sistem dan pelaksana rusak, amat susah untuk diperbaiki. mengapa? karena keduanya sudah rusak.

2. Sistem sebagian rusak, pelaksana sebagian rusak.
Sistem separuh rusak yaitu ada keinginan untuk melaksanakan Islam sedikit dan tercampur dengan ideologi. Islam 50%, ideologi 50%. Namanya macam-macam. Islamisasi, dan lain-lain, tetapi dicampurkan. Itulah yang dikatakan. “Islamik sosialis”, sosialis Islam, demokratik Islam. Dulu di Indonesia ada NASAKOM- Nasiona¬lis, Islam, Komunis. Sistem itu separuh rusak.
Pelaksana separuh rusak adalah orang Islam yang hanya berpegang Islamnya itu hanya di sudut akidah dan ibadah saja. Akidah- Islam. Ibadah (dalam pengertian yang sempit- sembahyang, puasa sahaja) dia Islam, tetapi selain daripada itu, ekonominya, pendidikannya, sistem hidup yang lainnya, tidak secara Islam. Yang dia faham Islam itu hanya akidah dan ibadah (sembahyang saja). Ekonomi ikut kapi¬talis. Pendidikan ikut barat. Sosial, ambil sosial timur. Selain dari pada akidah dan ibadah, hal-hal yang lain sudah rusak. Mereka mengikut Ideologi.
Akan lahir manusia yang 50% baik, 50% jahat. Tetapi selalu kerusakannya lebih dari pada kebaikan. Kalau pergi ke masjid tampak Islamnya. Setelah sembahyang, keluar dari masjid, tidak nampak Islamnya. Inilah golongan yang dikatakan di dalam Al-Qur’an: Jangan kamu campur-adukkan antara yang haq dan yang batil.
Nampak suasana Islam di tempat-tempat tertentu, di mesjid di kelas pengajian. Tetapi bila keluar dari masjid, sudah tidak nampak identitas Islam lagi. Ciri hasil sistem dan pelaksana yang separuh rusak ini ialah tidak ada identitas, tidak ada imej, tidak ada syiar Islam pada masyar¬akat. Sukar untuk mengenal mana yang Islam, mana yang bukan Islam. Tidak ada symbol, simbol Islam hanya ada di mesjid-mesjid saja.

3. Sistem dan pelaksana baik 100%.
Jika penggerak, pemimpin dan pelaksa¬na sistem itu dijanjikan, dan pengikutn¬ya pun dijanjikan, akan berlaku kebaikan di sudut rohaniah dan materi¬al, sesuai dengan pemimpin yang dijanjikan.
4. Sistem baik, pelaksana baik tetapi kurang faham ataupun tidak faham.
Tidak faham karena kurang ilmu ataupun kurang pemahaman. Sistem yang sudah baik akan disalah tafsirkan. Sistem adalah dasar-dasar, bukan perk¬ara-perkara yang terperinci. Bila hendak dilaksanakan, perlu kepada uraian. Bila diurai, akan berlaku salah tafsir, karena kurang faham. Sistem itu baik, bila uraian salah, salah bertindak, ataupun pasif.

Hasilnya
1. Tidak ada kemajuan material. Tidak ada kemajuan langsung, pasif. Kalau orang itu jiwanya hidup karena ada tarbiah, tetapi akalnya mati karena tidak faham, dia jadi jumud. Baik tetapi jumud. Tetapi kalau orang itu, akalnya hidup, jiwanya mati mudah melakukan kesalahan. Orang ini akan banyak membuat kerusakan.
2. Manusia dalam sistem itu kurang terdidik. Maksudnya, kita tidak dapat mendidik manusia dengan sistem itu. Akhlaknya, syariatnya, akidahnya kurang terdidik, terjadi juga banyak perkara yang diharamkan tetapi tidak ada alternatif. Ini mende¬katkan sistem itu kepada fitnah. Sedangkan sistem dan pelaksananya sudah baik, tetapi karena kurang faham. Tidak faham untuk melaksanakannya, akhirn¬ya nampak sistem itu yang kurang baik. Pelaksana ada kaitan dengan sistem itu sendiri.

3. Akan berlaku satu kesalahan yang tidak dianggap kesalahan karena kurang ilmu. Ilmu itu membedakan yang hak dan yang batil. Ilmu itu petunjuk, cahaya dan pemimpin. Yang benar tidak dianggap benar, begitu juga yang salah. Tetapi dia baik, hanya karena kurang ilmu.

4. Sistem baik, penggerak tidak baik.
Apa yang dibuat oleh pelaksana itu tidak mengikuti sistem yang digariskan Islam. Sebab itu, bila kita ingin tegakkan sistem yang baik, mesti ada team yang betul-betul baik. Pelaksana yang baik. Kalau tidak, kita akan gagal membuat sistem yang baik. Jadi, walaupun sistem itu sudah baik, dia tidak boleh panggil siapa saja yang tidak terlatih, tarbiah dan sebagainya di samping membuat sistem.

5. Sistem tidak baik, Penggeraknya baik.
Ini selalu berlaku baik di pering¬kat negara, perusahaan atau organisasi. Penggeraknya baik, baik di segi peribadi atau cita-cita perjuangan. Contohnya sistem pendidikan, ekonomi. Orangnya sudah baik, ada kesadaran, ada cita-cita, tetapi sistemnya tidak baik. Yang akan berlaku penggerak itu akan mengubah sistem itu secara total, ataupun perlahan-lahan, tidak secara drastis. Mereka keluar dari sistem yang tidak baik tadi, mereka mengubah kepada sistem yang baik. Paling tidak, dia coba membuat kebaikan dengan tidak menggunakan sistem yang sudah rusak itu. Dia buat sistem lain, tetapi dia membuat kebaikan di luar sistem yang ada. Tindakan mereka berbahaya. Mereka dapat dikenakan tindakan tata tertib. Mereka senantiasa mengeluh dengan sistem yang ada. Kalau ada sistem yang baik, mereka sudah bersedia dan menunggu untuk itu.


Menilai Sistem perniagaan Menurut Islam
Islam merupakan sistem hidup yang global, indah dan harmonis. Untuk melihat dan menikmati keindahannya, terlebih dahulu diamalkan dalam semua sistem kehidupan. Sebelum sampai ke tahap yang lebih global, Islam perlu terlebih dahulu diamalkan secara bertahap. Mulai dari diri, keluarga, perusahaan, masyarakat dan seterusnya. Ini bermakna bahwa kita harus mencetuskan kejayaan dalam semua peringkat sistem kehidupan.
Perniagaan adalah sebagiaan dari sistem kehidupan. Oleh karena itu pengamalan Islam sebagai cara hidup juga mesti ada dalam semua bidang perniagaan. Salah satu faktor penting untuk menentukan kejayaan dalam perniagaan ialah dengan menggunakan sistem yang tepat. Sistem yang tepat disini ialah:
1. Sistem yang tepat mengikut syariat Islam
2. Pelaksanaannya membuahkan keberhasilan dan meningkatkan prestasi
Jika perniagaan diibaratkan sebuah kendaraan yang hendak dipacu menuju suatu tujuan, maka dua perkara tadi bisa diibaratkan seperti berikut:
1. Kita harus pastikan bahwa kendaraan itu menempuh jalan dan arah yang tepat sehingga dapat membawa kepada tujuan yang benar. Ini melambangkan perniagaan itu harus bertepatan dengan syariat Islam agar dapat membawa kita menuju Allah.
2. Kita harus pastikan kendaraan itu berjalan dengan baik dan melaju agar kita selamat dan cepat sampai ke tujuan. Ini melambangkan prestasi dan keberhasilan perusahaan itu terbukti apabila mengamalkan sistem yang tepat.
Menilai sistem perniagaan berarti membawa satu evaluasi tindakan kita, apakah bertepatan dengan syariat dan menghasilkan keberhasilan. Standard menilai keberhasilan sistem tersebut berdasarkan syariat Islam yaitu:
1. Ada nilai penghambaan kepada Allah (habluminallah)
2. Ada nilai khidmat kepada sesama manusia (Habluminannas)
Untuk memenuhi kedua syarat diatas, pelaksanaan sistem perniagaan itu harus menempuh lima syarat untuk menjadikannya sebagai ibadah yaitu:

1. Niat harus betul
Tujuan dari sistem dan pelaksanaan perniagaan itu adalah untuk menegakkan hukum-hukum Allah. Segala perkara yang dirasa, difikir dan dibuat hanya karena dan untuk Allah semata-mata.

2. Perkara yang diusahakan atau dilakukan dibenarkan oleh syariat
Perkara yang diusahakan mestilah perkara yang baik wajib, sunat atau sekurang-kurangnya mubah. Manakala perkara-perkara yang haram dan makruh mestilah ditinggalkan. Selain daripada itu, jika kita berhadapan dengan banyak peluang dan pilihan, kita mesti mengutamakan perkara-perkara yang mempunyai nilai manfaat yang paling tinggi untuk Islam. Sebaiknya setiap sistem dan pelaksanaan perniagaan yang kita cetuskan dapat memenuhi tiga unsur berikut ini:
a. Fardhu kifayah
Usaha kita bisa melepaskan dosa umat Islam di suatu tempat. Contoh, jika disuatu tempat masyarakat masih tergantung kepada makanan buatan bukan Islam, maka kita harus mewujudkan perusahaan makanan Islam agar masyarakat dapat menikmati makanan yang terjamin, suci dan halal.
b). Komersil
Artinya dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang besar supaya ia bisa memberi manfaat yang banyak kepada manusia. Ini adalah karena Allah menghendaki kita membanyakkan khidmat kepada manusia. Allah akan membela orang banyak khidmat di dunia sekalipun kafir daripada orang Islam yang sedikit khidmatnya kepada manusia.
c). Strategi
Artinya kita harus mengusahakan agar sistem dan pelaksanaan perniagaan yang kita buat itu bisa menjadi model yang bagus, gagah, cantik dan menarik. Model ini dapat menaikkan imej Islam dan menjadi daya penarik bukan hanya kepada orang Islam tetapi juga kepada yang bukan Islam.

Diantara perkara-perkara yang perlu diambil dalam sistem dan pelaksanaan perniagaan agar dapat memberi manfaat besar kepada Islam ialah:
1. Pemilihan jenis proyek/pekerjaan
2. Pemilihan tempat dan pemasarannya
3. Penentuan ukuran proyek
4. Penentuan kualitas produk sesuai dengan keperluan masyarakat
5. Penentuan kualitas produk
6. Pemilihan waktu yang sesuai
7. Pemilihan atau penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang maksimal
8. Penentuan harga yang layak
9. Pemilihan alat-alat bantu
10. Pemilihan cara pendekatan atau penampilan yang sesuai dengan kebutuhan mengikuti sasaran/pelanggan
3. Pelaksanaan Harus Benar
a. Tidak berbenturan dengan syariat Islam yang asas yaitu:
• Syariat lahir atau syariat amali yakni hukum-hukum fiqih tentang perniagaan
• Syariat batin yakni penghayatan kepada hukum-hukum fiqih itu sehingga membuahkan akhlak mulia kepada Allah dan kepada sesama manusia
b. Bertepatan dengan kaidah perjuangan
Ini berhubungan dengan cita-cita untuk meningkatkan lagi pengamalan Islam di dunia ini. Harus dirancang dan disusun dalam satu organisasi yang sistematik dan kepemimpinan yang berwibawa. Sistem perniagaan yang bercita-cita untuk meningkatkan pengamalan Islam dalam masyarakat tentu berbeda dengan sistem perniagaan yang hanya niaga untuk niaga semata-mata. Harus dirancang untuk menggalakkan manusia mengamalkan Islam dan disusun supaya berkembang menjadi model ekonomi Islam yang unggul dan merangkum seluruh aspek kehidupan yang dipersembahkan secara sistematik, komersil dan profesional.

4. Natijah atau hasilnya tepat
Sistem perniagaan itu menghasilkan yang bisa memberi kekuatan kepada pengamalan Islam dalam masyarakat. Bukan hanya dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan pribadi tetapi bisa dinikmati oleh masyarakat umum dan dimanfaatkan untuk menyuburkan lagi pengamalan Islam di muka bumi ini.

5. Tidak Meninggalkan Ibadah Asas
Perniagaan adalah salah satu aktivitas yang sibuk dan melalaikan. Oleh karena itu senantiasa waspada agar kita tetap mengutamakan ibadah-ibadah yang asas. Orang yang lahirnya nampak berhasil dalam perniagaannya tetapi lalai dalam shalatnya pada hakikatnya dia gagal karena keberhasilan yang hakiki ialah kejayaan yang abadi di Akhirat nanti.

Selesaikan Masalah Bersama Tuhan
Umat manusia dewasa ini sedang berhadapan dengan krisis multidimensi yang sangat membahayakan kehidupan manusia : krisis politik, sosial, ekonomi, moral, pendidikan, kemanusiaan dan berbagai macam krisis lainnya. Terjadi perselisihan, penzaliman, pembunuhan dan peperangan yang menyebabkan pertumpahan darah. Masyarakat hidup mengikuti nafsunya masing-masing, yang kaya menderita, susah hati dalam menjaga dan menambah kekayaannya, yang miskin tidak sabar, susah hati karena tidak memiliki harta dan melihat si kaya dengan penuh cemburu. Pergolakan politik di kalangan elit tidak pernah berhenti laksana air laut yang senantiasa bergolak, saling jatuh-menjatuhkan perkara biasa, berebut jabatan mengorbankan nyawa, muda-mudi hidup berfoya-foya dan terlibat narkoba, maksiat di mana-mana, kriminalitas tidak berhenti, ibarat air sungai yang mengalir setiap waktu. Manusia hidup dalam kesusahan dan penderitaan. Jiwa-jiwa masyarakat tidak tenang, mereka bagai hidup dalam neraka dunia.
Krisis multidmensi yang sedang terjadi sekarang ini sebenarnya bukan bersumber dari faktor luar saja seperti kesalahan teknik dan metoda atau gangguan musuh-musuh, tetapi sumber utamanya adalah dari manusia yang sudah melupakan Tuhan dan aturan-aturan Tuhan. Hampir seluruh lapisan di masyarakat sudah melupakan Tuhan dalam kehidupan mereka. Pemimpin lupa Tuhan, rakyat lupa Tuhan. Pedagang, dosen, profesor, dokter, ahli hukum, artis, petani, buruh, semua lupa pada Tuhan. Sebagian mereka mungkin masih sembahyang, membayar zakat, berpuasa, tetapi tidak merujukkan seluruh aspek kehidupan mereka kepada Tuhan. Seolah-olah ekonomi, politik, teknologi bukan urusan Tuhan. Hanya shalat, zakat, puasa dan haji saja yang kita rujukkan kepada Tuhan.
Keadaan seperti ini pernah terjadi di zaman sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rosul. Masyarakat tertimpa berbagai macam krisis dan penyakit jiwa. Masyarakat sedang mengalami keruntuhan akhlak yang amat menakutkan.
Menurut Rasulullah SAW, timbulnya penyakit masyarakat disebabkan tiga perkara yang terbesar :
1. Keyakinan manusia terhadap Tuhan sudah tipis atau pun di dalam kata lain, perasaan Tauhid sudang berkurang.
2. Manusia sudah tidak yakin lagi dengan adanya akhirat ataupun sekiranya masih ada keyakinan namun keyakinan itu sudah tipis.
3. Disebabkan manusia itu terlalu sayang dan cinta pada diri mereka sendiri.
Pertama, manakala seseorang itu sudah tipis rasa tauhidnya, sudah tipis keyakinan tentang adanya Tuhan, maka diwaktu itu manusia tidak ada rasa takut lagi. Sudah tidak ada lagi kuasa ghaib yang ditakuti. Dia akan menjadi manusia yang coba menyesuaikan diri dalam semua keadaan, dikalangan ulama-ulama dia berpura-pura wara’ sementara di dalam suasana lain dia mungkar. Dari sinilah kemudian merebaknya penyakit-penyakit masyarakat. Orang yang tipis rasa tauhidnya sanggup melakukan apa saja apabila rahasianya diketahui umum karena takut perbuatannya itu diketahui umum.

Kedua, ketika manusia tidak yakin dengan hari akhirat, atau pun sekiranya ia memiliki keyakinan tetapi keyakinan itu sudah tipis maka akhirat itu sudah tidak lagi menjadi idaman atau cita-citanya. Dari sini hilanglah sifat mau berjuang atau berjihad karena fikirannya sudah tertumpu untuk dunia semata-mata. Dia membina dunia untuk dunia. Dia mencari uang untuk dunia, dia mencari pangkat untuk dunia dan segala-galanya untuk dunia. Kadang-kadang urusan akhirat dijadikan untuk dunia. Orang semacam ini kalaupun bersembahyang, itu semata karena ada kepentingan duniawi yang mendorongnya, mengaji Qur’an pun karena ada iming-iming untuk mendapatkan hadiah dan sudah tidak lagi untuk akhirat. Keyakinan terhadap akhirat terombang-ambing dimana urusan dunia adalah untuk dunia dan urusan akhirat juga diduniakan. Keadaan inilah yang kemudian melahirkan penyakit masyarakat.

Ketiga, apabila manusia telah cinta dengan diri sendiri maka akan timbullah keadaan manusia yang hanya mau senang sendiri, mau senang keluarga sendiri, mau senang kawan-kawan sendiri, mau kaya sendiri, ingin pandai sendiri, keluarga sendiri atau hanya kawan-kawan sendiri. Dalam hal membela nasib yang akan bersangkut-paut dengan diri maka ada kalanya terpaksa melanggar hak asasi orang lain, kadang-kadang terpaksa menginjak kepala orang lain dan merugikan orang lain. Orang lain yang berperasaan "kesendirian" juga akan melakukan hal sama, maka akan tercetuslah kekacauan, akan meletuslah peperangan, akan berlakulah tindas-menindas, lahir perasaan hasad dengki dan berbagai kekacauan. Inilah yang menyebabkan merebak dan merajalelanya penyakit masyarakat.

Cara Rasulullah Menyelesaikan Krisis
Untuk mengobati tiga sebab penyakit di atas, Rasulullah memberikan tiga "pil" sehingga masyarakat yang berpenyakit itu dapat terobati. Dengan tiga cara itu Rasulullah telah melahirkan satu masyarakat yang berperasaan ukhwah yang hidup aman damai, berkasih sayang dengan penuh rasa bahagia. Apakah tiga "pil" besar yang telah digunakan oleh Rasulullah untuk mengobati penyakit-penyakit yang sudah kita maklumi begitu parah menjangkiti masyarakat jahiliah :

Pertama, Rasullah mencanangkan dan menanam kembali rasa tauhid seperti yang begitu tipis dikalangan masyarakat jahiliah ketika itu. Rasulullah mencanangkan kembali supaya manusia merasa akan kebesaran Tuhan, akan kehebatan Tuhan dan akan keperkasaan Tuhan. Rasulullah membaca ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan itu Maha Perkasa, Maha Agung. Maha Pencipta dan Maha Menjadikan. Tuhan itu yang menghidupkan dan mematikan kita. Dialah yang memberi nikmat kepada orang yang baik dan akan mengazab orang yang jahat, ketika di atas muka bumi. Hasil dari usaha ini manusia takut kembali kepada Tuhan, mereka menjadi gentar dengan kekuasaan Tuhan. Ada para pengikut, terutama dikalangan para Sahabat yang gemetar apabila mendengar nama Tuhan atau apabila mendengar orang menyebut-nyebut tentang kekuasaan Tuhan. Artinya :
"Orang Mukmin itu apabila disebut nama Tuhan, rasa gentar, rasa takut, dan apabila dibaca ayat-ayat Tuhan, hukum-hukum Tuhan, bertambah iman kepada Tuhan, bertambah percaya kepada Tuhan", (langsung menyerah diri kepada Tuhan, bertawakkal kepada Tuhannya tanpa syarat).
Kedua, Rasulullah menanamkan kembali cinta kepada akhirat. Beliau memperdengarkan dari masjid ke masjid, dari lembah ke lembah, dari kabilah ke kabilah dan dari padang pasir ke padang pasir akan kegairahan akhirat. Beliau memperkatakan tentang syurga dan neraka. Beliau menyerukan ayat-ayat yang memperkatakan tentang akhirat.
"Akhirat itu adalah lebih utama, lebih baik daripada dunia. " (QS. Ad-Dhuha : 4)
Artinya :
"Akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal. " (QS. Al-A'la : 17)
Rasulullah berhasil. Beliau telah melahirkan dan menimbulkan manusia yang jiwanya terpaut dengan akhirat, rindu dengan akhirat dan ghairah dengan akhirat. Bahkan sebagiannya ingin agar cepat kembali ke akhirat. Akhirnya bukan saja harta dihabiskan untuk akhirat bahkan nyawa sendiri dikorbankan untuk akhirat. Mereka mau cepat-cepat kembali ke akhirat. Mereka mau mati syahid menjadi para syuhada.
Rasulullah berhasil dengan pilnya yang kedua sehingga masyarakat ketika itu tidak lagi bergaduh sesama sendiri karena tidak ada kebendaan atau material yang hendak direbut. Mereka semua berlomba-lomba, berkejar-kerjaran untuk menuju ke akhirat. Sudah tidak berlaku rebut-rebutan sesama mereka. Sedapat-dapatnya apa saja yang ada hendak diberikan kepada orang lain sebagai tabungan mereka atau bekalan mereka di akhirat nanti.

Ketiga ialah Rasulullah menanam semangat dan perasaan cinta akan sesama manusia terutamanya umat Islam. Tindakan ini dibuat oleh Rasulullah guna mengikis penyakit terlalu cinta diri sendiri, yaitu perasaan yang hanya mau membela diri sendiri, keluarga sendiri atau kawan-kawan sendiri.
"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu sehingga dia mencintai diri saudara-saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri".
Rasulullah mengajak sesama manusia agar khidmat-mengkhidmati antara satu sama lain.
"Sebaik-baik manusia ialah manusia yang banyak berkhidmat(bermanfaat) bagi manusia yang lain".
Dicanangkan lagi oleh Rasulullah bahwa "Barang siapa yang menunaikan suatu hajat saudara lain, Tuhan akan tunaikan padanya 70 hajat".

Dengan cara beginilah maka dikalangan para Sahabat dan umat Islam terjalin perasaan gairah apabila menolong orang lain. Lahir perasaan kasih sayang pada orang lain. Mereka dapat merasakan nasib orang lain seperti nasib mereka sendiri, tubuh badan orang lain ibarat tubuh badan mereka sendiri, kesenangan orang lain seperti kesenangan sendiri, kesusahan orang lain seperti kesusahan sendiri, darah orang lain seperti darah sendiri, nyawa orang lain seperti nyawa sendiri.
Rasulullah menimbulkan unsur-unsur yang dapat mendatangkan perasaan ukhuwah. Rasulullah sendiri mempraktekkan seperti apa yang terlahir di dalam Al-Qur’an hingga tercetus perasaan kasih sayang sesamanya dan umat Islam. Beliau duduk bersama-sama, bersembahyang bersama-sama, berbaring bersama-sama, makan bersama-sama berceramah dan menegur serta bercengkrama. Sekali-kali tidur beramai-ramai di masjid di mana akan diadakan kuliah di waktu malam. Inilah cara-cara Rasulullah sehingga tercetus satu kesadaran yang sungguh berbeda dari sebelumnya.
Lahirlah masyarakat mengusahakan taqwa, bersungguh-sungguh untuk menjadi orang Tuhan, orang yang hatinya selalu bersama Tuhan. Tuhan diagungkan, dibesarkan dan dipuja. Yang miskin akan sabar dan terbela, ada yang memberi tanpa diminta. Yang susah akan terhibur sebab ada yang menolong. Yang kaya pemurah. Ibu bapak memberi kasih sayang sambil mendidik. Anak-anak menurut dan mendengar kata-kata orang tua. Suami bertanggung jawab terhadap keluarga, isteri mentaati suami. Guru dan pemimpin dihormati. Ulama mengamalkan ilmunya dan mendidik masyarakat. Para pemimpin dan tokoh masyarakat menaungi rakyat dan sayang menyayangi. Masalah masyarakat dipikul bersama-sama. Rakyat merasa terbela dan dilindungi. Anggota masyarakat berdisiplin, muda-mudi bersopan santun dan sungguh-sungguh berjuang membela agama, bangsa dan negara. Rezeki Allah curahkan dari langit mencukupi semua keperluan masyarakat. Yang bersalah dan berdosa bertaubat dan bersungguh-sungguh berjuang dan berkorban untuk menebus dosanya. Yang pernah membuat dzalim meminta maaf, meminta dibalas dan dihukum di dunia karena takutkan hukum Tuhan di akhirat. Yang terdzalimi dengan mudah memohon maaf karena mengharapkan kasih sayang Tuhan.
Inilah gambaran masyarakat yang adil, makmur dan mendapat keampunan Tuhan yang mesti kita perjuangkan. Insya Allah dengan bantuan-Nya masyarakat seperti ini akan terwujud sekali lagi karenan telah dijanjikan dalam hadist Rasulullah SAW.

Gambaran Masyarakat/Perusahaan yang Madani
Masyarakat madani ialah masyarakat bertuhan yang maju & berperadaban. Maju karena anggota-anggota didalam diri manusia itu dapat dibangun atau dimajukan berlandaskan Iman. Akalnya dibangun dengan bermacam-macam ilmu yang memberi manfaat baik ilmu-ilmu Akhirat ataupun ilmu-ilmu dunia yang bermacam-macam cabangnya, dipenuhi dengan pengalaman-pengalaman. Jiwanya dibangunkan rasa tauhid atau rasa bertuhan, sifat ikhlas, kasih sayang, pemurah, berani, sabar, tawakal, lapang dada, ridha, qanaah, zuhud. Nafsunya dapat dibangun, dibersihkan dari nafsu-nafsu jahat kepada nafsu-nafsu baik (dari ammarah menjadi nafsu lawwamah seterusnya mulhamah, mutmainnah, rodhiah, mardhiah, kamilah).
Membangun jiwa dan nafsu ini bersifat rohaniah. Kemudian anggota lahirnya (jawarih) dapat membangun kemajuan fisik dan material berpandukan ilmu, bertunjangkan Iman yaitu keperluan-keperluan kehidupan dunia yang bersifat material seperti dapat membangun keperluan makan minum yang sebaik mungkin, tempat tinggal, tempat kerja seperti gedung-gedung, industri dan lain-lain secanggih mungkin, kemudahan-kemudahan kehidupan seperti jalan raya yang baik, kendaraan yang canggih mengikuti zamannya, alat-alat senjata yang canggih yang seimbang atau lebih untuk keperluan mempertahankan harkat dan martabat agama, bangsa dan tanah air dari serangan-serangan musuh.
Masyarakat madani yang tampak begitu unik, indah, menyenangkan, nyaman karena didalamnya penuh dengan sifat-sifat dan ciri-ciri ukhuwah, kasih sayang, toleransi, rasa bersama, bekerjasama, menyenangkan, nyaman, bersatu padu, bermaaf-maafan, doa-mendoakan, bertolong menolong, pemurah, berani di sudut kerohaniannya, berdisiplin, bersih daripada dosa dan noda. Kalau terjadi juga kejahatan, maka terlalu sedikit atau tidak dapat dilihat karena telah tenggelam dalam lautan kebaikan yang tercetus dari masyarakat Islam.
Anggota masyarakat benar-benar hidup dalam suasana aman makmur, maju, membangun. Fasilitas serba mudah. Makan minum cukup, pakaian serba ada, tempat tinggal sehat dan nyaman, perhubungan dan transportasi mudah, perniagaan, industri, pertanian dan pendidikan maju. Semua orang mempunyai pekerjaan yang halal, tidak ada orang yang menganggur. Mudah mengamalkan ajaran agama lahir batin, mudah mencari rezeki yang halal, baik dan berkat. Mudah belajar, klinik-klinik dan rumah sakit banyak dan menyenangkan. Martabat dan kehormatan agama, bangsa dan negara terjaga. Semua aspek hak-hak asasi manusia terjamin, dijaga dan diamalkan, dipertahankan. Siapa yang melanggarnya akan diadili dan dihukum setimpal dengan kesalahannya. Manusia merasa bebas membuat aktivitas. Di dalam kebebasan tidak melanggar peraturan, tidak merusak hak asasi manusia. Manusia aktif dan rajin tetapi berdisiplin.
Di dalam membangun suasana tetap tenang, di dalam kesibukan tidak ada pelanggaran undang-undang. Bebas bertemu, berkumpul, bergaul, berbincang, bermusyawarah, berbicara dengan penuh sopan, rendah diri, tidak ada orang yang berlagak dan menunjuk-nunjuk. Semuanya dalam suasana hormat-menghormati, jaga-menjagai, ingat-mengingati, tegur-menegur, sayang-menyayangi, berlomba-lomba untuk membuat kemajuan dan kebaikan, tidak ada hasad dengki, tidak ada pelanggaran. Semuanya bersifat selamat dan menyelamatkan.

Dalam masyarakat madani semua anggota masyarakat apapun agamanya merasa puas, senang dan tenang, merasa aman dan damai, selamat dan menyelamatkan, merasa gembira dan bahagia, merasa saling berkasih sayang dan hidup dalam keadaan harmonis. Para pemimpin bertindak adil, melindungi dan menyayangi, lemah lembut dan berakhlak tinggi. Keadilan yang mereka tegakkan dapat membuat masyarakat hidup dalam suasana aman dan tentram, merasa dilindungi, hatta kambing dan serigala dapat hidup dalam suasana tidak saling bermusuhan.
Cendikiawannya tawadhu’ dan berserah diri kepada Allahnya, siapa saja yang bergaul dengannya senang hati. Si kaya dan yang berada tidak sombong, tidak menunjuk diri dan berbangga, mereka menjadi bank bagi masyarakat dan negaranya. Fakir miskin mendapat pembelaan dari mereka, mereka disayangi dan menyayangi, tidak ada orang yang sakit hati, kecuali orang yang hasad dengki.
Tidak ada golongan yang menzalimi golongan lain. Penjarahan tidak akan terjadi, pengangguran akan dapat ditekan. Lapangan kerja terbuka dimana-mana, uluran tangan si kaya tidak susah dicari, ketika itu pula si miskin ridho menerima. Kemiskinan dihadapi dengan sabar, tidak meminta-minta, tidak pernah menipu dan berkeluh kesah, hidup mereka tetap tenang dan menenangkan, sehingga orang tidak mengira kalau mereka adalah fakir miskin.
Dalam masyarakat madani, para ulama senantiasa menjadi obor, menyuluh hidup setiap manusia ke jalan yang diridhoi oleh Allah, belas kasihan kepada si jahil, sering memberi pengajaran kepada mereka, berlemah lembut kepada manusia, kasih sayangnya sangat tampak. Melihat muka mereka teringat orang kepada Allah, mereka sangat disayangi oleh manusia, menjadi tempat rujuk dan sandaran manusia.
Dalam masyarakat madani, orang-orang tua dihormati, karena wibawanya tinggi dan dijaga. Semakin tua semakin dekat dengan Allah. Kata-katanya bak mutiara sangat memberi pengajaran kepada manusia, makin mereka tua makin disayangi oleh manusia. Mereka tidak disia-siakan apalagi oleh anak-anak cucunya.
Muda-mudi berakhlak mulia, bersifat malu, lebih-lebih lagi pemudi-pemudi atau wanita-wanitanya, tidak ada pergaulan bebas antara lelaki dan wanita yang bukan mahrom, rajin bekerja, dan gigih berjuang menegakkan kalimah Allah. Mereka tidak berfoya-foya. Waktu mereka diisi dengan aktifitas-aktifitas yang baik. Mereka sangat mempertahankan harga diri agama, bangsa dan negara.
Dalam masyarakat madani, tidak ada kemungkaran dan maksiat yang terang-terangan, tidak ada kejahatan, kalaupun ada hanya sekali-kali karena manusia sangat takut dengan Allah dan sangat mencintai akhirat sehingga barang-barang yang tertinggal atau hilang akan ditemukan atau dikembalikan. Perempuan-perempuan yang berjalan, walaupun sendirian, tidak ada yang mengganggu dan menodainya.
Antara tetangga saling menghormati, menjaga, menengok, memberi, menolong, menziarahi, apalagi di waktu sakit. Masing-masing memperhatikan satu sama lain, terutama di waktu mendapat kesusahan. Orang yang bersalah mudah meminta maaf, yang tidak bersalah mudah memaafkan, walaupun tanpa diminta. Tidak ada dendam dan hasad dengki. Mereka hidup bertenggang rasa, penuh dengan kasih sayang dan harmonis. Setiap orang yang susah, miskin, mendapat bencana tidak ada yang terlantar, orang berebut untuk memberikan pertolongan dan bantuan.
Kemana saja kita pergi bermusafir mudah saja menjadi tamu, orang berebut menerima kita. Ada saja bantuan didalam perjalanan. Bila kehabisan bekal ada yang memberi bantuan dan menolong. Bila tersesat ada yang menunjukkan jalan. Tanda-tanda kebesaran Allah serta syiar-Nya nampak di mana-mana, kemana saja kita pergi terlihat orang beribadah, menutup aurat, memberi salam dan menjawab salam, belajar agama, berbudi bahasa, berbudaya mulia, tolong menolong, bertenggang rasa, mengutamakan orang lain, menjamu, mudah menerima tetamu, memberi dan membantu.
Oleh karena itu masyarakat menjadi damai, aman, bersatu, berkasih sayang, tenang, senang, bahagia dan harmoni. Hilang rasa ketakutan dan yang membimbangkan. Masyarakat tidak takut lagi dengan kejahatan manusia. Mereka merasa tidak ada lagi orang yang hendak menipu, mencuri hartanya, membuat khianat, mengambil peluang untuk kepentingan diri, melakukan sabotase, perampokan dan sebagainya. Terjadilah satu kehidupan yang Allah taala gambarkan melalui Al Quran yang bermaksud :
‘Negara yang aman makmur dan mendapat keampunan Allah’.

Langkah-Langkah Mewujudkan Masyarakat/Perusahaan Madani

Ada 5 langkah untuk mewujudkan masyarakat madani yang berkasih sayang, aman, damai, makmur dan mendapat keridhoan Allah.
1. Menyeru masyarakat/pekerja kepada Allah secara menyeluruh, serius dan istiqamah.
2. Membuat program pendidikan dan kepemimpinan yang berkesinambungan.
3. Membuka dan memperluas proyek-proyek kebaikan dalam masyarakat.
4. Menutup segala pintu dan peluang-peluang berlakunya kejahatan
5. Para pemimpin dan tim kepemimpinan mesti berwibawa.
1. Menyeru masyarakat/Pekerja kepada Allah secara menyeluruh, serius dan istiqamah
Sekarang kebanyakan manusia sudah melupakan Allah. Hampir seluruh lapisan masyarakat sudah melupakan Allah dalam kehidupan mereka. Sebagian mereka mungkin masih shalat, membayar zakat, berpuasa, tetapi tidak merujukkan seluruh aspek kehidupan mereka kepada Allah. Manusia yang sudah melupakan Allah dan tidak merasakan pengawasan ghaib dari Allah, sudah tidak takut untuk berbuat curang, menipu, berbohong, melanggar hukum dan aturan hidup Allah, apalagi hukum dan aturan hidup buatan manusia. Bahkan dalam masyarakat yang sudah melupakan Allah bisa terjadi hal yang tidak benar sudah dianggap biasa. Yang tidak melanggar hukum dianggap aneh dan terasing sebab semua orang sudah biasa melanggar hukum. Maka timbullah kekacauan dalam masyarakat.
Karena itu langkah awal untuk membangun masyarakat madani adalah membuat program besar-besaran untuk menyeru manusia untuk kenal dan cinta kepada Allah dengan seagung-agungnya cinta. Yakin dan rindu dengan Kampung Akhirat, tempat asal kita. Serta amat takut dengan azab Alam Barzah dan Api Neraka yang menyala-nyala. Bila rasa keimanan yang tertanam dalam hati ini benar-benar sudah memenuhi ruang dada manusia, barulah masyarakat sungguh-sungguh bekerja, taat & patuh hukum, sehingga wujudlah masyarakat yang aman, damai, kreatif atas dasar cinta dan takut pada Allah.
Hari ini siapa tidak tahu korupsi, kolusi itu salah, mark-up, menipu, mencuri, mengumpat dan memfitnah itu dosa besar? Tetapi mengapa banyak orang yang masih korupsi, kolusi, menipu, mencuri, mengumpat, memfitnah dll. Padahal mereka mengerjakan shalat, puasa, haji, umroh dll. Karena cinta Allah tidak ada. Takut dengan Neraka tidak ada. Rindu dengan Syurga juga tidak ada dalam hati mereka. Kalau ada pun terlalu tipis, tidak mampu untuk mencegah dari berbuat salah.
Yang ada pada kita semua ialah cinta dunia, takut miskin di dunia dan ingin kaya di dunia, gila pangkat, gila kuasa, ingin masyhur, tidak suka orang lain sukses dan lain-lain. Sebab itu kita bersungguh-sungguh untuk mengejar apa yang dicintai itu. Sehingga sanggup jatuh-menjatuhkan, hina-menghina, fitnah- memfitnah dan lain-lain. Kalaulah kita didik hati-hati manusia untuk cinta Allah dan takut dengan Neraka serta rindu dengan Syurga, niscaya mereka akan bersungguh-sungguh untuk kecintaan itu. Mereka akan menjadi manusia yang paling membangun.
Untuk mengajak masyarakat/pekerja kepada Tuhan, kita mesti membawa misi Islam yang kaafah dalam segala bidang kehidupan seperti ekonomi, keuangan, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, teknologi dll. dengan menggunakan segala bentuk media cetak dan elektronik yang akan memberi kesan mendalam melalui approach dan persembahan yang saintifik dan up-to-date. Para penyeru tentunya orang-orang yang sudah menegakkan Islam dalam diri, dan keluarganya serta cantik akhlaknya. Tanpa akhlak orang tidak akan tertarik. Usaha-usaha dakwah dengan segala kecanggihan pendakwah dan segala bentuk persiapannya tadi, mesti dipastikan memberi kesan dan membawa perubahan pada hati-hati masyarakat atau pekerja perusahaan.

2. Didikan dan Pimpinan Yang Berkesinambungan
Untuk mengamalkan cara hidup Islam mesti melalui proses pendidikan dan kepemimpinan. Jika tidak, mustahil dapat diamalkan dengan tepat dan istiqamah. Maka kita perlu siapkan pula pendidik dan pemimpin yang akan mendidik dan memimpin umat yang sudah didakwahkan tadi untuk selalu taat dan patuh pada hukum. Jumlah mereka juga perlu banyak supaya tenaga mereka cukup untuk bekerja di seluruh negara. Sebab itu gabungan tenaga pendidik dari seluruh badan Islam di seluruh negara amat perlu. Kalau mengharap tenaga dari satu partai atau satu jemaah Islam atau Majelis Ulama saja, mana cukup? Bila tidak cukup, jadilah seperti sekarang, dimana umat Islam terbiarkan tidak dididik sehingga tidak faham, tidak membangun dan tidak patuh pada hukum Allah, lebih-lebih pada hukum buatan manusia.
Selain dari tenaga pendidik dan pemimpin, persediaan satu lingkungan yang dapat mendidik secara praktek juga penting. Supaya di sana orang-orang yang mau mendidik dirinya mendapat peluang untuk melatih dan membiasakan diri dengan amalan itu. Sebab dunia kini dalam suasana jahiliah yang di dalamnya, iman dan syariat sentiasa terpecah dan dirusakkan, hukum sudah tidak dipedulikan.
Kita memerlukan suasana hidup yang damai, sebab itu model-model masyarakat madani yang taat hukum, berkemajuan atas dasar cinta dan takut pada Allah perlu dibangun. Di situlah orang-orang yang mau melatih diri, berpeluang meniru dan menjalankan cara hidup yang disiplin. Bila sudah biasa dengan cara hidup yang disiplin, nanti bila menghadapi cara hidup jahiliah, mereka tidak lagi lemah iman dan takut serta malu untuk tetap mengikut cara Allah. Tanpa latihan dan didikan, biasanya seseorang yang sudah disadarkan melalui dakwah akan hanyut oleh arus jahiliah.
Langkah-langkah pendidikan berpandukan Al-Qur’an dan Hadis yang telah dipakai oleh Rasulullah dalam sistem pendidikan adalah :
1. Mendidik jiwa tauhid agar tumbuh rasa kehambaan yang tinggi terhadap ALLAH SWT. Ini dibuat dengan membawa manusia berfikir tentang kebesaran ALLAH, kuasa ALLAH, kehebatan ALLAH, kebaikan ALLAH, rahmat ALLAH serta nikmat-Nya
2. Mendidik hati agar rasa rindu dengan Syurga ALLAH, rahmat ALLAH, keampunan ALLAH, bantuan ALLAH dan lain-lain. Ini dilakukan dengan menyebutkan khabar-khabar gembira (tabsyir) tentang perkara-perkara tersebut.
3. Mendidik iman dan taqwa di hati agar manusia merasa takut dengan Neraka dan azab ALLAH, serta ancaman-ancaman dan kemurkaan ALLAH. Hal ini didapati dengan menyebut perkara-perkara yang menakutkan manusia (tanzir).
4. Mendidik manusia agar melakukan amal soleh dan berakhlak mulia. Untuk itu, Al-Qur’an banyak menceritakan sejarah hidup para Nabi, Rasul dan orang-orang soleh. Cerita-cerita itu bermaksud untuk menjadi panduan kepada manusia, bagaimana mereka harus menjalani hidup sebenarnya.
5. Mendidik manusia untuk menghindari sifat-sifat jahat agar selamat dari api Neraka. Maka diceritakan perihal orang-orang jahat atau musuh ALLAH seperti Firaun, Namrud, Qarun, Haman dan lain-lain.
6. Mendidik manusia agar memiliki sikap hidup khusus sebagai seorang Islam, agar selamat di dunia dan di Akhirat. Maka Al-Qur’an mengajarkan tentang syariat atau hukum-hukum ALLAH. Ada perkara haram dan makruh yang perlu dijauhi. Ada pula perkara wajib, sunat dan mubah yang perlu dilakukan.

Melalui didikan ini maka jadilah para Sahabat, generasi contoh Islam yang telah berjaya membangun peradaban serta kekuasaan Islam yang menjadi rahmatan lil’alamin dalam waktu yang singkat.

3. Membangun berbagai proyek Kebaikan
Selain dari usaha-usaha dakwah dan tarbiah kepada umat secara menyeluruh dan istiqamah, pada waktu yang sama pemimpin, pemerintah, serta badan-badan dakwah mesti mengusahakan agar setiap rakyat mendapat keperluan hidup yang asas secara halal, sekalipun dia bukan seorang Islam. Setiap orang dari kalangan rakyat mempunyai pekerjaan dan pendapatan yang cukup untuk keperluan hidup.
Untuk itu pemerintah mesti bekerjasama dengan orang-orang kaya, ormas-ormas dan jamaah-jamaah Islam untuk membangun berbagai proyek pembangunan Islam dalam negara : ekonomi, pendidikan, teknologi, pertanian, kebudayaan dll. Selain memberi lapangan pekerjaan yang halal bagi anggota masyarakat, pembangunan ini akan mewujudkan sistem Islam yang sudah dirindukan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Taraf gaji dalam negara/perusahaan sebaiknya tidak terlalu berbeda antara pejabat dan rakyat. Bahkan mereka mencontoh Rasulullah. Baginda dan Sahabat-Sahabatnya, nyata lebih miskin daripada rakyat. Bukan karena tidak ada harta. Tetapi harta itu digunakan untuk negara dan rakyat. Agar di Akhirat tidak banyak hisab. Hingga rakyat akan hormat kepada mereka.
Sistem maasy (pemberian keperluan hidup mengikut keperluan) perlu diamalkan dalam negara yang rakyatnya sudah lebih cinta Allah dan Akhirat. Maka pembangunan negara dan peradaban rakyat dapat digiatkan tanpa perlu berhutang dan bersandar pada orang lain. Bila setiap rakyat yang sudah dididik cinta dan takutkan Allah dapat menikmati kemakmuran negara, maka masalah-masalah sosial dalam masyarakat akan mengecil. Orang kaya akan menjadi bank dalam masyarakat dan orang-orang miskin akan ridho dengan kemiskinannya dan tidak akan membuat masalah sosial dalam masyarakat.

4. Menutup Peluang-peluang Maksiat dan Kejahatan (sadduz zara'i)
Setelah kerja amar makruf (menyuruh kepada kebaikan) dianjurkan secara serius dan istiqamah ke setiap lapisan masyarakat di seluruh negara, usaha-usaha nahi mungkar pun diseimbangkan. Yakni selain menasihati manusia jangan berbuat maksiat dan membuka seluas-luasnya pintu kebaikan, segala sumber dan peluang maksiat mesti ditutup. Peluang mencuri ditutup dengan menampung keperluan setiap orang miskin. Si kaya diminta menjadi bank masyarakat. Peluang minum arak ditutup dengan ditutup kedai-kedai arak dan ditutup jalur memasukan arak ke dalam negara. Riba ditutup dengan menutup segala bisnis dan ekonomi berasaskan riba serta bank-bank riba.
Zina, perkosaan dan pelacuran ditutup dengan menutup pusat-pusat maksiat dan pendorong ke arahnya seperti disko, kasino, kelab malam, bioskop, majalah dan yang mengumbar aurat, video porno dan lain-lain. Mempertontonkan aurat dan pergaulan bebas yang semuanya merupakan pintu-pintu maksiat juga dibasmi. Perempuan berjalan seorang diri, yang memungkinkan ia diperkosa, juga dihindarkan.
Pendek kata, segala pintu maksiat harus ditutup dulu oleh pihak yang berkuasa. Itupun bukan dibuat dengan paksaan secara membabi buta. mesti melalui nasihat, tarbiah dan ilmu yang meyakinkan. Di samping pintu rezeki mereka dibuka kepada jalan yang halal serta tempat-tempat hiburan yang halal juga disediakan. Usaha ini bukan dibuat dalam sehari dua hari. mesti bermula dengan dakwah dan tarbiah yang tentunya akan mengambil waktu yang lama.
Zaman ini walaupun ayat-ayat itu sudah turun semuanya dengan lengkap, tetapi manusianya belum bersedia. Mereka belum diberi kesadaran Iman dan kefahaman tentang itu. Maka kita mesti memproses dulu jiwa-jiwa manusia itu. Kalau kita hantam saja, akibatnya lebih buruk daripada kita biarkan. Kita tirulah setiap langkah Rasulullah SAW dalam mendidik umat jahiliah dari awal-awal langkah hingga ke akhirnya. Kalau kita terus melompat ke langkah terakhir, akibatnya kita tidak akan memperoleh hasil yang sama seperti yang dicapai oleh baginda Rasul.

5. Pemerintah/Pimpinan Yang Berwibawa
Jika cara hidup Islam ingin benar-benar dapat diterima, dipatuhi dan dijalankan oleh masyarakat umum, mesti dilaksanakan oleh pemerintah, parlemen dan partai pemerintah yang berwibawa. Ciri ini penting dalam proses mewujudkan masyarakat madani.
Di zaman salafussoleh perlaksanaan cara hidup Islam tidak mendapat tentangan dari pihak manapun sekalipun dari orang kafir. Bahkan ia diterima dengan senang hati. Karena waktu itu Pemerintah disegani dan dikagumi oleh kawan maupun lawan. Apa saja yang mereka lakukan dianggap bagus dan mendapat sokongan.
Faktor penting yang menjadikan pemerintah begitu berwibawa waktu itu ialah taqwa. Taqwalah yang membuat mereka sangat disegani oleh manusia. Di samping itu taqwa juga menjadi sebab datangnya pertolongan Allah pada mereka. Partai dan pemerintah yang terdiri dari Presiden, menteri-menteri, gubernur dan para pembantunya, anggota parlemen, bankir-bankir dan seluruh tokoh masyarakat hendaklah terdiri daripada orang-orang yang bertaqwa. Ciri-ciri taqwa itu di antaranya adalah seperti berikut :
1. Ibadah fardhu dan sunatnya sempurna dan banyak.
2. Akhlak mereka baik, dapat menawan hati orang lain seperti pemurah, tawadhu’,
pemaaf, penyayang, menghormati tamu dan lain-lain.
3. Ukhuwah dan kasih sayang antara mereka begitu erat dan kukuh.
4. Hukum Allah sangat mereka jaga, lebih dari rakyat jelata hingga pribadi mereka menjadi contoh. Mereka sangat menjauhi larangan Allah.
5. Memerintah dengan kasih sayang sekalipun terhadap orang kafir.
6. Mereka hidup zuhud, tidak mengambil kekayaan negara untuk kepentingan peribadi. Bahkan harta mereka sendiri dikorbankan untuk kepentingan rakyat dan negara. Mereka hidup berdikari.
7. Mereka pemerintah yang adil.
8. Sangat memberi layanan kepada rakyat dan membereskan kehidupan rakyat, pengikut dan penyokong-penyokongnya.
9. Jemaah atau partai mereka gagah dan menjadi model atau bayangan kepada negara yang mereka perintah.
10. Usaha-usaha mereka 'mumpuni' yakni dapat kejayaan, dan musuh-musuh tidak dapat mengapa-apakan mereka. Karena adanya pertolongan ALLAH secara nyata atau ghaib.

Dengan ciri-ciri ini, para pemimpin, pemerintah dan partainya sangat diyakini oleh rakyat, baik Islam maupun bukan Islam. Sebaliknya, tanpa wibawa yang meyakinkan, orang akan ragu dengan pemerintah & pemimpin. Ucapan dan tindakannya dipermasalahkan dan ditentang. Bahkan mereka dianggap memerintah karena mempunyai kepentingan dan bukannya betul-betul mau menegakkan keadilan. Dan pertolongan ALLAH tidak akan datang karena mereka tidak bertaqwa. Sedangkan pertolongan ALLAH itu amat penting, untuk menentukan sukses atau gagalnya perjuangan kita serta nasib kita.




   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar