Halaman

Sabtu, 17 April 2010

Rahasia Kesuksesan Pendidikan Rosulullah

Disusun oleh :
ABDUL HARIS
(Pengawas”PAI” Kota Bandung)


Pendahuluan

Sejarah telah menceritakan kepada kita keberhasilan Rasulullah dalam mendidik manusia-manusia yang hidup di jaman Jahiliyah menjadi sahabat-sahabat yang mempunyai kepribadian agung yang menjalankan sistem hidup Islam. Dengan kata lain sistem pendidikan Rasulullah telah berhasil mengubah jiwa, fikiran, dan fisik manusia sehingga melahirkan zaman kegemilangan tamaddun (peradaban) manusia. Hanya dalam waktu 23 tahun saja, Rasulullah SAW telah berhasil mengubah manusia-manusia gurun yang kasar, terbelakang dan kurang berperadaban, menjadi manusia-manusia agung yang mampu menguasai dan menaungi dunia sehingga dunia menjadi aman, damai dan sejahtera di bawah pemerintahan mereka. Kekuatan jiwa mereka yang bersumber dari rasa bertuhan yang demikian hebat telah mampu mengalahkan kekuatan 2 super power dunia di kala itu yaitu Romawi dan Persia dengan kecanggihan sains dan teknologi yang mereka miliki. Bahkan menjadikan sebagian besar rakyat kedua negara tersebut memilih masuk ke dalam agama Islam secara sadar dan sukarela. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan fisik berupa tentara yang banyak, persenjataan yang lengkap, sains dan teknologi yang canggih tidak akan menang menghadapi kekuatan rohaniah yaitu kekuatan taqwa.
Sistem pendidikan seperti ini tidak pernah dibuat oleh pendidik manapun atau pemimpin dunia yang ada. Orang lain sekalipun dia seorang guru besar, pendeta atau ilmuan, yang memiliki titel antri, tidak mampu mendirikan sistem serupa. Sistem pendidikan selain sistem pendidikan Rasulullah kalaupun ada hanya mampu mengubah dasar dan tujuan serta pentadbiran lahiriah manusia saja tapi tidak dapat mengubah jiwa manusia hingga menjadi hamba Tuhan yang sebenarnya. Syariat dan syiar Islam bahkan telah lenyap dari diri penganutnya. Maka jadilah umat Islam, umat yang tidak berharga lagi di mata dunia. Akhirat sudah dilupakan atau disepelekan karena ingin mengejar kemajuan dunia, tetapi malang kemajuan yang dikejar itu tak dapat diraih.
Di seluruh negara di dunia saat ini, pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan. Bahkan budget untuk pendidikan di semua negara di dunia kadang-kadang merupakan yang terbesar atau minimal dalam 5 besar. Berbagai institusi yang disebut ‘institusi pendidikan’ didirikan baik untuk pendidikan secara formal maupun informal, baik yang bersifat akademis maupun yang bersifat kejuruan.
Secara lahiriah semakin banyak manusia yang dididik sistem pendidikan yang ada di dunia ini, baik yang bersifat umum ataupun bersifat agama. Tetapi hasilnya, dunia saat ini sedang prihatin menghadapi berbagai masalah yang sangat parah. Bahkan banyak orang yang sudah berputus asa dengan keadaan yang tidak menentu. Mereka tidak mampu membayangkan masa depan bangsa dan juga dunia. Bukan manusia tidak berusaha mencari penyelesaian, tetapi semakin dicari semakin dunia bertambah rusak. Pembunuhan, keributan, peperangan sudah menjadi makanan keseharian. Manusia menzalimi, menindas, menipu, korupsi, mementingkan diri, jatuh menjatuhkan, hasad dengki, pemarah, takabur, bakhil, berdendam dan lain- lain. Masyarakat manusia tidak lagi berkasih sayang, bekerjasama., bertoleransi dan bertolong monolong. Sebaliknya mereka berebutan, berkrisis dan berperang. Peperangan terjadi di antara suami dengan isteri, anak-anak dengan ibu bapak, murid dengan guru, buruh dan majikan, rakyat dengan pemimpin, antara pengikut berbagai partai politik, bahkan antara negara dengan negara lain. Manusia sudah hilang kemanusiaannya. Masyarakat manusia sudah tidak berwatak manusia lagi! Tertukar dengan watak syaitan dan hewan.
Yang menyedihkan lagi, dalam keadaan yang sudah haru biru ini, manusia tidak menyadari bahwa sebenarnya semua masalah ini bersumber karena manusia telah meninggalkan Tuhan. Tuhan seolah-olah tidak berperan dalam kehidupan mereka. Hubungan dengan Tuhan hanyalah menyangkut solat, zakat, puasa atau haji saja, sedangkan dalam kegiatan harian lainnya, Tuhan dianggap tidak tahu. Seolah Tuhan tidak tahu ekonomi, keuangan, teknologi, kebudayaan dan lain-lain. Maka manusia tidak merujukkan itu semua kepada Tuhan. Manusia mencari penyelesaian dengan akalnya sendiri. Secara sadar atau tidak, manusia telah menggantikan Allah sebagai tuhannya kepada akal. Akhirnya penyelesaian masalah membawa kepada bertambah parahnya kerusakan. Kebanyakan manusia sudah lupa bahwa Tuhanlah penyelesai segala masalah. Sepatutnya pada Tuhan jualah manusia mengadukan segala masalah untuk diselesaikan, bukan mengada-adakan penyelesaian dengan akal saja.
Begitulah hasil pendidikan dunia sekarang ini. Walaupun sebagian manusia berilmu tinggi, kaya, berpangkat, terkenal, namun kebanyakan mereka sudah tidak bahagia, menderita di dunia, lebih-lebih lagi di akhirat nanti. Mengingat pentingnya masalah pendidikan ini dan dengan tujuan untuk mengamalkan kembali sistem pendidikan Rasulullah yang telah terbukti berhasil melahirkan manusia-manusia agung yang mampu menaungi dunia dengan keadilan dan kesejahteraan.

Salah Faham tentang Makna Mendidik

Terjadi salah faham dalam dunia pendidikan sekarang ini. Pendidikan yang ada di sekolah, pondok dan berbagai sekolah serta universitas sekarang ini sudah disempitkan artinya sekedar transfer atau perpindahan dan pengajaran ilmu dan kepakaran, baik ilmu-ilmu ekonomi, sosial, bahasa, kebudayaan, undang-undang, sains, teknologi, perhotelan, maupun ilmu-ilmu Islam seperti tauhid, fikih, tasawuf. Kalaupun ada pendidikan moral atau budi pekerti tetapi tidak dikaitkan dengan cinta, takut dan rindukan Tuhan.
Sistem pendidikan yang ada sekarang ini sekalipun labelnya Islam hanya mampu mengubah dasar, tujuan serta teknik pentadbiran akaliah dan lahiriah saja, tetapi tidak dapat mengubah jiwa atau rohaniah manusia sehingga membuat mereka merasa diri mereka hamba yang perlu patuh kepada ALLAH. Tegasnya, pendidik dan pemimpin dunia yang ada sekarang tidak faham apa yang dimaksud dengan mendidik manusia Karena mereka tidak faham apa itu manusia. Mereka sangka manusia hanyalah fisik dan akal saja. Ada juga yang tahu bahwa selain fisik dan akal, manusia juga memiliki hati nurani atau roh tetapi tidak tahu betapa pentingnya roh ini dan tidak tahu bagaimana membangun hati nurani atau roh tersebut. Bahkan mereka sendiri tidak mampu mendidik dan membangunkan hati nurani atau roh mereka sendiri. Akhirnya mereka hanya mampu mencapai pembangunan akal dan material saja, sedangkan rohaniah anak didiknya tidak jauh dengan hewan.

Kegagalan Sistem Pendidikan sekarang

Sistem pendidikan sekarang ini walaupun sudah menghasilkan banyak orang yang berilmu pengetahuan tinggi tetapi sebenarnya ia telah gagal dan hanya berhasil menghewankan manusia sehingga menjadi manusia yang sombong, ego, kejam, pemarah, hasad dengki, gila kuasa, gila dunia, menggunakan kekuatan fisik, akal dan segala cara untuk mencapai tujuannya. Dunia sudah menjadi rimba yang dihuni oleh hewan-hewan yang berupa manusia. Hasilnya semakin terbangun akal dan material, manusia semakin huru-hara dan kacau balau. Tiada kasih sayang, keamanan, kedamaian dan keharmonisan. Jauh sekali dari pada keampunan Tuhan. Padahal kesuksesan besar seorang pendidik atau pemimpin ialah mampu melakukan pembangunan insaniah manusia sehingga mereka mengalami perubahan jiwa, fikiran dan fisik. Insaniahnya dibangun sehingga mempunyai ciri-ciri malaikat, akalnya dibangun dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, selamat dan menyelamatkan dan fisiknya dibangun sehingga menjadi sehat dan kuat untuk beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada sesama.
Sistem pendidikan yang ada sekarang melahirkan 2 jenis manusia yang ekstrim : sistem pendidikan tradisional melalui pondok melahirkan manusia yang hanya berfikir kepada fikih, halal haram dan kurang memperdulikan kemajuan pembangunan material dan yang lainnya adalah sistem pendidikan barat yang telah melahirkan manusia yang pandai membuat kemajuan dan pembangunan materi tetapi memisahkan Islam, Tuhan dengan pembangunan. Aktifitas profesional keseharian mereka tidak dikaitkan dengan Tuhan.
Pendidikan Islam sudah diselenggarakan dengan tata cara yang tidak Islami, mengikuti cara Barat dan Yahudi. Padahal Barat memang hendak mematikan akal dan jiwa umat Islam sejak zaman penjajahan. Penekanan bukan pada perubahan insan tetapi pada perpindahan ilmu dan kepakaran yang dibuktikan dengan selembar ijazah atau diploma yang begitu diagung-agungkan dan dijadikan tujuan. Selembar ijazah itulah yang akan menentukan jabatan dan gaji seseorang. Sepatutnya orang yang faham khazanah agama Islam, Al-Qur’an atau hadis, dia akan menjadi orang yang tahu dan faham dengan ilmu dunia akhirat. Tetapi sistem pendidikan Islam sekarang ini menghasilkan orang-orang yang lemah jiwa walaupun mereka banyak mengetahui ilmu Islam, hafal Qur’an dan hafal hadis.
Sudah ribuan orang di negara kita yang lulus universitas/PT Islam, hafal Qur’an, tetapi susah untuk mencari seorang pun yang menjadi tokoh yang bertaqwa dalam bidang ekonomi, politik, sains, teknologi, kemasyarakatan, kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Susah mencari sarjana dan orang hafal Qur’an yang begitu berwibawa sehingga disegani oleh barat. Disegani bukan karena aksi-aksi kekerasannya tetapi karena taqwanya. Padahal dalam Qur’an itu ada bermacam-macam khazanah ilmu dan didikan yang akan menguatkan jiwa dan menaikkan wibawa.

Mengapa ini terjadi?

Sebenarnya yang berhak mendidik manusia adalah Tuhan. Tuhanlah yang mencipta manusia, yang mencipta dunia. Sudah tentu Tuhan tahu masalah dunia, tahu akal fikiran, nafsu dan rohaniah manusia. Jadi kaidah yang paling tepat untuk mendidik manusia tentu datang dari Tuhan. Kaidah itu Tuhan kirim melalui utusan-Nya, yaitu Rasulullah SAW. Tetapi manusia sekarang sudah mengambil kuasa Tuhan untuk mendidik. Mereka gunakan akal dan kaedah ciptaan mereka untuk mendidik manusia. Ini suatu kesalahan besar yang dibuat manusia. Secara sadar atau tidak, manusia sudah menuhankan dirinya sendiri. Manusia sudah mengambil hak Tuhan. Manusia sudah ingin menjadi Tuhan. Maka datanglah kemurkaan Tuhan kepada mereka, maka Tuhan akan berlepas diri dan tidak membantu mereka dalam mendidik manusia. Semakin banyak sekolah dan universitas dibangun, semakin banyak orang-orang memasuki sistem pendidikan buatan manusia, semakin banyak kejahatan dan masalah dalam masyarakat. Itulah sumber utama masalahnya. Inilah rahasia yang tersembunyi, rahasia yang tersirat, ahli dan pakar pendidikan dunia tidak memperhatikan, sebab mereka hanya melihat yang lahiriah saja dengan mata dan akal saja. Seolah Tuhan berkata, engkau hendak menjadi Tuhan, didiklah manusia dengan akal dan caramu. Maka gagallah mereka. Masyarakat yang mereka didik hasilnya semakin kacau dan huru hara.


Sistem Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan dalam Islam

Pertama, untuk melahirkan insan yang berjiwa taqwa, yakni insan yang hidupnya hanya untuk menyembah dan mengabdikan diri kepada ALLAH.
     
Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah Aku. (Az-Zaria’t: 56)

Kedua, untuk melahirkan insan-insan yang sanggup bekerja sebagai khalifah (duta) ALLAH di muka bumi. Mereka bekerja full time dengan kerajaan ALLAH untuk membangun sistem kehidupan Tuhan dan melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh ALLAH kepada manusia seperti firmanNya dalam Al-Qur’an:
     
Sesungguhnya Aku akan menjadikan di muka bumi seorang khalifah (Al-Baqarah: 30)
Makna Menidik Menurut Islam

Mendidik menurut Islam adalah mengubah individu-individu yang tidak kenal Tuhan dan hidup dalam sistem jahiliah kepada pribadi-pribadi soleh dan solehah yang kenal, cinta serta takut akan Tuhan serta menjalankan sistem hidup Islam. Manusia terdiri dari jasad lahir, akal, nafsu dan roh, maka sistem pendidikan Islam berusaha untuk mengubah fikiran, nafsu, jiwa (roh) dan fisik manusia sehingga lahir zaman kegemilangan peradaban manusia.
Karena hakikat manusia adalah roh (hati) atau dengan kata lain yang menjadi raja dalam diri manusia adalah roh atau hati maka Islam menumpukan usaha-usaha untuk mendidik hati atau roh ini. Islam mendasarkan pendidikannya kepada pembangunan insan yaitu untuk melahirkan manusia-manusia yang pada mulanya tidak kenal, tidak cinta, tidak takut dan tidak rindu akan Allah kepada manusia yang kenal, cinta, takut dan rindu akan Allah serta memiliki rasa berTuhan dan rasa kehambaan yang tajam. Untuk melaksanakan dan mengoptimakan peranan kedua manusia yaitu menjadi khalifah Allah di muka bumi, maka sistem pendidikan Islam dilengkapi juga dengan latihan dan pemberian ilmu yang bersifat kepakaran sesuai dengan yang diperlukan dalam kehidupan. Jadi dalam sistem pendidikan Islam, latihan dan pemberian ilmu yang bersifat kepakaran adalah pelengkap saja bukan program utama.
Hasil dari pendidikan Islam akan lahirlah manusia-manusia bertaqwa yang mempunyai rasa bertuhan yang tajam dan sifat-sifat hamba, manusia yang berakhlak seperti akhlak seorang hamba, yang bersikap sebagai seorang hamba. Manusia yang mempunyai sifat malu, menyerah diri dengan Tuhan, senantiasa merasa diperhatikan oleh Tuhan, merujuk kepada Tuhan, ridho dengan Tuhan, sabar, takut dan cinta Tuhan, membesarkan Tuhan, mensucikan Tuhan dari berbagai macam syirik, memuji Tuhan, dan lain lain. Manusia bukan saja tahu bahwa dia seorang hamba tetapi dia juga bersikap sebagai seorang hamba.
Selain merasakan diri sebagai hamba sangat penting untuk diri sendiri, ia juga sangat penting bagi manusia dalam memainkan peranan kedua yaitu sebagai khalifah Allah. Supaya ketika dia melaksanakan peranan mentadbir dunia, mengatur dunia, mengimarahkan dunia, memajukan dunia, memakmurkan dunia, menyelamatkan dunia, mengamankan dunia, dan mengharmoniskan dunia, dia akan tadbir dan atur dengan baik. Jika dia tidak dapat mengekalkan sifat hamba tersebut, maka dia akan zalim di bidangnya. Kalau dia pemimpin, mengatur ekonomi, dia akan zalim di bidangnya. Begitu juga di bidang pendidikan, di bidang kebudayaan, dia akan zalim. Mengapa terjadi demikian?
Bila seseorang tidak ada sifat kehambaan lagi, maka lahirlah sifat-sifat ketuanan: ego, sombong, pemarah, rasa diri tinggi dan lain-lain. Kalau khalifah bersikap seperti itu maka manusia akan mendapat kesusahan. Bukan sampai disitu saja efeknya, tapi iapun pasti mendapat reaksi dari orang lain, yaitu dari pihak yang ditadbir. Maka akan terjadilah konflik diantara dua golongan, yaitu : golongan yang mendapat kuasa dan golongan yang diperintah atau diatur. Bila terjadi konflik, maka hilanglah kasih sayang, hilanglah persatuan, hilanglah kebahagiaan dan keharmonisan.
Mendidik nafsu dan ruh sampai manusia memiliki rasa bertuhan dan rasa kehambaan yang tajam inilah yang tidak ada dalam sistem pendidikan masa sekarang. Padahal masalah ini sangat penting di sisi Tuhan sehingga Tuhan turunkan Nabi dan Rosul untuk melaksanakannya. Sedangkan perkara yang selama ini kita anggap penting yaitu membangun material, di sisi Tuhan tidak penting, sehingga tidak pernah Tuhan mengutus nabi atau Rosul untuk membuat pembangunan material seperti membangun gedung-gedung tinggi, jembatan-jembatan, alat-alat trasnportasi yang canggih, sains, teknologi dan lain-lain.

Sumber Pendidikan Rosulullah adalah Wahyu

Sistem pendidikan Islam menjadikan pendidikan Rosulullah SAW sebagai model. Rasulullah mendidik manusia bukan dengan ilmunya dan bukan dengan fikirannya yang direka-reka. Selaku pesuruh Allah, baginda mendapat wahyu dari ALLAH. Rasulullah SAW tidak menambah atau mengurangkan kehendak Al-Qur’an dan Sunnah dalam pendidikan yang diwujudkannya. Apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Sunnah itulah saja bahan-bahan dan cara yang dipakai, yang telah berhasil mengubah bangsa Arab menjadi bangsa yang besar, dihormati dan penting dalam sejarah. Dalam waktu hanya 23 tahun saja, pendidikan Rasulullah SAW sudah berhasil mengubah manusia-manusia gurun yang liar menjadi malaikat-malaikat berupa manusia yang mampu menguasi ¾ dunia dengan Iman dan kasih sayang.
Al-Quran dan Sunnah membagi pendidikan kepada dua tahap : tahap Makkah dan tahap Madinah. Di tahap Makkah, Rasulullah membangunkan insan. Sedangkan di Madinah, baginda mulai membangun fisik, akal dan mental.
Sebab keberhasilan Rasulullah yang paling utama ialah karena baginda belajar dengan ALLAH tentang bagaimana mendidik manusia. Oleh karena ALLAH yang mencipta manusia dan seluruh alam ini, maka Dialah yang paling tahu cara-cara mendidik manusia. Manusia, walau bertaraf Nabi atau wali atau ustaz atau Presiden atau ahli falsafah sekalipun, tentu tidak semampu ALLAH dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebab itu siapa yang merujuk kepada ALLAH dan Rasul yakni Al-Qur’an dan Sunnah, insya-ALLAH akan berhasil mengulangi sejarah keberhasilan Rasulullah.
Selain itu kejayaan Rasulullah adalah karena dijanjikan oleh Allah SWT. Faktor janji ini penting. Bila dijanjikan Allah maka Allah akan membantunya dengan memberinya wibawa yang tinggi, ilmu yang berupa ilmu wahyu serta kaedah dan teknik yang tepat untuk mendidik manusia.
Bila dikaji secara ringkas, bahan pendidikan melalui Al-Qur’an dan Hadis yang diamalkan Rasulullah SAW adalah sebagai berikut :
1. Mendidik jiwa tauhid agar tumbuh rasa kehambaan yang tinggi terhadap ALLAH SWT. Ini dibuat dengan membawa manusia berfikir tentang kebesaran ALLAH, kuasa ALLAH, kehebatan ALLAH, kebaikan ALLAH, rahmat ALLAH serta nikmat-Nya.
2. Mendidik hati agar rasa rindu dengan Syurga ALLAH, rahmat ALLAH, keampunan ALLAH, bantuan ALLAH dan lain-lain. Ini dilakukan dengan menyebutkan khabar-khabar gembira (tabsyir) tentang perkara-perkara tersebut.
3. Mendidik Iman dan Taqwa di hati agar manusia merasa takut dengan Neraka dan azab ALLAH, serta ancaman-ancaman dan kemurkaan ALLAH. Hal ini didapati dengan menyebut perkara-perkara yang menakutkan manusia (tanzir).
4. Mendidik manusia agar melakukan amal soleh dan berakhlak mulia. Untuk itu, Al-Qur’an banyak menceritakan sejarah hidup para Nabi, Rosul dan orang-orang soleh yang patut dijadikan panduan hidup manusia.
5. Mendidik manusia agar menghindari sifat-sifat jahat dan agar selamat dari api Neraka. Maka diceritakan perihal orang-orang jahat atau musuh ALLAH seperti Firaun, Namrud, Qarun, Haman dan lain-lain.
6. Mendidik manusia agar memiliki sikap hidup yang khusus sebagai seorang Islam, agar selamat di dunia dan di Akhirat. Maka Al-Qur’an mengajarkan tentang syari’at atau undang-undang ALLAH. Ada perkara haram dan makruh yang perlu dijauhi. Ada pula perkara wajib, sunat dan harus dilakukan.

Demikianlah secara ringkas garis panduan tentang bahan-bahan pendidikan Rasulullah. Mengikutinya akan menjadikan seseorang itu beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia dengan ALLAH dan dengan sesama manusia, dan membanyakkan amal-amal soleh. Ini dapat kita lihat pada peribadi Rasulullah dan para Sahabat, merekalah orang yang paling banyak melaksanakan bahan-bahan didikan itu
Rosulullah banyak mendidik secara informal
Rosulullah mendidik para sahabat dan anggota masyarakat 99% secara tidak formal, di semua tempat : di masjid, di pasar, di kedai-kedai, waktu istirahat, ketika musafir, di majlis kenduri, di majlis kematian, di medan perang, dan lain-lain. Hal inilah yang dilakukan dan diteruskan oleh para Sahabat. Kalau kita kaji sejarah, belum pernah kita dengar misalnya, ‘malam sabtu ini datanglah ke masjid A, ada ceramah dari Rasulullah atau hari ahad ini akan ada program tabligh akbar Rasulullah jam 11 pagi di kampung ini’. Ringkasnya, ke mana saja Rasulullah pergi dan siapa saja yang ditemui, baginda akan menyampaikan didikannya. Kalau yang ada itu seorang, maka seoranglah yang dididiknya. Tapi kalau banyak, ramailah yang terlibat. Rasulullah tidak membiarkan maksiat atau kesilapan seseorang itu terus terjadi. Waktu itu juga ditegur dengan kasih sayang dan diperbaiki.
Bila berjumpa orang, itulah kuliah, itulah dakwah, itulah pendidikan. Walau tidak mengobrol, tapi Rasulullah buat lisanul hal. Bila Rasulullah SAW jalan, dia melihat orang yang sedang perah susu kambing, maka Rasulullah SAW akan menghampiri dan bertanya kabar. Rasulullah SAW akan bercerita bahwa Allah Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Jalan-jalan lagi, ingin minum di kedai. Orang yang ada di sana lebih banyak lagi. Katakanlah yang akan disampaikan masalah pemurah dan dia tidak ada kesempatan untuk berbicara, sebab semua orang sibuk. Maka dia akan buat lisanul hal. Selepas makan dia akan membayarkan semua orang. Begitulah Rasulullah SAW mendidik secara tidak formal dan hasilnya lebih berkesan Karena dari hati ke hati. Sekarang kita banyak berhadapan dengan keadaan yang sudah formal, jadi kita hendaklah berhikmah, kita dapat berbuat dengan dua cara : secara formal dan informal.
Cara pendidikan begini, yang disebut mubasyarah (secara langsung), dilakukan dengan lisan (lisanul maqal) atau dengan sikap (lisanul hal). Dalam sistem pendidikan sekarang, pendidikan begini disebut pendidikan informal (tidak rasmi). Ia dapat dilakukan disembarang tempat, pada sembarang waktu, dan pada setiap orang. Rasulullah memberi kelebihan kepada pendidikan informal dari pada pendidikan formal (rasmi) Karena cara informal ini lebih berhasil, praktikal dan memberi hasil yang cepat dan konkrit. Manakala pendidikan formal hanya menambahkan teori-teori yang jarang dipraktikkan.
Sistem pendidikan Rasulullah ini kelihatan mempunyai maksud untuk melahirkan manusia yang mengamalkan ilmunya. Baginda tidak menekankan ilmu yang tinggi atau ilmu yang banyak, sebaliknya memberi keutamaan kepada pengamalan ilmu.

Rosulullah menjadi model.

Salah satu faktor penting kejayaan pendidikan Rasulullah adalah Karena Rasulullah menjadikan dirinya sebagai model dan tauladan. Rasulullah itu adalah Al-Qur’an hidup. Semua perintah ALLAH, bagindalah orang awal yang melaksanakannya. Juga larangan ALLAH, baginda dahulu yang meninggalkannya serta apa-apa yang dianjurkan oleh ALLAH niscaya akan baginda lakukan. Bahkan percakapan baginda juga tidak keluar dari maksud-maksud tadi. Hal demikian menyebabkan para Sahabat mudah untuk meniru didikan Rasulullah. Para Sahabat benar-benar terbawa oleh Rasulullah melalui sikap dan percakapan baginda yang sentiasa menuju kepada kehendak-kehendak ALLAH. Bahkan para sahabat adalah orang yang sangat bergairah melaksanakan apa yang dikatakan dan diperbuat oleh Rasulullah. Demikianlah berhasilnya pendidikan Rasulullah.
Sekolah atau sistem pendidikan Rasulullah tidak memerlukan pengakuan kelulusan melalui gelar/titel yang berbagai macam. Karena penekanan baginda bukan pada menghafal, mengingat dan menulis kembali ilmu yang ada dalam kitab atau dalam kepala. Nilai tertinggi bagi seseorang yang menuntut ilmu, menurut ALLAH dan Rasul, ialah pada TAQWA. Ukuran taqwa ialah pada akhlak dan amal soleh yang dilakukan oleh seorang murid setelah selesai pengajiannya. Dengan pertimbangan demikian, orang yang lahir dari sistem pendidikan Rasulullah ialah orang yamg langsung beramal, bekerja dengan ilmu yang ia dapat, bukan Karena gaji, tapi karena ALLAH. Artinya mereka bekerja dengan penuh tanggung jawab, bersih dari dosa dan maksiat, dan selamat dari mengharapkan segala kepentingan duniawi atau pribadi.
Dengan cara pendidikan demikian yang disambung pelaksanaannya oleh Sahabat-sahabat, maka lahirlah generasi awal para Sahabat yang jiwa, mental dan fisik mereka sangat terpimpin. Akhlak dan amal soleh mereka tiada tandingan, sehingga mendorong orang banyak masuk Islam. Mereka dapat menegakkan sistem Islam atau undang-undang ALLAH dalam kehidupan masyarakat sehingga menguasai hampir 3/4 dunia.


Program Pemberian Ilmu Dan Keterampilan

PROGRAM PENDIDIKAN yang diterapkan oleh Rasulullah untuk tujuan mengemas gerakan perjuangan Islam bersama para Sahabat dilakukan juga dengan menyuburkan minat bakat dan profesional para sahabat dalam bidang kehidupan seperti bertani, berndagang, kebudayaan, ketentaraan dan lain-lain. Setelah itu Rasulullah SAW membuat pembagian tugas kepada para Sahabat sesuai dengan minat bakat dan profesional masing-masing. Hal ini dilakukan di Madinah, yakni sesudah pendidikan insan di Makkah yang mengambil masa 13 tahun. Ketika itu telah wujud sebuah masyarakat atau negara kecil Islam, yang memerlukan satu sistem pengaturan atau sistem hidup untuk dilaksanakan. Para sahabat waktu itu telah bersedia untuk diberi tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mereka telah menerima undang-undang ALLAH untuk dilaksanakan dan diperjuangkan dalam hidup mereka.
Hati para sahabat yang sudah dididik dengan Iman dan Taqwa juga benar-benar tunduk pada setiap perintah ALLAH dan Rosul. Dalam keadaan taqwa inilah Rasulullah membuat pembagian tugas kepada para sahabat. Bidang-bidang kerja yang ada dalam masyarakat Islam yang dibangun oleh Rasulullah itu termasuk di dalamnya ekonomi, kemasyarakatan, ketenteraan, gerakan dakwah, pengaturan negara kecil Islam, dan hubungan antara negara.
Maka para sahabat dilibatkan dalam bidang yang sesuai dengan watak dan kemampuan masing-masing orang. Contohnya: Sayidina Abdur Rahman bin Auf ditugaskan menjadi Pengarah Pasar (Menteri Ekonomi) untuk mengendalikan Pusat Perdagangan Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah bernama 'Suqul Ansar' (Pasar Ansar). Sayidina Muaz bin Jabal dilantik menjadi guru dan mubaligh. Sayidina Jaafar bin Abu Talib dilantik menjadi komandan tentara. Sahabat Dehya’ul Qalbi dilantik sebagai wakil baginda untuk bertemu dengan Maharaja Rom guna menyampaikan Islam kepadanya. Begitulah seterusnya. Semua sahabat diberi tugas-tugas khas oleh Rasulullah. Berbekalkan taqwa hasil didikan Rasulullah SAW para sahabat begitu dibantu Allah dalam tugas-tugasnya sehingga sangat sukses dan cemerlang.
Ada dikalangan para Sahabat yang terus menjadi kepala negara di tempat mereka mengembangkan Islam. Ada juga yang menjadi komandan tentara dan kebanyakannya menjadi mahaguru di tempat mereka ditugaskan.
Begitulah perjuangan Rasulullah dan para Sahabat untuk membangun insan dengan Islam dan Iman di samping membangun peradaban Islam sebagai cara hidup dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dalam masa 30 tahun saja Rasulullah dan para Sahabat sudah mampu menjadi empayar dan menguasai ¾ dunia dengan penuh kasih sayang. Perjuangan ini disambung oleh para Tabiin dan Tabiut tabiin sehingga 300 tahun dari Rasulullah SAW. Tahun-tahun itu diakui oleh Rasulullah sebagai kurun-kurun terbaik. Pendidikan inilah yang mesti menjadi contoh ikutan kita.

Janji Allah untuk orang Bertaqwa

Hasil didikan Rasulullah SAW yang tinggi dan serius serta istiqomah, akhirnya ALLAH karuniakan kepada para sahabat sifat taqwa. Bermacam-macam kebaikan-kebaikan yang ALLAH janjikan dalam Al-Qur’an kepada mereka yang memilik sifat taqwa ini. Ini adalah janji ALLAH yang pasti tepat dan pasti ditunaikannya, yang tidak terhingga nilainya, yang tidak dapat diukur dengan mata uang di dunia ini.
Diantara janji-janji ALLAH kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini ialah;

1. Terpimpin
Mereka mendapat pimpinan daripada ALLAH. Ini jelas sekali ALLAH berfirman: Terjemahan:
"ALLAH menjadi (pemimpin) pembela bagi orang- orang yang bertaqwa".
2. Terlepas dari kesusahan
Dapat terlepas daripada kesusahan. Artinya, bukan dia tidak mendapat susah atau bukan tidak dapat ujian. Tetapi selepas kesusahan dan ujian akan terselamatkan. Walaupun ada pelbagai rintangan dalam ujian itu. Itu hanya sementara waktu saja. Selepas itu ALLAH akan lepaskan dari ujian dan rintangan itu dengan menghadiahkan pelbagai macam nikmat. Ini jelas dalam firman ALLAH: Terjemahan:
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLAH ia diberi kelepasan daripada kesusahan".
3. Mendapat Rezeki dari Sumber tak terduga
Di dunia akan diberi rezeki yang tidak tahu dari mana sumber datangnya. Diberi rezeki yang tidak terduga dan dirancang. Ini jelas dalam sambungan ayat tadi: Terjemahan:
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLAH nescaya diberi jalan keluar daripada kesusahan, dan akan diberi rezeki sekira-kira tidak tahu di mana sumber".
Waktu makan akan diberi makanan, layak dapat pakaian akan diberi pakaian. Yang dia sendiri tidak tahu dari mana sumbernya. Bukan daripada mata pencahariannya sendiri. Tetapi daripada sumber orang lain. Dia dapat rezeki bukan melalui sumber usahanya tetapi melalui sumber usaha orang lain. Kalau taqwanya secara jemaah, diberi secara berjemaah. Tetapi sekiranya taqwa secara individu, maka secara individu jugalah pemberian ALLAH itu.
4. Kerja dipermudah
Kerja-kerja orang yang bertaqwa itu dipermudah. Ini jelas ALLAH gambarkan di dalam sepotong ayat: Terjemahan:
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLAH, Ia jadikan urusannya dipermudah".
ALLAH memberi jaminan, kerja orang yang bertaqwa itu dipermudah. Mungkin juga disamping mudah, hasilnya banyak., berbuat sedikit hasilnya banyak. Jadi kalaulah kita kerja banting tulang, di samping itu banyak pula rintangan dan halangan, sedangkan hasilnya sedikit atau langsung tidak ada, itu menunjukkan kita belum mempunyai sifat taqwa hinggakan ALLAH tidak membantu.
5. Diberi berkat
Dia diberi berkat daripada langit dan bumi. Berkat pada hartanya, berkat pada kesehatan badannya, berkat kepada ilmunya, berkat pada anak- anak dan zuriatnya, berkat pada isterinya, berkat pada suaminya, berkat pada sahabat handai tolan, berkat pada guru, berkat dakwahnya, berkat ajarannya, berkat pimpinannya dan sebagainya. Ini jelas sekali dalam ayat: Terjemahan:
"Jikalau penduduk sebuah kampung (atau sebuah negara) itu beriman dan bertaqwa. Sesungguhnya Kami akan membalas berkat daripada langit dan bumi".
Berkat maknanya bertambah atau subur. Hidupnya berkat, maknanya hidupnya penuh dengan kemuliaan, ketenangan, kebahagiaan dan penuh dengan pahala. Hartanya berkat, harta yang tidak putus-putus dapat disalurkan kepada kebaikan dan berpahala. Walaupun dia bukan orang kaya. Ilmunya berkat, maknanya ilmu yang dimilikinya itu dapat diamalkan, bertambah dan dapat dimanafaatkan kepada kebaikan dan menambahkan pahala. Badannya yang dikatakan sehat yang berkat itu adalah badan yang dapat digunakan untuk kebaikan. Masanya berkat ialah masa yang ALLAH untukkan padanya, dapat digunakan untuk kebaikan. Ia tidak membuang percuma waktu yang diberikan itu dengan sesuatu yang melalaikan. Umurnya berkat, mungkin umurnya bertambah. Kalaupun umur itu tidak bertambah tetapi umur yang diberikan kepadanya itu akan menambahkan pahala. Rezekinya berkat yakni rezeki yang tidak putus- putus sekalipun tidak kaya, yang dapat digunakan untuk kebaikan dan dapat menambahkan pahala.
6. Amalan diterima.
Amal ibadah orang yang bertaqwa diterima oleh ALLAH. Kalau begitu amal ibadah orang Islam tidak di terima. Orang Islam akan masuk Neraka dulu. Hanya amal ibadah orang yang bertaqwa saja yang diterima oleh ALLAH. Ini dijelaskan oleh ALLAH: Terjemahan:
"Sesungguhnya ALLAH menerima amal ibadah orang yang bertaqwa".

7. Amalannya diperbaiki.
Amalan orang yang bertaqwa itu senantiasa diperbaiki oleh ALLAH, dari waktu ke waktu. Ini jelas ALLAH mengingatkan kepada kita: Terjemahan:
"Wahai orang yang beriman hendaklah kamu takut kepada ALLAH. Hendaklah kamu memperkatakan kata-kata yang teguh; niscaya ALLAH akan memperbaiki amalan-amalan kamu".

8. Dosa diampuni.
Dosanya diampunkan. Dalam ayat tadi juga ada sambungannya:
Terjemahan:
"Wahai orang yang beriman hendaklah kamu takut kepada ALLAH. Hendaklah kamu memperkatakan kata-kata yang teguh; niscaya ALLAH akan membaiki amalan-amalan kamu dan akan mengampuni dosa- dosa kamu".

9. Dapat ilmu tanpa belajar.
Diberi ilmu tanpa belajar. Yakni diberi ilmu yang jatuh pada hati. Memanglah ilmu yang jatuh kepada hati tidak perlu belajar. Tapi kalau ilmu yang jatuh kepada akal; harus belajar melalui membaca, mentelaah, berguru, bermuzakarah, berfikir, merenung baru dapat. Tapi bila ilmu yang jatuh kepada hati tidak tahu sumber, tanpa berfikir, tanpa mentelaah, tanpa berguru. Terjatuh saja ilmu itu dalam hati. Hati itu sebagai wadahnya. Jadi orang yang bertaqwa ini diberi ilmu tanpa belajar. Ini jelas ALLAH nyatakan dalam ayat Al- Quran: Terjemahan:
"Hendaklah kamu bertaqwa kepada ALLAH niscaya ALLAH akan memberi pelajaran pada kamu".
Dapat ilmu dari ALLAH tanpa perantaraan guru, tanpa perantaraan belajar ini diperkuat oleh sabda Rasulullah: Terjemahan:
"Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang dia tahu. Nanti dia akan dipusakakan ilmu yang dia tidak tahu".
Apa saja ilmu yang dapat dia amalkan. Hasilnya nanti ALLAH akan memberi ilmu tanpa dia belajar. Banyak orang-orang soleh dan ulama yang soleh diberi ilmu laduni. Itulah ilmu yang jatuh kepada hati yang juga biasa disebut ilham.

Taqwa Sumber Utama Ilmu

Orang yang bertaqwa itu, bila perlu akan diberikan ilmu yang datang daripada ALLAH tanpa ada wasilah guru. Karena ilmunya terus datang dari Allah maka ia tentu sesuai dengan keperluan, canggih, selamat dan menyelamatkan. Selain itu karena yang dibagi adalah ilmu yang perlu saja, maka ilmu-ilmu itu tidak dihisab di akhirat kelak.
Contohnya adalah ilmu-ilmu yang Allah bagi kepada insyinur-insinyur Sultan Muhammad Al-Fateh (1452) ketika akan menaklukkan Konstantinopel. Selepas mengepung kota tersebut selama 2 bulan melalui lautan tetapi tidak dapat menembus benteng pertahanan laut di bagian pantai landai sebab pertahanan begitu ketat, sedangkan bagian yang terbuka adalah pantai yang berbukit, maka di saat yang genting itu Allah anugerahkan ilmu dan inovasi kepada mereka sehingga armada laut Sultan Muhammad Al-Fateh dapat mendarat di pantai berbukit dan dapat terus ‘berlayar’ di atas bukit sejauh 10 mill. Hal ini sangat mengejutkan kaum Romawi dan akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan S. Muhammad Al-Fateh.
Contoh saintis lain yang dapat dijadikan teladan adalah Mimar Shinan. Mimar Shinan, dari Turki yang hidup di zaman S. Muhammad Al-Fateh adalah juga seorang wali. Berbagai bangunan dan masjid yang dibinanya lebih dari 500 tahun yang lalu sangat menunjukkan betapa hebatnya Kuasa Tuhan yang dapat memberikan ilmu-ilmu yang luar biasa pada orang bertaqwa yang kuat hubungannya dengan Tuhan. Di saat gempa bumi di Turki, tahun 2000, puluhan ribu orang mati, ratusan bangunan runtuh, tapi berbagai bangunan dan masjid karya Mimar Shinan masih tetap tegar berdiri. Dalam pembangunan masjid tersebut Tuhan ilhamkan berbagai aplikasi teknologi seperti : civil, acoustic aerothermodynamics, aerothermoacoustique dan chemical engineering, dimana formula dan rumusan mathematic-nya sendiri baru dapat ditemukan oleh para saintis pada abad 20. Tetapi kita sedih bila melihat orang Islam memuja saintis barat padahal mereka hanya menemukan formulanya saja dan belum ada saintis barat yang dapat membuat bangunan dengan arsitektur seperti yang telah dibuat oleh Mimar Shinan.
Sejarah juga menceritakan bagaimana pengalaman orang-orang salafus-soleh mendapat ilmu dari Allah ini. Kitab-kitab karangan ulama muktabar menunjukkan mereka mendapat ilmu laduni. Diantara ulama yang memperolehi ilmu laduni atau ilmu ilham ini disamping ilmu melalui usaha ikhtiar seperti Imam-Imam Mazhab yang empat, ulama- ulama Hadis - Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Al-Ghazali, Imam Nawawi, Imam Sayuti, Syeikh Abdul Kadir Jailani, Junaid Al-Baghdadi, Hassan Al-Basri, Yazid Bustami, Ibnu Arabi dan lain-lain.

Buktinya;
1. Imam Al Ghazali - Usianya pendek, sekitar 54 tahun. Beliau mulai mengarang selepas bersuluk di Kubah Masjid Umawi di Syam atau di Syria sekarang ini. Umurnya waktu itu sekitar 40 tahun. Artinya dalam hidupnya dia mengarang sekitar 14 tahun. Tetapi dalam waktu yang pendek ini ia sempat mengarang 300 buah kitab yang tebal-tebal, bermacam-macam jenis ilmu pengetahuan. Termasuklah kitab yang paling masyhur ialah Ihya Ulumiddin, kitab tasauf - ada dua jilid tebal- tebal dan Al-Mustofa, - ilmu usul fiqh yang agak susah difahami.
Coba anda fikirkan, bisakah taraf kita ini menulis seperti mereka itu. Kalau seseorang genius sekalipun otaknya, tidak mungkin dalam masa 14 tahun bisa menghasilkan 300 buah kitab-kitab tebal. Kalau bukan karena ia dibantu dengan ilmu laduni. Yakni ilmu tanpa berfikir terus saja jatuh ke hati dan terus ditulis. Dalam pengalaman kita kalau ilmu hasil berfikir dan mengkaji seperti profesor-profesor sekarang dalam empat tahun baru dapat satu tesis. Katakanlah satu buku mengambil masa empat tahun. Artinya kalau 14 tahun dapat tiga setengah buku. Terlalu sedikit berbeda dengan Imam Ghazali yang mencapai 300 buah itu.
2. Imam Sayuti. Umurnya juga pendek hanya 53 tahun, beliau mulai mengarang sewaktu berumur 40 tahun sedangkan ia dapat menghasilkan 600 buah kitab. Dalam masa hanya 13 tahun dapat menghasilkan sebegitu banyak kitab. Artinya dia dapat menyiapkan kitab setiap dua minggu sekali. Kitabnya tebal-tebal dan perbahasannya dalam bermacam-macam jenis ilmu. Diantara kitabnya yang terkenal Al-Itqan fi Ulumil Quran, Al-Hawi lil Fatawa (dua jilid), Al-Jamius Soghir (mengandungi matan-matan Hadith), tafsir jalalin, Al-Iklil dan lain-lain.

Kalaulah beliau menulis atas dasar membaca atau otak semata-mata, tentulah tidak mungkin. Dalam masa 13 tahun dapat menulis 600 kitab atau tidak mungkin dalam masa hanya dua minggu dapat menulis sebuah kitab. Inilah ilmu laduni. Tidak heran hal ini bisa terjadi, karena dalam kitab Al- Tabaqatul Kubra karangan Imam Syakrani, menceritakan ia dapat bertemu dengan Rasulullah sebanyak 75 kali. Sempat bertanya tentang ilmu dengan Rasulullah.
3. Imam Nawawi. Diantara ulama termuda yang meninggal sewaktu berumur 30 tahun. Beliau tidak sempat menikah tetapi banyak mempusakakan kitab- kitab karangannya. Diantara yang terkenal ialah Al-Majmu’. yakni kitab fiqih yang sangat tebal. Selain itu termasuk kitab Riadhus Solihin, Al- Azkar dan lain-lain.
Untuk mengarang kitab Al-Majmu’ saja kalau mengikuti kaidah biasa atas dasar kekuatan otak, tidak mungkin dapat disiapkan dalam masa dua atau tiga tahun paling cepat 10 tahun. Tidak mungkin Imam Nawawi mengarang 10 tahun untuk kitab itu saja. Sedangkan ada kitab-kitab yang lain. Ini berarti dia mulai mengarang sewaktu berumur 20 tahun. Kebiasaannya di umuran ini orang sedang belajar. Ini juga luar biasa! Biasanya orang jadi pengarang kitab di ujung-ujung umurnya, di umur yang semuda ini sudah mampu. Ini membuktikan ilmu selain belajar ada ilmu yang ALLAH pusakakan tanpa belajar, tanpa usaha ikhtiar dan tanpa berguru. Inilah dia ilmu laduni atau ilmu ilham itu.
Sesudah kita mengkaji kemampuan ulama-ulama dahulu, kita lihat pula ulama-ulama dan saintis serta teknolog kita sekarang ini. Bandingkan. Ulama- ulama dulu mampu menulis kitab-kitab yang banyak dan tebal-tebal. Sedangkan umur mereka pendek. Tentulah ini bantuan ALLAH yang luar biasa melalui ilmu laduni disamping ilmu kasbi.
Yang jelas sekarang ini sudah tidak ada lagi ulama yang mendapat ilmu laduni. Karena kita semua sudah bersalut dengan cinta dunia dan berkarat dengan mazmumah. Lihatlah zaman sekarang ini susah untuk kita dapati ulama yang mengarang buku atau kitab. Mereka tidak mampu mengarang karena kekeringan motifasi, sibuk dengan dunia, disamping perlu menggunakan otak, berfikir, membaca, banyak mentelaah dan harus banyak reference yang tentunya memakan waktu yang lama. Sangat membosankan dan meletihkan. Inilah rahasia kenapa ulama sekarang tidak menulis atau kurang menulis.


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar