Halaman

Sabtu, 17 April 2010

MODUL ISLAM (BAHAN RENUNGAN)

MODUL 3

MENGAPA TIMBULNYA GEJALA NEGATIF DI DALAM MASYARAKAT ?

   

Ajaran Allah jelas perintah yang disuruh dan perintah yang dilarang ada yang sesuai dengan fitrah dan ada yang tidak sesuai. Ada naluri manusia yang senang menerimanya dan ada yang tidak. Perintah Tuhan yang fitrah atau naluri senang menerimanya ini lebih mudah dilakukan dan cepat diterima daripada perintah Tuhan yang naluri susah/tidak menerimanya.
Bagi orang yang beriman dan beragama, untuk menerima sesuatu yang fitrah menolaknya, mereka terpaksa bermujahadah. Perlu diingat perintah Tuhan yang fitrah susah menerimanya lebih selamat, mudah mendapat pahala dan mudah disayangi oleh Tuhan. Mungkin susah mendapatkan khusyuk, mungkin lalai dan sebagainya karena melakukannya atas keyakinan walaupun hati tidak mau tetapi dilakukan juga atas dasar perintah Tuhan, ini lebih selamat. Tetapi bagi perintah yang senang diterima oleh naluri, hasilnya banyak tetapi tidak mendapat pahala. Perhatikan beberapa contoh berikut.
Perkara yang sulit dilakukan tetapi dilakukan juga dengan keinginan naluri terutama orang-orang yang baru dengan Tuhan, adakah mereka merasa senang mengerjakan sembahyang? Mereka tidak nyaman sebenarnya. Mendengarkan ayam panggang lebih menyenangkan. Bagi Rosul-Rosul, Nabi-Nabi dan orang yang dekat dengan Tuhan yang tidak banyak jumlahnya tidak termasuk di dalam golongan ini. Kita hanya berbicara tentang orang awam. Bagi mereka ini, entah berpuasa pun terpaksa bermujahadah karena fitrah dan naluri susah menerima perintah itu tetapi atas dasar iman, mereka berpuasa juga.
Contoh lain hendak mengorbankan uang untuk perjuangan Islam. Adakah bila mendengar tentang mengorbankan uang atau harta untuk perjuangan Islam, rasa sedapnya sama dengan rasa hendak makan soto? Sebenarnya dilakukan dalam keadaan terpaksa atau memaksa-maksakan diri. Contoh lain ialah ibadah haji, kita terpaksa mengorbankan uang, tenaga, harta benda dan bersusah-payah mengerjakannya. Jadi, kalau bukan karena Tuhan, tidak mungkin kita melakukannya. Begitu juga perintah Tuhan untuk kita memaafkan kesalahan orang. Rasanya bagaikan hendak tercabut nyawa untuk memaafkan orang. Apatah lagi kalau dengan perintah Tuhan agar kita berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita, rasanya seperti hidup dan mati. Kiaskanlah dengan contoh-contoh lain berkaitan dengan perintah-perintah Tuhan yang tidak sesuai dengan naluri.
Perintah Tuhan yang diterima oleh fitrah dan naluri memang kita merasa nyaman untuk melakukannya tetapi kadang-kadang ada halangan dan cobaan, itu adalah masalah yang mendatang (aradhi). Namun kita memang sudah bersedia untuk melakukannya. Contohnya kita hendak menuntut ilmu karena hendak menjadi pandai. Itu adalah perintah Tuhan yang kita rasa suka untuk melakukannya. Cuma, bila ada cobaan, itu datangnya dari dalam. Sebenarnya memang kita hendak menjadi pandai atau orang alim, memang hendak membangun dan sebagainya. Begitu juga kalau menginginkan kemajuan, itu adalah fardhu kifayah. Semua orang ingin maju. Kita merasa senang untuk mengusahakan ini namun selama hendak melaksanakannya, ada bermacam-macam cobaan. Itu soal lain. Di dalam hati sudah merasakan nyaman untuk melakukan perintah-perintah itu seperti hendak pandai, maju dan membangun.
Contoh lain ialah soal kawin, perintah kawin itu sunat, bila terdesak hendak berkawin, itu menjadi wajib. Jadi kalau hendak berkawin, perlu berusaha mencari pasangan. Perintah ini sesuai dengan fitrah. Jadi kita memang nyaman untuk berkawin. Kiaskan juga dengan contoh-contoh lain yang fitrah manusia senang menerimanya, seperti jalan-jalan, bermusafir atau mengembara. Allah berfirman dengan maksudnya:
“Hendaklah mengembara di bumi Tuhan”
Mengembara itu sunat, dapat ilmu dan pengalaman, kalau tidak pergi mengembara karena tidak ada duit itu soal lain. Tetapi bila mendengar tentang pergi mengembara, memang sangat terdorong untuk melakukannya.
Oleh karena contoh yang pertama tadi berlawanan dengan fitrah, hanya orang yang takut Tuhan saja melakukannya, tetapi yang sesuai dengan fitrah sangat mudah dan cepat berkembang. Rupanya perkara-perkara yang sulit diterima oleh fitrah ini lebih selamat dilakukan sebab seperti yang dikatakan tadi, kalau dilakukan, itu betul-betul karena Tuhan. Betul-betul hasil mujahadah. Benar karena Tuhan, sedangkan kalau ditanya kepada fitrah seseorang, masalah yang dilakukan itu ternyata berat baginya. Contohnya kalau hendak mengerjakan sembahyang subuh, apakah itu senang melakukannya? Begitu juga dengan puasa. Tetapi inilah yang lebih selamat untuk mendapatkan keridhoan Tuhan, cinta Tuhan dan pahala dari Tuhan serta keampunan dari Tuhan.
Perkara yang kedua yaitu perkara-perkara yang diterima dan sesuai dengan fitrah banyak dilakukan atau dikerjakan. Tetapi pahalanya mungkin sedikit atau tidak mendapatkan langsung. Melakukan banyak tetapi tidak mendapat keridhoaan Tuhan. Bekerjanya pesat dan maju tetapi mungkin tidak mendapat kasih sayang Tuhan. Sebab kita pun tidak tahu apa yang kita perbuat, karena Allah atau karena hati atau karena fitrah kita atau mungkin karena kekuatan biologi. Itu yang menyebabkan kita susah mendapat pahala. Kita mendapat pahala karena Allah, bukan karena tuntutan fitrah. Keridhoan Tuhan akan kita dapat kalau apa yang kita perbuat itu karena Allah bukan karena senang melakukannya. Bukan juga karena hendak maju, untuk dapat untung atau karena gagah. Lebih-lebih lagi kita berbuat supaya bila kita maju nanti tidak lagi bersandar dengan orang lain. Itu tuntutan fitrah bukan untuk Allah.
Di sinilah kita selalu tertipu. Fitrah dan naluri menipu kita. Kemajuan yang kita dapat juga menipu kita. Tidak dapat pahala. Tidak dapat ridho dan kasih Tuhan. Sebab apa yang kita perbuat itu lebih disebabkan keinginan kita daripada karena Allah. Tetapi masalah ini tidak pernah orang membahasnya. Tidak tahu mengapa begitu. Coba kita lihat, karena tuntutan belajar dan tuntutan mencari ilmu itu sesuai dengan fitrah, maka ulama konsen tentangnya. Begitu juga dengan pemimpin, orang cerdik pandai, orang besar malah setiap orang ikut konsen bahwa kita harus mencari ilmu, mesti belajar dan menjadi pandai serta menjadi bangsa yang pandai.
Tuhan berfirman: ‘Iqra’. Itu lebih kuat. Tetapi pernahkah orang bersikeras tentang sembahyang dan puasa? Begitu juga dengan konsen supaya orang bersedekah, memaafkan orang atau berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita? Itu tidak berlaku. Karena hati tidak menerima. Tetapi kalau yang sesuai dengan hati, mereka benar-benar berbuat seperti contoh-contoh yang disebutkan tadi. Mereka konsen supaya kita menjadi bangsa yang berilmu dan maju. Bahwa kita mesti berdiri di atas kaki sendiri.
Mereka yakinkan bahwa Tuhan menganjurkan supaya kita belajar seperti dalam firman-Nya; Iqra’. Maksudnya Tuhan menyuruh kita “baca” yaitu belajar, mencari ilmu. Tetapi mereka lupa bahwa Tuhan menyuruh baca dengan nama-Nya. Yang mereka tegaskan tidak ada dengan nama Tuhan Itu mereka tutupi. Mereka hanya konsen tentang mencari ilmu saja. Ketegasan tentang maju saja. Tetapi atas nama siapa? Mereka tutup atas nama Tuhan, maka tidak mendapat pahala. Mereka lakukan atas nama bangsa, tidak mendapat keridhoan Tuhan. Yang Tuhan suruh ialah Hendaklah kamu belajar, hendaklah kamu maju dan hendaklah kamu mengembara atas nama Tuhan. Tetapi ini semua ditutup. Mengapa ini terjadi? Banyak orang tidak sadar. Padahal jelas bila Tuhan berfirman yang bermaksud:
“Bacalah atas nama Tuhanmu”.
Maksudnya, carilah ilmu (Iqra’) tetapi jangan atas nama bangsa, fitrah, naluri atau jemaah tetapi atas nama Tuhanmu. Iqra’ itu sebagai contoh. Yang lain itu boleh dikiaskan. Kalau kita belajar atas nama Tuhan, apa pun yang kita perbuat selepas belajar seperti contohnya membangunkan ekonomi, kebudayaan, jemaah atau perjuangan, semua itu adalah kerana Allah.
Sebab itu masalah yang kedua ini (yang sesuai dengan fitrah), juga disuruh Tuhan dan begitu juga dengan hati kecil, maka kita sangat berkehendak itu. Kita tidak fikirkan lagi bagaimana hendak menjadi pandai, maju, membangun dan lain-lain lagi. Yang penting Tuhan perintahkan. Tetapi ‘atas nama Tuhan’, kita tutup. Maksudnya ‘atas nama Tuhan’ itu tidak digunakan. Sebab kalau kita buat atas nama Tuhan, kita tidak boleh melanggar perintah Tuhan. Maksudnya, kalau dibuat atas nama Tuhan, nanti kita tidak boleh menipu, berbohong atau mencuri bahkan “niron” dan sebagainya apabila melakukannya, menutup ‘atas nama Tuhan’ tetapi itu hanya diambil sebagai dorongan saja. Begitu jahatnya manusia.
Padahal ayat itu jelas mengatakan bahwa belajar mesti atas nama Tuhan. Belajar atas dasar rasa takut Tuhan. Belajar atas dasar cinta pada Tuhan. Belajar untuk mendapat keridhoan Tuhan. Belajar untuk mendapat pahala dari Tuhan. Tidak boleh atas dasar lain. Begitu juga kalau hendak maju dan membangun, mesti atas nama Tuhan, karena takut Tuhan dan cinta Tuhan dan untuk mendapat keridhoan Tuhan.
Sama seperti perintah yang pertama juga yaitu suruhan dan larangan yang naluri susah menerimanya, di mana kalau perintah pertama itu ada syarat, rukun, sah dan batal, yang kedua ini juga sama. Bagi perintah yang fitrah tidak senang menerimanya akan batal jika dilakukan dengan tidak mengikut syarat dan rukunnya. Maka bagi perkara yang kedua ini, juga terbatalkan kalau dilakukan dengan tidak mengikuti syarat dan rukunnya.
Tetapi oleh karena yang kedua (suruhan dan larangan yang diterima fitrah) ini nyaman dan seolah-olah kita sangat mau melakukannya maka kita lakukan tanpa memikirkan lagi untuk melakukannya atas nama Tuhan. Suruhan atas nama Tuhan itu ditutup-tutupi. Melakukan suruhan atas nama Tuhan tidak diutamakan atau dipromosikan. Yang diutamakan ialah kita mesti berbuat dan kita mesti lakukan. Akhirnya, kita belajar atas nama fitrah bukan atas nama Tuhan. Kita maju dan membangun atas nama fitrah, bukan atas nama Tuhan. Itu semua tidak mengapa dan boleh diteruskan.
Tetapi hakikatnya, dipecah-pecah menjadi pandai dan maju, banyak berbenturan dan bermasalah. Kita membangun tetapi saling jatuh-menjatuhkan. Tuhan sudah marah karena kita berbuat bukan kerana-Nya tetapi karena fitrah diri sendiri. Maka tanggunglah sendiri. Inilah yang sedang berlaku di seluruh dunia Islam. Maju dan membangun tetapi berpecah-belah dan hancur kasih sayang. Murid saling gontok-gontokan, malah guru dengan murid juga berselisih. Tuhan biarkan. Kalau kita hendak maju. Karena kita maju bukan dengan cara yang Tuhan kehendaki maka Tuhan lahirkan kesan-kesan sampingan dari kemajuan itu (side effect) yang akan menyusahkan kita. Sehingga akhirnya segala kemajuan dan kepandaian itu tidak memberi arti apa-apa.
Sepatutnya masalah yang kedua juga diterima sebagai rahmat Tuhan. Tuhan menyuruhnya dan hati kita pun menerima dan menyuruh itu. Tuhan pun suka dan hati pun suka. Bukankah itu satu rahmat? Itu adalah kasih sayang Tuhan. Tetapi kenapa tidak dibuat atas nama Tuhan? Malah melakukan atas nama Tuhan itu ditutup dan dijegal. Perintah untuk melakukan atas dasar cinta Tuhan itu dijegal. Jenis apakah manusia ini? Padahal dengan rahmat dan kasih sayang Tuhan di mana Tuhan menyuruh kita melakukan semua perintah itu atas nama Tuhan. Sepatutnya kita berterima kasih kepada Tuhan. Sebab apa yang Tuhan perintahkan itu, hati kita juga menerimanya, gembira dan diperlukan. Tetapi sebaliknya, kita melakukannya bukan atas nama Tuhan, wajarlah dunia ini sudah menjadi neraka sebelum neraka. Kemajuan yang dirasakan seperti syurga tetapi penderitaannya adalah seperti masuk neraka sebelum neraka. Ini semua karena Tuhan marah. Kita membuat kemajuan bukan atas nama-Nya lagi tetapi atas diri kita.
Banyak orang tidak menyadari masalah ini. Ulama juga tidak menyadarinya. Sebenarnya sama saja di antara perintah pertama dan kedua. Cuma yang pertama, perintahnya berat sebab tidak sesuai dengan hati sedangkan perintah yang kedua itu sesuai dengan hati. Tetapi di sisi Tuhan, kalau hendak menerima atau menolaknya, semua itu mesti bersyarat. Contohnya, sembayang ada syarat sah, rukun dan batalnya. Maka kita mesti menjaga semua syarat-syaratnya. Sebab kita betul-betul karena Allah. Niat sudah betul. Begitu juga dengan perintah kedua ini yang sebenarnya sama karena kalau tidak menepati syarat dan rukunnya, tetap akan tertolak. Tetapi oleh karena kehendaknya itu kuat, Tuhan hendak dan kita pun ingin melakukan perkara yang sama, hingga tidak sabar maka kita lakukan tanpa memikirkan syarat sah dan rukunnya. Sepatutnya kita malu dengan Tuhan. Tuhan sudah permudahkan kita dengan memberikan perintah yang sesuai dengan hati kita. Sepatutnya kita berterima kasih dengan Tuhan dan mengatakan bahwa perintah yang disuruh-Nya, itulah juga yang kita inginkan. Dan itulah yang kita perlukan. Tetapi kita tutup-tutupi atas nama Tuhan. Kita hanya melakukan atas dasar tuntutan fitrah. Contohnya hendak menjadi pandai, maju dan sebagainya tetapi kita lakukan bukan atas dasar kerana Allah.
Masalah-masalah ini hendaklah dibetulkan. Kalau tidak, apalah artinya kita maju tetapi tidak mendapat keridhoan Tuhan dan tidak mendapat pahala. Bahkan bukan itu saja, Tuhan mendera kita dengan banyaknya korban, pecah ukhuwah dan hilang kasih sayang. Seolah-olah kita sanggup membeli kemajuan dan pembangunan ini dengan korban, peperangan dan sebagainya karena kita perlu maju dan membangun. Maksudnya tidak mengapa kalau korban banyak, hilang kasih sayang dan pecah ukhwah asalkan kita dapat maju dan membangun. Begitulah kalau kita berbuat tidak atas dasar perintah Tuhan tetapi ada dasar kehendak hati.


MODUL 4

ISLAM ITU SELAMAT DAN MENYELAMATKAN

   


Terima kasih Tuhan karena Engkau selalu memberi rahmat dan nikmat kepada kami. Diantara rahmat dan nikmat itu ialah ilmu. Terutama ilmu yang ada hubungan dengan Engkau. Ilmu yang bisa mengingatkan kami kepada Engkau. Menyelamatkan kami dari neraka. Moga-moga rahmat dan nikmat ini Engkau terus anugerahkan kepada kami.
Selawat dan salam kepada Nabi Junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Seorang manusia yang paling dicintai Tuhan. Karenanya dunia dan akhirat diciptakan dan karenanya kita mendapat rahmat dan nikmat. Oleh karena itu marilah kita perbanyak syukur kepada Tuhan agar ditambah lagi nikmat-Nya dan marilah kita memperbanyak solawat kepada Rosulullah SAW, moga-moga kita mendapat syafaat darinya.
Dalam Al-Qur’an, ada satu ayat yang artinya:
“Hendaklah kamu masuk ke dalam Islam (keselamatan) secara menyeluruh (global).”
Di dalam ayat ini, Tuhan memerintahkan manusia secara umum dan menyeluruh, bukan individu atau perseorangan, yaitu perintah masuk ke dalam keselamatan. Masuk ke dalam keselamatan itu bukan separuh-separuh atau bukan setengah aspek tetapi secara keseluruhan yaitu secara global. Dalam ayat ini Allah mengajarkan kita bahwa hidup itu mestilah bukan secara individu tetapi ada hubungannya dengan orang lain. Dalam memikirkan diri kita, fikirkan juga orang lain. Kita ada hubungan dengan orang lain, orang lain juga ada hubungan dengan kita. Jadi manusia tidak boleh memikirkan dirinya saja.
Tuhan mengajak kita masuk kepada keselamatan secara umum dan secara global. Bukan secara individu. Jadi kalau kita ingin selamat, kita harap orang lain juga selamat. Agar orang lain juga berada dalam keselamatan. Kalau kita ingin masuk dalam keselamatan secara global, kita harap orang lain pun demikian juga.
Oleh karena itu rupanya perintah Tuhan kepada manusia, saling menjaga di mana kita jaga orang dan orang jaga kita. Dalam kita memikirkan diri kita, kita fikirkan juga diri orang. Dalam waktu orang lain memikirkan dirinya, dia juga memikirkan kita. Sebab itu Tuhan beri nama agama-Nya, Islam. Sesuai dengan ayat tadi. Sebagai perkataan “Aslama, Yuslimu, Islaaman”, artinya bukan ‘selamat’ tetapi ‘menyelamatkan’.
Islam itu bukan artinya ‘selamat’. ‘Selamat’ artinya ‘Salmun’. Islam maksudnya menyelamatkan. Sesuai dengan perkataan dalam ayat tadi, yaitu secara jemaah, bukan seorang-seorang. Kita fikirkan orang dan orang fikirkan kita. Sebab itu Tuhan beri nama agama-Nya dengan perkataan ‘Islam’ bukan “Salmun’. Menurut asal kata..
Banyak orang terjemahkan maksud ‘Islam’ itu ‘selamat’., mengapa tidak berhati-hati? Agama Islam itu maknanya ialah ‘menyelamatkan’. Dari perkataan ‘Aslaama yuslimu Islaaman’.
Apa artinya menyelamatkan? artinya menyelamatkan diri dan menyelamatkan orang lain. Orang lain menyelamatkan dirinya dan menyelamatkan diri kita juga. Sebab itu perkataan ‘Islaaman’ dipilih oleh Tuhan. Tidak dipilih perkataan “Silmun”. Jadi kita menyelamatkan diri kita dan juga menyelamatkan diri orang lain. Inilah dasar dan prinsip Islam.
Apa maksud selamat dan menyelamatkan? Diri kita selamat dan orang lain pun selamat. Kita menyelamatkan diri kita dan menyelamatkan diri orang lain. artinya menyelamatkan diri kita dan diri orang lain daripada masalah yang negatif. baik besar maupun kecil. baik yang berbentuk akhirat, maupun yang berbentuk dunia. baik yang bersifat lahir maupun yang bersifat batin. Inilah dasar agama Tuhan. Ini prinsip agama Tuhan yang mesti difahami, yang mesti diperjuangkan dan yang mesti dihayati. Yang harus diapplikasikan dalam kehidupan. Kalau begitu mari kita lihat, bagaimana mengapplikasikan agama yang selamat dan menyelamatkan itu dalam kehidupan keseharian. Kita selamat dan menyelamatkan orang lain.
Dalam kehidupan keseharian, Tuhan berfirman, ‘Kaaffah’. Bila katakan Kaaffah, salah sekali apa yang kita dengar dan kita lihat selama ini. Kalau orang menganggap Islam itu mementingkan ibadah maka Islam itu di surau, masjid, waktu berpuasa, waktu sembahyang, waktu haji dan waktu wirid. Yang lain tidak diambil. ini hanya nampak ibadah saja yang Islam. Yang lain-lain seperti makan, minum, tidur, berbaring, beristirahat dan berkeluarga tidak dianggap Islam. Mereka tidak berfikir bahwa mencari ilmu, berziarah, berkumpul dan berlibur itu juga Islam. Kan berlawanan dengan prinsip tadi, yakni ““Hendaklah kamu masuk ke dalam Islam (keselamatan) secara menyeluruh (global).” Itu satu golongan.
Satu lagi golongan mengambil titik berat Islam itu dari segi politik dan segi negara. Mereka selalu baca ayat ini. Mereka berkata, “Lihat Tuhan berkata, masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh.” Mereka munculkan negara, politik dan hukum itulah agama. Ibadah itu kecil. Karena politik mereka tinggalkan sembahyang. Kalaupun sembahyang, Subuhnya pukul 7, artinya mereka pentingkan politik itu daripada sembahyang. Itu kalau dia hendak sembahyang. Oleh karena di anggap politik itu besar, sembahyang kecil, maka sembahyang juga tetapi sembahyang Subuh pukul 7 pagi. Ini jelas melanggar prinsip dari ayat tadi. Mana bisa dianggap global. Itu hanya satu sudut yaitu sudut politik, negara dan hukum. Sedangkan Islam itu menyeluruh.
Kalau orang memiliki ilmunya harus dihayati, harus applikasikan dalam kehidupan, barulah dia benar-benar hamba Tuhan. Bila kata hamba Tuhan, artinya dia terhubung dengan Tuhan 24 jam. Kalau begitu mari kita lihat bagaimanakah hendak melaksanakan Islam yang bersifat kaaffah tadi di dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan tidak memikirkan atau mempersoalkan apakah itu fardhu ain, sunnat, fardhu kifayah dan lain-lain. Yang penting dia termasuk dalam kawasan Silmi, yaitu kawasan keselamatan, yang selamat dan menyelamatkan.
Tentang ibadah tidak terlalu masalah. orang sudah tahu. Begitu juga orang yang mementingkan politik dan negara pun tidak susah. Orang sudah faham. Itu sudah satu aspek. Sesuatu yang jarang orang sebut yaitu, tindakan kita setiap hari.
Setelah kita uraikan nanti, barulah kita tahu berada dalam “silmi kaaffah” atau tidak. apakah kita masuk dalam keselamatan global atau tidak. Katakanlah dari bangun tidur, bagaimana kita hendak masuk kepada Islam itu, kepada Silmi itu. Sebab kalau tidak berada dalam Silmi, maka syaitanlah yang akan mempengaruhi kita. Kalau Tuhan tidak mempengaruhi kita, syaitanlah yang akan pengaruhi kita.
Jadi, apabila kita bangun dari tidur, kita bersyukur pada Tuhan. Kalau tidak faham bacaan do’anya, sekurang-kurangnya hati kita berkata, ‘Terima kasih Tuhan karena hidupkan saya” Kita pun niat, “Ya Allah, bermula saya bangun, sampai saya tidur lagi, saya hendak berbuat baik. Tolong bantu saya.” Niat sudah ada. Artinya sudah mulai masuk pada silmi. Kalau kita tidak berbuat begitu, artinya sudah tidak selamat. Syaitan akan mempengaruhi hatinya sebab tidak dimulai dengan ingat Tuhan. Bila tidak ingat Tuhan, artinya syaitan mempengaruhinya waktu itu.
Kemudian kita pun ke jamban, dengan niat semua perbuatan adalah untuk Tuhan. Itu kita sudah maklum. dengan tujuan hendak bersihkan diri, hendak membasuh diri, hendak mandi dan hendak ambil wudhu. Tujuannya untuk Tuhan. Itu kita sudah maklum. Syaitan sudah tidak mencela di situ. Kita sudah berada dalam Silmi. Selepas itu kita sembahyang.
Setelah itu, tentulah manusia ini hendak bertebaran di atas muka bumi. Tentu hendak keluar rumah. Mengapa dipilih perkataan bertebaran. Sebab tidak semua orang bekerja. Ada orang hendak mengaji, ada orang hendak mengembara, ada orang hendak bersilaturrahim dan ada orang hendak menunaikan hajat-hajat lain. Tidak mesti bekerja saja. Janganlah diartikan bekerja saja. Jadi selepas sembahyang, masing-masing akan membuat keperluan masing-masing. Bila hendak keluar rumah tentu kita akan berkata, “Bismillahi tawakkal…”. Jadi kita sambungkan memasuki kawasan keselamatan secara global tadi. Kalau kita tidak baca doa itu, kalau kita tidak terfikir atau terlupa hendak baca, di sudut itu sudah tidak selamat. Syaitan sudah menguasai hatinya. Bila melangkah, kita melangkah dengan kaki kanan. Sebab berkanan-kanan Tuhan suka. Selamatlah. Selamat dari kemurkaan Tuhan. Islam itu agama selamat. Kalau kita melangkah dengan kaki kiri, kita sudah membuat sesuatu yang negatif, sebab orang kafir suka memulai dengan kaki kiri. termasuk untuk makan atau lain-lain. Tuhan benci. Apabila Tuhan benci, ia sudah masuk kepada negatif. Sudah tidak selamat sebab Tuhan sudah murka. Sebab mengikuti budaya orang kafir.
Selepas itu kita naik motor/mobil dan membaca doa naik kendaraan. Islam itu bukan kita saja selamat bahkan ia selamat dan menyelamatkan. Yang lebih baik waktu itu, kita ingat tentang berapa banyak orang yang campur tangan untuk menghasilkan kendaraan itu. Dari bahan mentah, sampai menjadi motor/mobil hingga sampai ke tangan kita, berapa ribu manusia yang terlibat. Do’akan dalam hati, “Ya Allah berilah mereka petunjuk. Ampunkan dosa mereka dan murahkan rezeki mereka.” Kalau boleh, hadiahkan Fatihah untuk mereka dan niatkan dalam hati, kita hadiahkan Fatihah untuk yang Islam. Bagi buruh-buruh yang tidak Islam, dia tidak termasuk, tetapi dia sudah termasuk dalam doa tadi yakni agar diberi petunjuk. Moga-moga dengan itu, kita selamat dan menyelamatkan orang lain. Islam itu agama selamat menyelamatkan. Orang yang kita doakan pun tidak tahu. Itu paling ikhlas. Pahalanya selamat. Kalau kita doakan, kepada orang banyak di depan kita, susah untuk menjaga hati kita. Sebab hati akan berkata, “Supaya orang anggap aku baik, aku akan doakan.’ susah rupanya hendak ikhlas. Bila begitu, artinya pada hati kita bukan Tuhan yang di dapat tetapi syaitan yang di dapat.
Jadi kalau kita mendo’akan orang tetapi tidak ada yang tahu seperti mendoakan orang buat kendaraan tadi, inilah yang selamat dan menyelamatkan. Inilah yang orang lain tidak lakukan. Yang mudah mendapat pahala orang tidak lakukan. Yang susah dapat pahala itulah yang orang inginkan. Sebab kita sudah disalahgambarkan tentang ajaran Islam. Benda-benda yang tersirat seperti ini tidak pernah digambarkan atau difikirkan orang. Padahal Islam itu selamat menyelamatkan. Sekarang kita sudah selamatkan orang yakni orang yang ada hubungan dengan kendaraan kita. Dari yang menyiapkan bahan mentah, yang memproses, yang membuat, yang tukang jual, sampai ke tangan kita, berapa ribu orang yang terlibat. Kalau do’a kita makbul, berapa ribu orang yang akan selamat. Islam itu agama yang selamat menyelamatkan.
Seterusnya, kendaraan pun berjalan. Waktu baru naik kendaraan, hendak menghidupkan mesin, ada bacaan do’anya. Waktu kendaraan berjalan juga ada bacaannya. Mengapa kita baca doa-doa itu ? Moga-moga Tuhan selamatkan kita. Sebab ajaran Islam itu selamat menyelamatkan. Setidak-tidaknya kita dahulu yang selamat. Bila masuk ke persimpangan, walaupun itu jalan kita, jika ada kendaraan lain hendak menyusul, kita beri jalur untuk menyusul. Menyelamatkan. Itulah yang dimaksudkan Islam itu selamat menyelamatkan, memberi peluang orang lain jalan dahulu. Kalau kita pikir, “Mana bisa ! Ini jalan aku.” Mengikuti undang-undang jalan raya, memang tidak salah kalau kita tidak mau memberi kesempatan untuk dilalui tetapi mengikuti undang-undang Tuhan, tidak baik. Kalau mengikut undang-undang negara memang kita yang patut jalan dahulu. Kalau mengikuti undang-undang Tuhan, kita memberi orang lain jalan dahulu. Menyelamatkan orang. Boleh jadi dia memang ada keperluan untuk lebih cepat. Kita beri peluang kepada orang lain, senangkan hati orang. Bila kita senangkan hati orang, kita sudah dapat pahala juga. Jadi kesenangan orang itu secara tidak langsung menyenangkan kita pula.
Begitu pula kalau kita jalan jauh. Bila menuruni jalan yang tinggi atau bukit, ada pula ayatnya. Selagi menurun, kita baca, “Subhanallah….maha suci Tuhan, maha suci Tuhan.” Jangan sampai jiwa kita itu kosong. Biar senantiasa terhubung dengan Allah. Kalau kendaraan kita menurun cukup jauh, lama juga kita baca,”Subhanallah……”. Apabila tiba-tiba kendaraan mendaki kawasan atau jalan yang tinggi, baca, “Allahu Akbar.” Jangan kosongkan kalimah Tuhan. Tuhan siapkan bagaimana agar kita senantiasa terhubung dengan-Nya. Supaya hati kita tidak vacuum.
Tiba-tiba kita melihat orang tertimpa kemalangan. “Segala puji bagi Tuhan yang telah menyelamatkan aku dari pada apa yang telah ditimpakan kepada orang itu.” Terhubung lagi hati dengan Tuhan. Tidak boleh vacuum. Jika vacuum, syaitan masuk. Bila syaitan masuk, sudah tidak selamat. Padahal Islam itu cantik. Bukan saja kita selamat, orang lain pun selamat.
Bila kita jalan lagi, kita haus maka kita pun singgah di restoran/warung. Berapa banyak hubungan kita dengan Tuhan di situ. Kita baca Bismillah, dan mulakan dengan tangan kanan maka kita terhubung secara tidak langsung dengan Tuhan. Bila membayar, kita bayarkan orang yang makan di kiri kanan kita. Selamatkan orang lain. Bukan saja kita selamat dari lapar bahkan kita juga telah selamatkan orang lain. Islam itu selamat menyelamatkan. Tidak indahkah ajaran Islam? Senantiasa berhubungan dengan manusia, baik secara langsung atau tidak secara langsung. Bila terhubung dengan Tuhan, secara otomatis terhubung dengan manusia.
Itulah yang dimaksudkan Islam itu selamat menyelamatkan yakni ia merupakan amalan harian. Sedangkan ada orang menganggap masuk kepada keselamatan secara keseluruhan atau global itu, hanya di sudut ibadah saja atau sembahyang saja. Yang berminat politik hanya di sudut negara atau perjuangan. Ibadah pun sudah jadi kecil baginya.
Agama itu ialah jadwal harian. Walaupun satu detik, tidak lepas dengan Tuhan dan tidak lepas dengan manusia. Tidak vacuum. Tidak ada kekosongan.
Jadi itulah perintah Tuhan tadi, “Hendaklah kamu masuk Islam (keselamatan) itu secara menyeluruh (global).’ Dan sebab itu Tuhan memberi nama agamanya “Islam”, sesuai dengan arahan dalam ayat tadi. Islam bukan artinya selamat. Islam artinya selamat dan menyelamatkan. Menyelamatkan diri dan menyelamatkan orang lain. Kalau ini dapat difahami, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan keseharian, maka dengan Tuhan terhubung dan dengan manusia terhibur. Kita selamat dan orang lain pun selamat. Kalau begitu, dimana ada ruang hendak berselisih atau bentrok. Tidak ada. Tetapi oleh karena kita tidak faham Islam secara benar dan kita hanya faham seperti yang kita faham selama ini, sebab itu Islam yang kita bawa tidak selamat dan menyelamatkan. Kadang-kadang kita bawa Islam, disitu bisa berselisih. Ini sudah tidak betul. Menyalahi ayat tadi.
Itu sebagian kecil yang saya gambarkan bagaimana Islam itu adalah kehidupan harian. Dalam sudut-sudut lain, kita sudah tahu. Kalau belum tahu, kita belajar lagi karena terlalu banyak dan menyeluruh. yaitu tindakan dalam kehidupan kita. Jadi indah sekali ajaran yang selamat menyelamatkan ini.



MODUL 5

MENGAPA ADA MAZHAB DALAM ISLAM

   


Marilah kita sama-sama bersyukur kepada Allah yang mana kita masih dihidupkan sampai hari ini. Solawat dan salam kepada Rosulullah saw. Manusia yang sangat banyak jasanya kepada dunia yang mana baginda telah sukses membawa agama Tuhan ke bumi ini. Hingga sebahagian besar penduduk dunia menganut agama Tuhan.
Perlu diingat Islam membutuhkan ahli-ahlinya yang berjiwa besar, yang berpandangan jauh, ahli-ahli yang melihat dunia ini secara global karena pejuang dalam jemaah kebenaran itu adalah penyelamat, sumber ilmu, sumber keyakinan, tempat sandaran orang banyak dan harapan masyarakat. Jemaah perjuangan itu tempat rujukan dan sumber segala ilmu. artinya seluruh keperluan manusia sekarang perlu ada dalam jemaah. Kalau tidak, dunia tidak akan hormat. Kalau tidak, masyarakat tidak akan hormat. Bukan saja orang luar Islam bahkan orang Islam pun tidak hormat. Hal-hal seperti inilah yang kita mesti faham dan yang mesti ada dalam kepala kita, kita mesti bersiap siaga untuk mendapatkan berbagai macam ilmu. Kalau tidak mempersiapkannya, mungkin kita akan berjiwa kerdil. Ini dapat membahayakan terutama untuk Jangka panjang.
Untuk meluaskan pemahaman mengapa lahirnya Mazhab, mengapa ada sedikit perbedaan antara mazhab-mazhab sedangkan semuanya satu. Qur’an dan Hadis yang datang dari Allah dan Rosul adalah satu. supaya kita dapat melihat Islam itu secara global. Walaupun tidak menjadi pakar, sekurang-kurangnya bila orang bertanya, kita bisa menjawab alakadarnya. Untuk memperluas ilmu ini, cari dan bacalah sendiri.
Al-Qur’an sebagaimana yang kita faham, tidak datang sekaligus. Qur’an turun mengambil masa 20 tahun 2 bulan 20 hari. tidak seperti wahyu yang turun kepada Rosul-rosul terdahulu, yang turun serentak, sekaligus habis. Tetapi kepada Rosulullah tidak. Semua orang sudah tahu hal ini. Kemudian karena waktu itu tidak ada tempat alat untuk menulis, maka para sahabat menghafalnya. Apabila dia takut kurang hafal, dia cari benda seperti kulit-kulit kayu atau pelepah untuk ditulis. Pada masa yang sama, hadis pun ada bahkan lebih banyak daripada ayat Al-Qur’an. Tetapi Rasulullah tidak membolehkan untuk ditulis sebab Rasulullah takut tercampur antara Al-Qur’an dan hadis. Nanti tidak jelas yang mana hadis dan yang mana Al-Qur’an. Jadi para sahabat menghafal. Tuhan memberi para sahabat akal yang tajam hingga bisa hafal Al-Qur’an dan hadis.
Hadis-hadis yang sampai kepada para sahabat, tidaklah setiap sahabat dapat keseluruhannya. Sebab tidak semua sahabat berada bersama dengan Rosulullah sepanjang masa. Ada yang sebentar, ada yang lama. Ada yang berjumpa dan ada yang berpisah. Ada yang sibuk atau yang pergi jauh kurang mendapatkan hadis. Mereka yang selalu duduk dengan Rosulullah, banyak mendapatkan hadis. Jadi sahabat-sahabat mendapatkan hadis dari Rosulullah itu tidak sama. Ada yang sedikit dan ada yang banyak. Yang mendapatkan paling banyak ialah Abu Hurairah. Sebab dia bukan pemimpin dan bukan pejuang yang sibuk tetapi seorang ahli abid. Dia seorang yang dhaif dan miskin, banyak di masjid dan selalu bertemu Rosulullah maka dia banyak mendapatkan hadis. Sayidina Abu Bakar, mungkin mendapatkan puluhan hadis saja.
Hadis pada zaman Rosulullah tidak dibenarkan dicatat, takut keliru sehingga tidak dapat membedakan mana ayat Al-Qur’an dan mana Hadis. Itu sebagai sebab supaya Al-Qur’an terpelihara. Sebab Allah memberitahukan dalam satu ayat, bahwa Al-Quran itu terjamin kebenarannya. Tidak ada siapapun boleh mengurangi dan menambah. Terpelihara bukan saja ayat-ayatnya bahkan huruf-hurufnya.
Kemudian Al-Qur’an dibukukan menjadi mushaf, menjadi kitab. Dengan 114 surat, 6666 ayat dan 30 juz. Al-Qur’an dibukukan di zaman Sayidina Usman menjadi khalifah. Sebab itu terkenal sebagai mushaf Usmani. Kemudian di zaman Sayidina Umar bin Abdul Aziz, diarahkan oleh Umar Ibnu Aziz waktu itu untuk membuat 5 salinan. Disebar ke kota-kota besar di dunia yaitu Madinah, Iraq, Mesir dan lain-lain. Kemudian, sesudah lebih seribu tahun, barulah Al-Qur’an dicetak. Cetakan pertama di Jerman. sekitar 200 tahun yang lalu. Ironis !
Tentang Hadis, mulai dibukukan secara serius, 300 tahun selepas zaman Rosulullah. artinya bukan di zaman sahabat, bukan zaman tabiin tetapi zaman tabiut tabiin. Ada satu kitab hadis yang awal sekali, ditulis oleh seorang ulama besar Imam Malik yaitu Mawattho’. Mengandung lebih 7000 hadis. Ini kitab hadis yang pertama. Tetapi itu tidak sepadan atau tidak mencukupi. Kenapa? Hadis banyaknya berjuta-juta. Sebab itu, selepas 300 tahun, dikaji lagi. Itupun yang ditulis oleh Imam Malik, belum disaring. Hanya ditulis saja tetapi belum dikaji. Mungkin bercampur dengan kata-kata sahabat.
Datanglah imam-imam yang terkenal seperti Imam Bukhari, Tarmizi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu An-Nasa’i dan lain-lain. Ada 6 kitab hadis yang terkenal. Yang paling populer Hadis Bukhari. Selepas itu hadis Muslim. Kemudian barulah diikuti oleh Ibnu Majah dan Ibnu An-Nasa’i. Kebanyakan mereka ini orang Uzbekistan. Tidak ada seorang pun orang Arab.
Imam Bukhari saja telah mencatat tidak kurang 600,000 hadis. Sebenarnya banyak. Dari 600 000 itu, hanya 7000 yang sahih. Waktu itu transportasi sangat susah. Imam Bukhari naik unta menjelajah seluruh negara Arab.
Sesudah 700 tahun hadis dibukukan, tentulah keadaannya menghawatirkan. Mungkin ada yang Hadis dan yang bukan Hadis. Oleh karena sudah 700 tahun hadis dibukukan dan sudah banyak masalah yang sudah usang, maka orang-orang jahat dan orang-orang yang hendak sesatkan Islam memiliki peluang untuk memasukkan yang bukan-bukan. Banyak pula tukang reka Hadis lalu dicampur aduk.
Imam Bukhari sangat ketat syaratnya dalam menerima Hadis. Dia pernah menemui seseorang untuk mendapatkan hadis tetapi dia mendapati orang itu telah berpura-pura menabur makanan untuk memanggil binatang ternakannya. Hanya karena berbohong pada binatang dia buang hadis itu. Dia tidak menerima hadis dari orang itu. Kalau seseorang itu dilihat seperti tidak bisa dipercayai walaupun sedikit, hadis itu tidak akan diterima. Tapi Imam-imam lain agak longgar sedikit. Sebab itu sampai beratus-ratus ribu hadis yang disahkan.
Hadis ada bermacam-macam derajat Ada hadis Sohih, hadis Mutawatir (banyak perawi yang menyatakan tentang hadis tersebut), hadis Hasan, hadis Dhoif, hadis Maudhu’. Hadis Maudhu’ ini bukan hadis tetapi direka-reka. Hadis Mutawatir adalah hadis yang tidak boleh ditolak, sangat sohih. Hadis Masyhur di bawah Hadis Mutawatir. Ada yang dikatakan Hadis Ahad. Sumbernya satu, satu jalan, Setelah dikaji rawi-rawinya sampai kepada Sayidina Abu Bakar, perawi itu orang yang sama. Seorang saja sumber lain tidak ada. Ada hadis yang banyak sumbernya dan banyak saluran.
Begitulah martabat hadis. Jadi hadis dibukukan setelah 300 tahun. Kemudian, ada mazhab. Mengapa timbul mazhab? Saya tidak sebut mazhab-mazhab yang sesat. Sebab dalam Islam lahir 73 mazhab. Dari 73 mazhab itu, 72 mazhab sesat. Hanya satu saja yang dikatakan ahli sunnah wal jamaah. Dari situ menjadi 4 mazhab. Inilah mazhab yang sah, yang dianggap satu yaitu ahlusunnah wal jamaah. Kemudian terbagi kepada 4 Mazhab yaitu:
1. Mazhab Maliki
2. Mazhab Hanafi
3. Mazhab Hambali
4. Mazhab Syafie
Mazhab pertama yang lahir ialah Mazhab Maliki. Bahkan Mazhab ini terkenal dengan Mazhab ahlulhadis. Imam Maliki tidak mengembara, tidak ke luar negeri, diam saja di Madinah, jadi dia banyak mendapatkan hadis. Sebab itu Mazhab Maliki ini dikatakan Mazhab ahlul hadis.
Mazhab yang 4 ini dianggap satu, yang dikatakan mazhab yang berpegang pada ahlusunnah wal jamaah. Perbedaannya bab-bab furu’, bukan bab pokok. Bukan soal-soal aqidah, bukan soal usuluddin. Hanya bab furu’ seperti fiqih dan syariat. Ada perbedaan sedikit-sedikit. Mengapa timbul perbedaan.
Perbedaan timbul kerana :
1. IQ Imam Mazhab tidak sama
Imam-imam Mazhab ini tidak sama kecerdikannya. Ada yang sangat cerdik dan ada yang sederhana. Begitulah. Oleh karena faktor akal tidak sama, maka lahirlah pendapat-pendapat. Maka berbedalah pendapat antara satu sama lain. Sebelum itu saya teringat, sebenarnya mazhab-mazhab ini ada 11 yang sah. Semuanya ahli sunnah wal jamaah. Seterusnya mazhab Auza’i, Athauri, Mazhab Hasan Basri dan lain-lain lagi yang saya tidak ingat. Tetapi yang selain dari mazhab yang 4 ini, tidak terkenal. Kitab tidak ada, buku sudah hilang. Hendak dijadikan bahan rujukan sudah tidak bisa. 4 mazhab ini ada kitab dan ada rujukannya. Cukup jelas karena semua ada kitab. Imam Syafie ada kitab yang besar yaitu Al-Uum.
2. Hadis belum dibukukan untuk dijadikan rujukan
Waktu zaman Imam Mazhab ini, hadis belum dibukukan. Hadis dibukukan selepas 300 tahun. Sedangkan Imam-imam Mazhab sudah lahir di kurun pertama. Hadis belum dibukukan. Hanya berjumpa dengan orang-orang yang hafal hadis.
3. Tidak semua Imam Mazhab menerima hadis yang sama
Masing-masing menemukan hadis yang sama, tetapi tidak semua menerima hadis itu. Mana yang anggap hadis itu sahih dia terim dan yang anggap itu bukan hadis tidak terima.
4. Berbeda penerimaan ayat Mansuh dalam Al-Qur’an
Sebab yang keempat, dalam Qur’an, ada ayat yang mansuh dan ada yang nasikh. Ada sebagian Mazhab tidak menerima mansuhnya ayat Quran. Ada sebagian mazhab menerima. Orang yang menerimapun tidak sama. Ada yang menerima sekian-sekian ayat saja, menerima ayat yang mansuh. Manakala mazhab yang menerima ayat itu tidak mansuh, dia jadikan hujah. Mazhab yang sudah anggap ayat itu sudah mansuh, di situ dibatalkan hukumnya. Nasikh itu dibatalkan. Imam Mazhab yang menganggap hukum itu sudah dibatalkan, maka tidak dijadikan hujah.
5. Berbeda pendapat dalam menghubungkan ayat Quran dan Hadis
Selain itu ayat Quran dan hadis, kadang-kadang satu sama lain itu seperti berlawanan. Kadang-kadang, nampak untuk khusus tetapi dimaksudkan untuk umum. Kadang nampak untuk umum tetapi maksudnya khusus. Ini susah. Masing-masing mengkaji, menilai serta hendak menghubungkan. seperti hendak menggabungkan yang khusus jadi umum, yang umum jadi khusus. Ada juga yang khusus untuk khusus dan ada yang umum untuk umum. Ada yang mampu diselaraskan. Ada yang tidak mampu. Lahirlah pandangan-padangan yang berbeda.

Inilah antara lain sebab-sebab yang besar, mengapa dalam satu mazhab yang besar, yaitu mazhab Ahlusunnah wal jamaah, lahir lagi 4 firkah. Ada sedikit perbedaan dalam beberapa permasalahan.
Kedatangan pakar-pakar hadis adalah selepas kelahiran Imam Mazhab. Imam mazhab dilahirkan pada kurun yang pertama. Pakar-pakar hadis di generasi yang ke-3. Tidak bertemu. Tetapi tiada seorangpun di kalangan pakar hadis itu yang membuat mazhab. kebanyakannya bermazhab Syafie. Padahal mereka hafal hadis. Bahkan ada di kalangan mereka yang hafal Al-Qur’an. artinya tempat rujuk ada pada mereka. Sepatutnya mereka boleh dan mampu membuat mazhab tetapi mereka tidak membuatnya. Mereka bermazhab dengan mazhab Syafie. Sekarang orang sangat mudah hendak menolak mazhab. Sedangkan pakar hadis pun bermazhab. Merujuk pada Mazhab Syafie. Jadi jangan mudah terpengaruh. Pakar hadis pun ikut mazhab.


MODUL 6

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SUATU BANGSA TIDAK MAJU

   

Tidak cukup kalau muslim itu hanya memiliki ilmu akhirat semata-mata. Seorang penyelamat tidak cukup hanya tahu ilmu tentang hukum hakam saja. Memiliki ilmu dunia, sangat membantu dalam memperjuangkan akhirat. Bahkan ilmu dunia itu boleh diakhiratkan atau boleh dijadikan ibadah.
Kegagalan pejuang-pejuang Islam sebelum ini adalah karena mereka hanya memiliki agama semata-mata. Hanya memiliki ilmu tentang hukum hakam. Ilmu dunia kurang difahami. Bahkan tidak berminat. Ini adalah satu kesalahan. Jadi orang yang memperjuangkan kebenaran, yang akan menjadi penyelamat kepada manusia, perlu menguasai kedua ilmu itu yakni ilmu akhirat dan ilmu dunia.
Keselamatan kita di akhirat ditentukan oleh bagaimana kehidupan kita di dunia. Apabila membicarakan hal ini maka ditentukan oleh kehidupan kita di dunia dan tentulah ilmu dunia itu perlu kita miliki. Kalau tidak, bagaimana kita hendak bertindak kalau ilmu dunia tidak kita miliki. Kedua ilmu ini yakni ilmu dunia dan ilmu akhirat digabungkan. Barulah perjuangan kita tepat maka layaklah mendapat gelar penyelamat.
Mari kita lihat kata-kata hukama atau kata-kata ahli falsafah, yang berbunyi “Manusia itu tabiat asalnya adalah makhluk yang maju.” Apa maksud makhluk yang maju? Tuhan siapkan kekuatan-kekuatan dalam diri manusia mengharuskan manusia itu maju dan harus maju. Jadi kalau manusia itu menggunakan alat-alat yang ada dalam dirinya, dorongan, kehendak, rangsangan-rangsangan untuk maju, kemudian menggunakan alat-alat yang ada pada dirinya juga seperti kekuatan akal fikirannya, maka manusia itu harus maju.
Berbeda dengan hewan, dari awal dijadikan sampai beranak cucu, budaya hidupnya tidak berubah, yang makan rumput, dari awal sampai sekarang makan rumput. Kalau rumput itu tidak dimasak, sampai kiamat pun tidak dimasak. Begitu pula yang makan daging, hewan makan daging mentah, sampai mati ia tetap makan daging mentah. begitu pula kalau asalnya mereka tidak berpakaian, sampai hari kiamat tidak berpakaian. Hewan tidak ada alat dalam dirinya, tidak ada rangsangan dan tidak ada dorongan untuk ia berubah atau bertamadun. Hidup seperti itu memang senang. Hendak tidur, ia tidak fikir tilam, tidak fikir alas. Kalau hendak makan rumput makan sajalah. Kalau makan daging, ia terkam hewan lain dan memakannya. Tidak perlu mencincangnya, memasaknya atau hendak mencari bumbunya.
Sebab itu manusia sejak dahulu, di zaman batu kemauannya lebih sedikit daripada hewan. Ada yang duduk diatas pokok pohon, menggunakan sumber air semaunya, ada yang makan daging mentah. Lama-lama manusia berubah sebab ada ransangan dalam dirinya, ada kehendak, kemauan dan akal pun memikirkan bagaimana hendak membuat pembaharuan. Akal pun menggunakan alat-alat yang ada dalam dirinya untuk mendapat satu kemajuan. Mula-mula makan ikan mentah. Bila sudah bosan, ada rangsangan fikir-fikir membuat api, maka dibakarlah ikan itu, fikir-fikir lagi direbus. Begitu juga dalam hal-hal pembangunan dan jalan raya. Dahulu jalan hanyalah laut dan sungai, sebab masa itu orang membikin perkampungan di tepi sungai dan laut, tidak tinggal di tengah hutan. Kalau tinggal di tengah hutan pun yang ada/dekat sungai.
Tabiat yang ada pada diri manusia inilah yang merangsang dan mendorong untuk dia bertindak, bila dia sudah terdorong, dia berkehendak maka dia merangsang otaknya untuk berfikir, maka otak-pun berfikir bagaimana hendak berbuat. Kemudian ia arahkan anggota fisik untuk membangun. Akhirnya berkembanglah ilmu hingga dunia jadi seperti sekarang. Yang jadi masalah, walaupun ahli hikmah itu berkata, manusia itu memiliki tabiat asalnya adalah mahluk yang maju, tidak ada perbedaan bangsa atau etnik, tetapi kita lihat ada bangsa yang sangat maju, ada yang sederhana dan ada yang seolah-olahnya hidup seperti 700-800 tahun lalu, seperti penduduk Afrika. Rangsangan yang sama, dorongan sama, rasa hendak berubah sama, cara berfikir sama, kemampuan menggunakan tenaga lahir pun sama tetapi hasilnya tidak sama.
Kalau ada orang bertanya, mengapa ada bangsa yang sangat maju dan sebaliknya ada yang lambat/telat untuk maju ? Kalau yang bertanya itu bangsa asing, bukan orang Islam , kita tidak akan menjawab secara hukum-hakam. bagaimana hendak menjawab? Inilah ilmu dunia yang sangat perlu. Disinilah pejuang-pejuang Islam gagal, mereka hanya bisa menjawab dengan hukum hakam saja, bila ditanya tentang ilmu dunia, mereka tidak bisa menjawab.
Kalau kita peka, kita akan dapati manusia itu fitrahnya sama tetapi hasilnya tidak sama karena sebab-sebab berikut :
1. Malas
Bagi sebagian bangsa, rangsangan ada, kemauan ada tetapi bila hendak berbuat, terasa malas. Bila berfikir bagaimana hendak berbuat, perlu minta bantuan Allah, banyak cobaan, terasa malas. “Makan sajalah apa yang ada. Biar sajalah. Hiduplah dengan apa yang ada.” Malas menjadikan sesuatu bangsa itu tidak maju. Sayangnya karena dia tidak manfaatkan kemauan dan tabiat awal menjadi manusia yang menginginkan kemajuan itu. Dia tidak menggunakan pendorong yang Allah sudah berikan. Karena tidak tahan cibiran, akhirnya manusia jadi malas.
2. Karena bangsa itu pernah dijajah
Bangsa yang malas tidak berjuang, bangsa yang rajin berjuang. Bangsa yang rajin menjajah bangsa yang malas, maka bangsa yang malas akan terjajah. Suatu bangsa yang terjajah memakan waktu paling singkat 100 tahun. Indonesia dijajah selama 350 tahun. Orang yang rajin berjuang menjajah negara orang yang malas, dia jajah bangsa-bangsa yang malas. Penjajah ini dasarnya sekadar hendak mengambil/memanfaatkan khazanah harta jajahannya, bukan hendak mendidik anak jajahannya, dia hanya mendidik beberapa orang untuk membantu pekerjaanya, yang lain pandai-pandailah hidup sendiri. Bangunan dibuat sekadar perlu. Ilmu pun dia batasi. seperti dulu, sekolah setingkat kelas 6 SD saja. Selepas itu jadi guru. orang Itu yang jadi dosen dan guru besar. Penjajah hanya mengambil 2-3 orang, dipandaikannya untuk membantu negara itu dan digunakan untuk menundukkan rakyat. Penjajah mengambil rakyat sendiri untuk tundukkan rakyatnya.
3. Faktor ilmu
Walaupun sebuah negara itu sudah merdeka tetapi ia tidak bisa maju karena faktor ilmu. mau maju, akan membuat bangunan pencakar langit, mau jalan raya yang moderen, tidak bisa dilaksanakan karena tidak ada ilmu. Faktornya tidak cukup ilmu.
4. Faktor anak-anak didik penjajah
Kebanyakan negara-negara yang baru merdeka, sebelumnya penjajah menjadi pemimpinnya. Mungkin Amerika, Perancis, Sepanyol, Portugis, Itali dan Belanda. Waktu pemimpinnya adalah penjajah, ada anak-anak berkesempatan mendapat sedikit ilmu hasil dididik oleh penjajah. Bila negara dimerdekakan, maka kepada merekalah negara ini diserahkan. Tidak akan mungkin diserahkan pada orang yang tidak memiliki ilmu. Penjajah menyerahkan negara itu pada orang-orangnya juga. yaitu pada orang Indonesia yang otaknya otak penjajah, orang Indonesia yang berotak penjajah atau orang Arab yang juga sudah berotak penjajah. Dulu penjajah yang menguasai negara. Sekarang otak penjajah yang mengambil alih kekuasaan. Rupanya tidak sama tetapi perasaan dan otaknya sama dengan penjajah. Hendak menukar wajah/bentuk susah. Kalau hidungnya pesek, sampai tuapun pesek. Tetapi otak dan jiwanya penjajah. Bila penjajah pulang kampung, kepada mereka itulah diserahkan negara..
Bila diserahkan negara kepada orang yang berjiwa penjajah, yang masih berhubungan dengan penjajah, maka mereka bukan hendak memajukan rakyatnya tetapi semua kekayaan masuk dompet dan rekeningnya, bahan mentah dan hasil negara banyak tetapi tidak maju. Seperti Indonesia. Orangnya Indonesia tetapi berotak dan berjiwa Belanda, berbuat sedikit untuk negara, yang banyak masuk kantongnya. Padahal kalaulah yang ganti Belanda itu otaknya orang Islam, jiwa Islam, Indonesia sudah membangun. Kalau yang mengambil alih itu berjiwa Islam, Indonesia sudah jadi syurga. Harta negara banyak. Khazanah negara banyak tetapi tidak dapat dimanafaatkan. Kenapa? Orang yang pandai-pandai yang menggantikan penjajah itu, otaknya otak Belanda, perasaannya Belanda, yang masuk dompetnya banyak, sebab itu berebut hendak jadi pemimpin. Bila negara demokrasi siapapun bisa jadi pemimpin, masing-masing hendak berebut kursi. Kenapa? Dia suka duit. Jadi wakil rakyat cukup untuk menjadi kaya. Kalau jadi presiden apa lagi.
Jadi sebab yang keempat mengapa sesuatu bangsa itu tidak maju ialah karena kepentingan-kepentingan pemimpin yang otaknya otak penjajah dan jiwanya jiwa penjajah, memerah hasil negara. Kalau maju pun hanya untuk beberapa kelompok manusia saja, tapi rakyat terbengkalai.
5. Ideologi
Kita bisa lihat, Negara-negara yang menganut ideologi komunis, negaranya tidak maju, mereka bukan tidak mampu berbuat tetapi itu disengaja, buktinya Rusia yang kekuatannya bisa menandingi Amerika. Mereka hebat dibidang senjata tetapi kemajuan yang ada hubungan dengan rakyat, tidak ada. Rakyatnya hidup susah. Itu artinya bukan mereka tidak bisa berbuat sebab terbukti dibidang senjata. Begitu juga kapal perangnya. Kemampuan sains dan teknologinya bisa bersaing dengan Amerika tetapi untuk rakyat, tidak ada kemajuan. Karena begitu kehendak ajaran Komunis. Negara tidak mau rakyatnya itu bermewah-mewahan. Jadi sebab kelima mundurnya satu bangsa adalah ditentukan oleh ajaran ideologi.
Begitu juga dengan China Komunis. Sangat mundur. Sedangkan di bidang senjata bisa melawan Amerika tetapi rakyatnya masih pakai cangkul di lading, Ladangnya sangat luas tetapi mereka masih pakai cangkul, bukan mereka tidak pandai tetapi karena dasar negaranya berfahaman komunis. Jadi ideologi juga bisa menghalangi kemajuan sesuatu bangsa.
6. Selalu perang
Apabila satu negara itu tidak habis-habisnya berperang maka tidak bisa membangun. Contohnya Afghanistan dan Iraq. Akibat perang hendak membangun pun tidak bisa. Takkan bisa membuat pembangunan dan kemajuan yang baru.
7. Tidak ada kekompakan
Walaupun sesebuah negara itu tidak berperang tetapi karena tidak ada kekompakan maka tidak bisa membuat kemajuan. Rakyatnya hidup sendiri-sendiri. Sedangkan kemajuan bangsa tidak bisa ditingkatkan kecuali kalau ada kerjasama. Musti ada rasa kebersamaan, bertolong menolong dan saling bantu, kalau bangsa itu hidup nafsi-nafsi, tidak bisa maju. Kemajuan yang canggih tidak bisa dibuat. Hanya ala kadarnya saja.
8. Terlalu banyak kejahatan di dalam negara
Walaupun tidak berperang tetapi apabila kejahatan terlalu banyak dalam negara maka susah untuk maju. banyak orang jahat. merampok, membunuh, makar, mencuri dsb. Ini juga mengganggu untuk membangun. kejahatan mencari makan di projek-projek pembangunan. Padahal tidak perang tetapi kejahatan menjadi penghalang satu bangsa untuk maju.
Itulah 8 sebab terbesar mengapa manusia tidak bisa maju sedangkan fitrah manusia sama. Kalau fitrah itu tidak disekat, tidak ada halangan dan tidak ada gangguan, maka semua manusia bisa membangun.
Mengapa bangsa tertentu tidak maju? Tidak usah di jawab dengan hukum halal haram. Tidak akan di jawab dengan Qur’an dan Hadis. dijawabnya dengan ilmu dunia. Supaya keyakinan orang lebih tebal. Bukan saja orang Islam, bahkan orang bukan Islam pun yakin. Coba impleng/telaah kembali sejarah orang yang terdahulu dari kita disekitar tahun 50an dan 60an, guru-guru agamanya sangat alim. Bukan seperti sekarang. Ketika itu, walau pun jika ditanya hal-hal dunia, mereka tidak bisa menjawab. Begitu juga bila mereka berhadapan dengan orang besar, tidak bisa berkomentar kecuali tentang halal haram. Ketika itu tidak semua orang berfikiran begini. Kebanyakan orang nyaman dengan cara itu. Ketika itu ada sebagian orang alim berbicara, “Lihatlah Tuhan menipu orang bukan Islam/kafir. Kita akan makan sayur, Cina menanamkan. Kita akan naik kapal terbang, Amerika membuatkan.” Akhirnya orang bukan Islam yang menguasai tumpuk ekonomi Indonesia.




MODUL 7

KONSEP NEGARA DALAM ISLAM

   


Terima kasih Tuhan yang dengan rahmat dan nikmat Mu, Engkau telah anugerahkan satu majlis yaitu majlis ilmu. Majlis tempat kami membicarakan tentang bangsa, negara dan agama ini. Membicarakan masa depan kami. Untuk berbicara apa yang patut kami lakukan terhadap bangsa, negara dan agama kami. Solawat dan salam kehadirat Rosulullah SAW. Karenanya majlis ini ada. Karenanya Engkau benarkan kami berbincang-bincang dan karenanya Tuhan benarkan kami membicarakan tentang bangsa, negara dan agama. Moga-moga kami pandai menjadi orang yang bersyukur supaya Engkau tambah lagi nikmat, dan moga-moga kami mampu memperbanyak solawat kepada Rosulullah SAW. Moga-moga dengan itu kami nendapat syafaatnya di akhirat.
Bila kita hendak berbicara tentang negara menurut pandangan Islam, menurut Islam, negara itu ialah seluruh kawasan yang dikelilingi batas dan sempadan negara-negara lain. Biasanya negara dikatakan rumah rakyat. Negara itu dianggap rumah sesuatu bangsa atau rumah rakyat. Di dalamnya mungkin ada berbagai etnik. Seperti juga keluarga ada rumah dan seperti individu yang ada rumah, jadi bangsa pun ada rumah. Itulah negaranya.
Perbahasan tentang rumah bangsa atau rumah rakyat yaitu negara. Mengapa suatu bangsa itu perlu ada rumah yaitu negara? Tidak cukup itu, rumah rakyat itu mesti ada pemimpin. Kalau tidak, siapa akan mengatur rumah, mesti ada team kepemimpinan. Kalau tidak, siapa akan membantu pemimpin? Sebagaimana keluarga juga ada rumah, yang di dalamnya ada pemimpn. Biasanya ayah. Kalau tidak ada ayah, suami atau anak yang paling tua, menjadi ketua atau orang-orang yang dituakan. Kalau rumah tidak ada ketua, kacau.
Kemudian mengapa setiap bangsa itu perlu ada negara? Inilah yang hendak kita jawab dengan tajuk Konsep Negara Menurut Pandangan Islam. Karena setiap bangsa itu ada maru’ah. Oleh karena kita membicarakan tentang Islam, maka maru’ah itulah aurat. Aurat individu adalah maru’ah individu. Aurat keluarga, itulah maru’ah keluarga. Aurat bangsa, itulah maru’ah bangsa. Biasanya, bila dikatakan maru’ah, ia benda besar. masalah yang tidak boleh dijual belikan. Tidak boleh ditukar/diganti kecuali tebusannya adalah nyawa. Saya ulang lagi, menurut pandangan Islam, bila dikatakan maru’ah, sangat besar dan sangat agung kepada bangsa itu. Karena ia agung dan besar maka ia sesuatu yang tidak boleh dijual belikan. Tebusannya adalah nyawa. Kalau begitu, apa yang dikatakan oleh Islam, sesuai dengan fitrah awalnya manusia sebab Islam itu agama fitrah.
Artinya, maru’ah ini dipandang besar. Islam melihat begitu dan fitrah juga melihat begitu. Sebab itu perkembangan bangsa-bangsa di dunia pun sudah membuat undang-undang tentang hak asasi manusia yang tidak boleh diganggu gugat oleh orang lain, sejak diwujudkan PBB selepas Perang Dunia Kedua, sama-sama setuju bahwa maru’ah bangsa itu adalah hak asasi bangsa itu. Tidak boleh diganggu. Kalau diganggu, akan dihukum atau diperangi. Jadi negara itu adalah maru’ah bangsa. Maru’ah itu sangat besar. Siapa saja yang menggadai maru’ahnya, dia sedang berperang dengan fitrahnya.
Apa itu maru’ah bangsa? yaitu diri setiap bangsa, agamanya, negaranya, akhlak bangsa, khazanah-khazanah negaranya dan lain-lain, ini maru’ah. Seperti keluarga ada maru’ahnya yaitu rumah tangganya. Nisbat satu keluarga karena hendak menjaga maru’ahnya, sebab itu perlu ada rumah. Kalau tidak, maru’ah tidak terjaga. Apa buktinya yang dikatakan maruah itu, benar-benar maru’ah? Walaupun sebagian orang maru’ahnya sudah rusak dan fitrahnya juga sudah rusak tetapi bila terjadi sesuatu kejadian, fitrahnya tidak bisa menerima. Tanpa agamanya memberitahu, fitrahnya memberitahu padahal dia tidak lagi berfikir tentang maru’ahnya.
Contohnya, seorang perempuan yang sudah rusak fitrahnya hingga tidak pedulikan maru’ahnya. Bahkan dia bangga mempertontonkan aurat dan bergaul bebas, tetapi sekali terbangun fitrahnya. Katakanlah perempuan berjalan didepan saya, saya lihat dia ke atas, ke bawah, dia akan kecil hati. “Kenapa kamu memandangi aku.” Padahal maru’ahnya sudah rusak. Dia senang kalau dilihat oleh orang yang sama-sama rusak maru’ahnya dan orang yang dia sayang. Tapi dia akan marah sekali apabila fitrahnya hidup lagi, Itulah maru’ah. Kalau bukan maru’ah dia tidak peduli, kalau saya melihat aurat dia, dia malu. Itulah bukti bahwa badan kita ini maru’ah. Kalau kita faham hal ini, kita akan mudah memahami negara.
Sebab itu kalau kita lihat satu rumah yang ada orang di dalam rumah itu, orang itu akan marah sebab itu maru’ahnya. Jadi kalau begitu, mengapa satu bangsa itu perlu ada rumah? Mengikuti ajaran Islam, karena hendak menjaga aurat atau maru’ah. Hendak menjaga setiap individu agar jangan sampai dirusak. Jangan sampai negara diambil orang atau dijajah, jangan sampai agama dirusak orang, jangan sampai akhlak kita dihancurkan, jangan sampai bahan mentah dan ekonomi kita diambil, maka itulah tujuannya sesuatu bangsa itu perlu ada negara. Kalau tidak, tidak akan selamat. Kehidupan, akhlak, agamanya, khazanah negaranya tidak selamat.
Negara yang merupakan satu rumah besar untuk satu bangsa, perlu seorang pemimpin yang bertanggungjawab dan bisa menjaga maru’ah bangsa sebagaimana yang telah disebutkan tadi. Supaya jangan dirusak dari luar. Pemimpin yang baik akan menjaga maru’ah yang ada hubungan dengan bangsa. Dia akan membuat satu peraturan yang menjamin keselamatan agama bangsanya, akhlak bangsa, kebudayaan bangsa dan kekayaan bangsa. Semuanya terpelihara. Pemimpin yang baik sangat menjaga apa yang datang dari luar. baik yang berbentuk lahir maupun batin. baik berbentuk luar ataupun rohaniah. Karena takut bangsanya rusak. Takut semua yang ada dalam negara itu rusak. Sebab itu setiap negara ada penjaga. Ada imigrasi, ada keamanan, ada aparat untuk melihat apa yang masuk. Kalau orang yang masuk, dia perhatikan apakah orang jahat atau apa ?. Tidak terus diperbolehkan masuk. Begitu juga bahan-bahan yg dibawa akan diperiksa. Apakah ia bisa merusak akhlak atau tidak? Begitu juga jenis makanan atau obat. Apakah ia bisa merusak fisik atau akal?
Itulah tanggung jawab pemimpin untuk menjaga bangsanya. Itulah sebabnya mengapa bangsa perlu rumah yaitu negaranya. Alangkah malangnya kalau apa yang datang dari luar tidak dikawal hingga merusak bangsa. Suatu bangsa yang telah rusak, tidak rusak hanya untuk 50-60 tahun. Paling singkat, 200 tahun. Kalau bangsa itu telah dirusakkan oleh luar maka kerusakan itu mengambil waktu 200 tahun untuk dipulihkan.
Dalam Islam, untuk memulihkan kerusakan itu, bukan oleh pemimpin biasa tetapi oleh pemimpin yang Tuhan tunjuk yaitu Rosul-rosul, setelah Rosul tidak ada Tuhan lantik Mujadid. sekalipun pemimpin itu wara’, kalau tidak ditunjuk Tuhan, dia tidak mampu perbaiki kerusakan itu. Sekadar untuk keselamatan dirinya saja, sebab itu diutuskan mujadid, yang datang 100 tahun sekali.
Alangkah malangnya kalau pemimpin itu sendiri merusak bangsanya, agamanya, ekonominya, budayanya dan lain-lain. Bukan dirusak dari luar tetapi dari dalam sendiri. Bukan oleh rakyat tetapi oleh pemimpin sendiri. Hari ini kita lihat negara umat Islam, seolah-olah negara itu bukan rumah untuk menjaga maru’ah bangsa itu. Kalau pun mereka bertindak, hanya di sebagian sudut saja yang mereka sibuk jaga. Mereka jaga, takut ajaran sesat masuk. Akhlak jahat masuk, tidak apa, bahan bacaan rusak masuk, tidak apa. Individu luar masuk, berbicara atas nama kebudayaan bangsa itu, melihat paha atau dada, tidak dianggap rusak. yang sangat dijaga, ajaran sesat. Itupun tidak tahu sejauh mana sesatnya sebab kesesatan tidak boleh diukur oleh sesuatu kelompok. Sesat atau tidak itu dari ukuran Tuhan, tetapi itulah yang diramaikan. Unsur-unsur lain yang merusakkan roh, merusakkan akhlak, merusakkan ekonomi didiamkan karena pemimpin mendapat untung, yang untung musuh. Ini paling malang. Kita sendiri yang merusakkan. Ayah dalam rumah merusakkan anak-anaknya.
Kalau yang merusak itu dari luar, itu biasa. Seorang ayah karena tidak mampu pertahankan diri hingga anaknya diambil orang, itu biasa. Tapi kalau ayahnya sendiri merusak anaknya, itulah yang malang. Begitulah keadaan pemimpin negara umat Islam hari ini. Negara tidak jadi tempat untuk pertahankan maru’ah lagi. pemimpin bukan jadi orang yang merancang untuk pertahankan bangsanya bahkan pemimpin itu sendiri membawa masuk bahan-bahan yang tidak sehat baik bahan bacaan, makanan, minuman yang merusakkan akal dan fisik, kebudayaan dan lain-lain.
Sekarang sekolah/kampus jadi tempat berdemo sebab bangsa telah rusak, setiap hari ribut, karena pemimpin negara tidak pertahankan rakyatnya, tidak ketat dan tidak disiplin, yang dia tidak inginkan, dia jaga supaya tidak masuk, yang dia inginkan, dia izinkan masuk. Ini sudah jadi masalah dunia Islam. sebab semua sudah rusak. Berawal dari merdeka tidak dijaga sistem pendidikan, kebudayaan, ekonomi, perhubungannya menyebabkan negara mudah dimasuki oleh musuhnya. Akhirnya yang kena dampak, pemuda pemudi atau remajanya.
Kadang-kadang kita pun prejudis dan rasa curiga bila akan ada pemimpin baru, “Jangan-jangan inilah pemimpin yang akan merusak negara.” Sebab kita sudah ada pengalaman puluhan tahun. Kedatangan pemimpin menyebabkan kita fobia. Apa lagi yang dia rusak pada bangsanya?.
Ini sebagai asas berfikir, pandangan Islam terhadap negara. Negara adalah rumah bangsa, tempat menjaga maru’ah. Jangan dirusakan oleh unsur luar. Pemimpin harus bertangung jawab supaya unsur luar yang negatif tidak masuk.



MODUL 8
TAFSIR Surah As-Syams, Ayat 9-10


   
         
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.

Tuhan menyebut di sini, siapa yang dapat membersihkan nafsunya dari mazmumah, dia dapat keberuntungan. Tentulah dia dapat kejayaan di akhirat dan di dunia, karena mendapat kejayaan dunia dahulu, baru bisa mendapat kejayaan di akhirat. Kejayaan di akhirat tentulah kejayaan mendapat syurga, mendapat syurga itu ditentukan di dunia. Kejayaan di dunia ialah mampu membersihkan nafsu dari mazmumah yaitu dari sifat-sifat batin yang keji. Contoh sifat-sifat batin yang keji itu, yang besar-besarnya seperti syirik, sombong, hasad, pemarah, tamak, bakhil dan lain-lain. Semuanya 10 dosa yang besar.
Mengapa Tuhan berfirman siapa yang bisa membersihkan nafsunya maka dia beruntung di dunia? Bagaimanakah yang dikatakan beruntung di dunia itu? Beruntung di Akhirat itu akan mendapat syurga. Siapa bisa bersihkan nafsunya dari mazmumah, dia bisa berjaya di dunia. Tuhan tidak katakan menang tetapi Tuhan sebut “Qod aflaha..” Yakni beruntung. Asal perkataannya, “falaha” (kejayaan). Sebab itu dalam bahasa Arab, petani itu disebut, “Fallah” yaitu sangat berjaya, sangat berjasa. Sebab dahulu, orang tidak terlalu pandai berdagang jadi petani dianggap orang yang sangat berjaya. Sebab itu petani disebut “fallah”. Isim mubalaghah, yaitu sangat berjaya. Sebab memberi makan rakyat. Petani bukan hanya menanam, dia juga memelihara kambing, kerbau, ikan. Di zaman moderen ini, orang yang berniagalah yang mendapat kejayaan. Dahulu tidak. Petani dianggap sangat berjaya karena memberi makan rakyat.
Jadi dalam ayat Qur’an ini firman Allah, siapa yang dapat membersihkan nafsunya dari pada mazmumah, dari pada syirik, bakhil, pemarah, hasad dengki, riya, ujub dan lain-lain, inilah orang yang mendapat kejayaan. artinya di dunia sudah dapat kejayaan. Apakah kejayaan itu? Bagi yang tidak dapat membersihkan nafsunya, artinya dia kekal dengan mazmumah, dia kotorkan nafsunya dengan mazmumah maka dia dianggap orang yang gagal. Gagal yang bagaimana? Siapa yang dapat membersihkan hatinya dari mazmumah dan menggantikan dengan mahmudah artinya dia dapat kejayaan. Apakah kejayaannya itu?
Nafsu ini jahat. Dalam ayat Qur’an disebut, “Sesungguhnya nafsu itu mengajak kepada kejahatan.” Tuhan gunakan isim mubalaghah. Nafsu itu sangat jahat dan menyeru orang berbuat jahat. Bila nafsu sudah jahat, ia menjadi highway bagi syaitan untuk bergerak. Kalau highway tidak ada, syaitan berada di tepi-tepinya saja. Bila ada highway, dia masuk dengan leluasa. Jadi, bila orang itu dapat membersihkan nafsunya, daripada mazmumah kepada mahmudah, maka dia berjaya. Berjaya apa? Berjaya tegakkan syariat. Nafsu yang jahatlah yang menyebabkan orang tidak bisa tegakkan syariat. Nafsu bekerjasama dengan syaitan. Jadi berjaya itu ialah mampu membangunkan syariat dalam hidup, mampu berkasih sayang, jadi orang yang pemurah, yang tinggi kemanusiaannya, mampu bekerjasama, mampu bersatu padu, sanggup berjuang sedangkan nafsu tidak mau berjuang, mampu memberi maaf dan meminta maaf dan lain-lain. Jadi bila seseorang itu dapat membersihkan nafsunya maka dia berjaya yakni mampu tegakkan syariat sebab nafsulah yang menghalanginya menegakkan syariat dengan kerjasama syaitan. Nafsu itu highway kepada syaitan.
Sebaliknya kalau tidak mampu membersihkan nafsu, artinya gagal. Gagal di dunia dan di akhirat tempatnya di neraka. Gagal berkasih sayang, gagal menolong orang, gagal bersatu padu, gagal simpati dengan orang susah, gagal berjuang dan lain-lain. Rupanya syariat lahir dan batin tidak bisa ditegakkan karena ada peranan nafsu. Sebab orang lupa membersihkan nafsunya daripada mazmumah. banyak orang sembahyang tetapi lupa hendak bersihkan nafsu dari mazmumah. Dia sembahyang hendakkan fadhilah dan pahala. Dia tidak terfikir hendak membasmi nafsu. Begitu juga buat haji umrah karena fadhilahnya besar. Tidak terfikir hendak membersihkan nafsu.
Artinya, walaupun seseorang itu banyak ibadah, wirid zikir dan lain-lain tetapi selagi tidak bisa membersihkan nafsunya, dia dianggap gagal. Karena gagal untuk membangun syariat dalam hidupnya apalagi syariat lahir maupun syariat batin. Syariat lahir seperti saya katakan tadi yaitu berkasih sayang, bersatu padu, bertimbang rasa, suka menolong orang, suka berkhidmat. Orang gagal untuk membangun syariat karena dia lupa hendak perangi nafsunya, padahal tujuan ibadah-ibadah asas itu untuk perangi nafsu. Soal fadhilah itu tidak perlu meminta. Itu hak Tuhan. Kalau kita tidak tahu fadhilah kita lebih ikhlas. Kalau tahu, nanti bercampur dengan niat mendapatkan pahala yang besar.
Kadang-kadang ada orang beribadah tetapi ibadahnya tidak mengubah nafsu. Tidak jadi obat untuk membuang mazmumah. Jadi orang yang tidak sanggup menahan nafsu, mengotori nafsunya, tidak bisa membuang mazmumah, dianggap gagal. Orang yang tidak bisa membuang mazmumah ini artinya dia tidak pernah berjuang. Orang fikir berjuang itu jihad ke Palestina, (melawan musuh lahir). Pernahkah orang terfikir, “Aku hendak puasa ini untuk menahan nafsu aku”? Yang orang fikir, “Aku akan puasa sunat senin Kamis ini untuk fadhilah.” Tertipu. Dia tonjolkan pahala, muncul mazmumahnya. Mana orang terfikir buat ibadah itu untuk perangi mazmumah. Jadi kalau orang beribadah tidak ada cita-cita untuk perangi nafsu, seperti orang yang tidak beribadah. Pernah kah orang fikir hendak sembahyang sebab hendak menghancurkan nafsu? Dia hanya fikir pahala. Itulah yang diajar oleh orang-orang yang kita kenal.
Lupakan saja soal fadhilah. Ibarat kita makan gaji. Tidak sulit kita berfikir tentang gaji. Kalau kita kerja dengan baik, majikan tentu memberi gaji walaupun kita lupa tentang gaji. Begitulah pahala dan fadhilah itu diberikan Tuhan. Kalau betul, ikuti cara dan jalannya, Tuhan pasti memberi. Tidak usah kita sebut atau kita ingat. Patutnya kita fikir, dengan ibadah itu baik wajib atau sunat, adalah untuk perangi nafsu. Sebab firman Tuhan, kalau nafsu tidak dibersihkan, kita dianggap gagal. Kalau gagal, dikira orang yang kecewa dalam hidupnya. Bila kecewa, di akhirat masuk neraka.
Siapa yang bersihkan nafsunya, ini orang yang berhasil di dunia dan akan mendapat syurga di Akhirat. Kejayaannya ialah berjaya membangun syariat lahir dan batin. Sebab yang menghalangi manusia membangunkan syariat ialah nafsu dan syaitan.
Itulah yang Allah maksudkan dengan ayat “Sesungguhnya berjayalah orang yang membersihkan nafsunya dan sesungguhnya kecewa lah orang yang mengotori nafsunya.”
Kalau orang Islam yang bisa beribadah, berjuang, bisa belajar gagal melawan nafsu, maka apatah lagi orang yang tidak beribadah, tidak belajar dan tidak berjuang, Tentu lemas dalam nafsunya. Jarang orang berfikir akan melawan nafsu. Orang hanya berfikir pahala dan fadhilah. Tuhan tidak berkata, siapa yang tidak dapat pahala itu gagal tetapi Tuhan berfirman kalau tidak bisa bersihkan nafsu itu gagal. Orang yang tidak mampu maafkan orang itu nafsu. Tidak simpati dengan kesusahan orang itu nafsu. Tidak mampu minta maaf itu nafsu. Dia akan meminta maaf dirasakan jatuh wibawa. Hendak minta maaf serasa akan tercabut nyawa. Kalau dia wakil rakyat, hendak minta maaf malu. Padahal mudah saja tetapi kerana nafsu, terasa berat.
Benarlah firman Tuhan, siapa yang bersihkan nafsunya, adalah orang yang berjaya yakni berjaya menengakkan syariat dan berjaya ke syurga. Siapa yang tidak bisa bersihkan nafsunya dianggap gagal sekalipun kuat ibadahnya. Bermakna tidak mampu tegakkan syariat dalam hidup baik syariat lahir atau batin. Di dunia gagal. Tuhan tidak memandang ibadahnya, puasanya, hajinya, jihadnya sebab dia gagal. Di akhirat, orang gagal akan ke neraka.
Begitulah lebih kurang tafsiran ayat tadi. Moga-moga bisa difahami, bisa dihayati, bisa dilaksanakan dalam hidup kita. Moga-moga kita dianggap orang yang berjaya. Di akhirat dapat syurga. Sudah begitu cara Tuhan. Orang yang berjaya dapat syurga. Orang yang gagal membersihkan nafsunya, dianggap gagal di dunia karena gagal menegakkan syariat dan di akhirat akan ke neraka.



MODUL 9

GAMBARAN UMAT


   


Di dalam kehidupan ini jika pergaulan kita luas, lebih-lebih lagi jika kita melakukan perjalanan jauh, melihat kehidupan di kampung dan kehidupan orang di kota, kota kecil atau kota besar apatah lagi kalau kita ada kesempatan pergi keluar negara melihat kehidupan berbagai etnik dan bangsa, terutama berbagai etnik dan bangsa itu adalah yang beragama Islam.
Di dalam pergaulan kita yang luas itu berbagai watak, ragam dan sifat manusia yang kita temui dan jumpai beraneka ragam, watak dan sifat manusia itu tidak sama, orang atau golongan yang memberi nilai kepada masyarakat yang disekelilingnya, tidak kurang juga ada orang yang tidak mempedulikan orang yang berada disekelilingnya, apa pun yang berlaku dan terjadi dia tidak ambil peduli, dia tidak ambil pusing, dia dengan keluarganya sendiri saja. Seolah-olah dia hidup tidak bercampur dengan orang, hanya dia sendiri dan sekitar keluarganya saja sekalipun hidup berada di tengah keramaian. Memang ada orang yang sikapnya begitu.
Pernah kita jumpai ada keluarga yang hidupnya miskin, mereka hidup dengan hasil pertanian yang mereka usahakan sendiri, mereka tidak memiliki banyak duit, yang ada adalah bahan-bahan makanan dari hasil tangan mereka, mereka hidup beragama secara sederhana, sembahyang tidak pernah ditinggalkan, hidup di dalam satu keluarga yang aman damai, bekerjasama, rasa bersama, penguasa disekelilingnya mereka sangat menghormati, keluarga yang begini baik tidak ada seorangpun anggota masyarakat yang memuji sekalipun mereka beragama dan sangat berbudi kepada masyarakatnya. Bahkan tidak pernah mengganggu masyarakatnya. Mereka tidak dinilai apa-apa oleh masyarakat karena di kalangan keluarga itu tidak ada yang lulusan perguruan tinggi, apalagi memiliki jabatan tinggi.
Mereka pun memang tidak terfikir hendak meminta dipuji oleh masyarakat, orang pun tidak ambil pusing tentang mereka karena keluarga itu tidak ada istimewanya dari segi dunia begitulah di dalam masyarakat yang hidup cintakan dunia.
Bahwa kesuksesan dunia itulah nilai manusia. Soal mereka tidak beragama mereka tidak ambil peduli bahkan tidak dianggap cacat, yang penting mereka lulusan PT, jabatan tinggi, ternama, maka mereka itu manusia yang mendapat sanjungan dan pujian. Nama mereka senantiasa di dalam bualan manusia, memuji-muji, menyanjung-nyanjung mereka dijadikan contoh dan model sekalipun mereka tidak kenal dan tidak takut Tuhan, agama ditinggalkan di dalam kehidupan.
Di dalam pengalaman hidup kita, tidak sedikit melihat ada keluarga yang kejayaan dunianya cemerlang dan terbilang, berpendidikan tinggi, jabatan istimewa. Ada anaknya yang jadi doktor, ada yang engineer, politikus, dsb. Oleh karena kejayaan itu keluarga merasakan ada kekuatan berdiri sendiri, tanpa bersandar dengan orang lain, mereka telah mencipta kejayaan hidup yang senang dan stabil. Orang begini biasanya lupa Tuhan, agama tidak ada di dalam kamus hidupnya, tanpa memikirkan Tuhan mereka boleh hidup istimewa, tanpa beragama mereka bisa senang. Mereka lebih istimewa hidupnya daripada orang beragama, mereka melihat memang ada orang yang beragama hidupnya miskin, susah, anak-anaknya tidak ada yang berpendidikan dan tidak memiliki jabatan tinggi, lantas memandang orang yang beragama itu hina, bahkan ada yang menuduh agamalah yang menjadi sebab mereka miskin, tidak berpendidikan tinggi dan tidak memiliki jabatan tinggi. Fikiran dan jiwa masyarakat umum pun sudah sama seperti fikiran mereka, sekalipun ada di kalangan mereka itu juga tidak maju dan tidak bernasib baik maka keluarga tadi dianggap orang yang berjaya di dalam hidupnya walaupun sudah kehilangan Tuhan dan agama.
Masyarakat memuji-muji dan menghormati mereka. Masyarakat menjadikan keluarga itu sebagai contoh, mereka dibicarakan oleh masyarakat di dalam obrolan-obrolan mereka, sekalipun menurut Tuhan mereka adalah orang-orang jahat dan fasik, tapi ukuran masyarakat adalah baik.
Begitulah apabila dunia yang menjadi ukuran bukan agama, orang baik dianggap jahat, orang jahat dianggap baik. Yang cemerlang dianggap malang, yang malang dianggap cemerlang.
Di dalam kehidupan kita di dunia ini, tidak kurang juga ada keluarga tidak maju di dalam pelajaran, tidak memiliki jabatan tinggi, tidak pula kaya, hanya hidup sederhana. Oleh karena mereka sadar membina nama dengan kecermelangan itu adalah mengikuti ukuran dunia bukan Akhirat, mereka hidup berbangga dengan pelajaran dan jabatan tinggi sedangkan mereka tidak berjaya memperolehnya. Mereka hendak mengembangkan nama dan glamor, mereka ingin disanjung tinggi dan dihormati, maka mereka pun mencari nama dengan jalan singkat, mereka membuat perkara-perkara yang sulit untuk mencari nama dan kemasyhuran, mereka pun memanjat gunung yang tinggi, atau berenang menyeberang di lautan dalam, maka mereka pun mendapat pujian negara.
Mereka diberi pangkat dan diberi gelaran wira bangsa oleh negara sekalipun mereka tidak berpendidikan tinggi dan memiliki jabatan istimewa dan tidak beragama, Tuhan tidak ada di kepalanya, maka mereka pun dianggap orang baik dan berjasa oleh negara atau bangsa. Padahal mengikuti pandangan Tuhan mereka adalah orang-orang jahat yang diberi gelaran baik. Mereka tertipu oleh nama dan gelaran. Mereka tidak mengharap keridhoan Tuhan, tapi mengharapkan keridhoan bangsa dan negara. Orang semacam ini termasuk orang yang tertipu di dalam kehidupan. Kalau tidak bertaubat dan mati, Nerakalah jawabannya.
Mungkin pandangan ini sensitif buat masyarakat, mungkin akan menjadi kemarahan bagi sebagian orang, yang sudah rusak cara berfikirnya dan yang sudah rusak jiwanya.
Orang yang tidak ada jasa pada bangsa dan negara hanya sekadar bisa panjat gunung yang tinggi dan bisa menyeberangi lautan yang dalam dan luas, kalau kita kritik, ramailah orang yang akan marah dan menuduh kita hasad dengki dan sebagainya
Padahal apa jasa mereka kepada bangsa dan negara lebih-lebih lagi kepada agama, sekadar menunjukkan kekuatan fisik padahal pada waktu menggapai kemampuan-kemampuan itu agama sudah terabaikan, Tuhan sudah dikebelakangkan. Mungkin di masa itu negara terpaksa menyumbang untuk keberhasilannya, sedangkan mereka tidak menyumbang apa-apa yang berbentuk material dan ilmu kepada bangsa dan negara.
Begitulah cara berfikir umat Islam hari ini di seluruh dunia termasuk pemimpin umat Islam mungkin juga ulama yang sudah begitu tersesat dan tersasar dari kebenaran. Yang sudah jauh daripada yang dikehendaki oleh Tuhan pencipta manusia itu sendiri.
Tidak kurang juga di dalam hidup kita ini kita bertemu dengan orang yang cemerlang di dalam bidang agama dan cemerlang juga di sudut dunianya. Berjaya di dalam kemajuan agama, berjaya di bidang kemajuan dunianya. Di bidang dakwah dia sukses menyadarkan dan menginsafkan sebagian manusia baik yang Islamnya dapat ditingkatkan keislamannya maupun dapat mengislamkan orang yang bukan Islam. banyak orang yang berubah, hasil didikan daripada jahat kepada baik, daripada tidak Islam menjadi Islam, banyak orang sayang kepadanya, karena dia membawa agama cintakan Tuhan dan cintakan sesama manusia tidak memikirkan manfaat untuk bangsa dan agama.
Di samping itu dia juga berjaya membawa pengikut-pengikutnya maju di sudut kemajuan dunianya dapat menegakkan ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya. Maka dia pun terkenal. Pengaruhnya besar, maka ada pula sebahagian pemimpin yang iri hati akhirnya hasad dengki. Pemimpin itu merasakan kepemimpinannya terkalahkan, takut pengaruhnya terkikis, maka untuk menjatuhkannya dia dituduh dengan berbagai tuduhan dan berbagai alasan, dia dituduh militan, tidak berbaur dengan orang, membawa ajaran sesat dan lain-lain lagi tuduhan untuk mempengaruhi rakyat agar dia munasabah ditangkap dan diharamkan gerakannya. Padahal orang itu menguntungkan bangsa, negara dan agama bahkan menjadi aset bangsa dan negara tapi oleh karena dia berpengaruh mengatasi pemimpin yang ada tetapi menyeleweng, maka dia dienyahkan dan dipinggirkan melalui hukuman yang dijatuhkan.
Begitulah bangsa Islam yang sudah rusak fikiran dan jiwanya, sekalipun seseorang itu menguntungkan bangsa, negara dan agama tapi pemimpin terancam, tidak menguntungkan pemimpin maka terpaksalah bangsa, negara dan agama menerima kerugian yang besar dan inilah salah satu sebab di akhir zaman tidak ada satu bangsa umat Islam yang kuat dan gagah karena sikap yang telah kita nyatakan tadi.
Di dalam hidup ini kita jumpai juga ada sekelompok manusia di kalangan umat Islam yang akhlak mereka telah rusak, banyak umat Islam yang telah menjadi mangsanya, terutama muda-mudi. Mereka merusakkan generasi di zamannya melalui pergaulan bebas, melalui suaranya, melalui budaya kuning dan liar yang selalu dipertontonkan.di layar kaca, di tempat umum. Dipamerkan akhlak mereka dan sikap hidup mereka di muka-muka surat kabar dan media-media massa. Kalau ada orang yang sadar dan mengkritik, karena perbuatan mereka sudah banyak orang yang rusak agama dan akhlaknya. Orang yang akan mempertahankan prinsip itu adalah para pemimpin mungkin juga ada sebahagian ulama. Bukan mereka tidak sadar bahwa prinsip itu telah merusakkan agama dan akhlak rakyat dan telah meliarkan muda-mudi daripada Tuhannya maka side effectnya berlaku banyak pembunuhan, zina, judi, kekacauan, tidak taat pada ibu bapa dan guru, perkelahian, vandalism dan lain-lain gejala sosial yang memeningkan kepala semua golongan masyarakat oleh karena mereka sudah terlalu lalai bukan saja mereka telah meninggalkan agama mereka, bahkan kemajuan dunia pun mereka abaikan dan cuek-kan.
Sebagian golongan yang menguasai masyarakat dan media massa bukan tidak sadar bahwa perbuatan mereka bisa merusakkan agama dan bangsa, tapi mereka mendapat untung dan tidak merugikan para pemimpin bahkan sebagian pemimpin mengambil peluang di tengah-tengah majlis bersama mereka itu. Maka sebab itulah para pemimpin membiarkan saja perbuatan mereka itu tanpa dibendung dan disekat, padahal sebagian mereka ada yang mampu membendung dan menyekat. Begitulah kalau pemimpin juga sudah rusak moral dan aqidah mereka, mereka juga turut hanyut di tengah masyarakat itu bukan saja mereka tidak mendapat cemoohan, bahkan memberi tempat yang leluasa untuk golongan perusak. Mereka disanjung dan dipuji, sehingga golongan perusak itu lebih berani lagi mencipta budaya liar dan tidak sopan hingga susah untuk dibatasi.
Kita juga menjumpai ada golongan pengusaha yang sangat sukses, hidup mewah dalam negara. Dia memberi kekuatan ekonomi kepada negara, menteri dan pegawai-pegawai tinggi negarapun segan dan hormat kepada mereka karena kekayaannya dia pun lupa daratan, agama itu hanya di upacara-upacara yang resmi saja, bergaul pun dengan orang yang se-kelas, dia hanya bergaul dengan para menteri saja. Pada mereka agama hanyalah untuk orang-orang kampung, orang-orang miskin dan ahli-ahli agama. Dia lebih populer daripada para menteri di mana ada menteri dia ada. Kalau menteri bersembahyang di masjid dia sama ikut bersembahyang di masjid. Bergaul dengan golongan bawahan jangan bermimpi kecuali mungkin di majlis-majlis resmi sekali-kali sebagai adat dan tradisi masyarakat.
Mereka itu walaupun tidak mempedulikan agama, tidak pernah ada orang menghardik. Mereka leluasa, negara pun bahkan bangga. Dia hendak berbuat apa pun tidak ada orang yang berani mengkritik, siapa berani mengkritik, dia orang penting negara, dia memberi kekuatan kepada ekonomi negara, seolah-olah mereka orang istimewa yang dikecualikan, maklumlah anak emas negara.
Begitulah kalau seseorang itu berkedudukan dan berstatus dunianya tinggi dan istimewa, kalaupun sikap hidupnya orang tidak suka, orang segan hendak mengata dan menghinanya. Tapi kalau orang itu beragama, berpengaruh pula, cuma dia bukanlah anak emas Negara sekalipun banyak pengikutnya, akan ada para pemimpin dan ahli agama yang iri hati dan sakit hati maka akan dicari-carilah kesalahannya. Kalau kecil pun kesalahannya maka akan dibesar-besarkan lebih-lebih lagi kalau ada perbuatan mereka yang tidak bisa diterima oleh masyarakat umum sekalipun ada di dalam ajaran agama tapi sudah tidak diterima lagi oleh banyak umat Islam apatah lagi mengamalkannya maka ada alasan untuk disesatkan agar orang itu ditolak oleh masyarakat Islam. Begitulah watak akhir zaman, yang haq selalunya ditolak, yang batil diterima. Orang baik dimusuhi, orang jahat dihormati karena ada keuntungan duniawi.
Oleh karena kebenaran dan yang haq itu dari Tuhan, maka kedudukannya teguh dan kuat karena dibelakangnya dibacking oleh Tuhan, jangka panjang yang benar dan haq itu akan terbukti. Akhirnya yang haq itu akan berjaya dan menang. Ia hanya sebagai ujian dari Tuhan kepada pejuang-pejuangnya. Memang sudah menjadi tradisi dan sunnatullah yang batil itu cepat berjaya dan menang. Yang haq lambat berjaya dan lambat menang.
Karena memang Tuhan memberlakukan begitu agar orang yang memperjuangkan kebenaran itu diberi pahala yang banyak, karena Tuhan ingin orang-orang-Nya itu sangat istimewa di Akhirat daripada dunia yang murah dan waktu yang sementara.























MODUL 10

Intergrasi Kaum

   

Kebersamaan kaum bukan perpaduan fisik, bukan karena perkongsian perdagangan atau berada sama-sama satu partai atau satu ideologi, perpaduan kaum juga bukan karena selalu bertemu di meja makan, perpaduan kaum bukan juga selalu bertemu di tempat perayaan organisasi dan bangsa, semua itu adalah berbentuk fisik atau lahir semata-mata .
Anggota lahiriah tidak merasa apa-apa atau tidak mengerti apa-apa, yang mengerti itu adalah akal, yang merasa itu adalah roh atau jiwa, kalau akal fikiran tidak selalu serasi, jika jiwa tidak ada perasaan bersama, pertemuan fisik itu tidak berarti apa-apa, bahkan semakin sering bertemu semakin jauh dihati, makin sering bertemu, jiwa pun semakin jauh, fakta Inilah yang berlaku di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di dalam satu partai, biasa berbeda pendapat sesama anggota partai biasa ada team-team dan kroni-kroni, dan trik-trik yang saling menjatuhkan satu sama lain, di dalam satu ideologi biasa terjadi perpecahan, perbedaan pendapat, permusuhan dan peperangan,
kongsi perdagangan biasa terjadi perselisihan dan ada yang menjadi pecah kesepakatan Karena fikiran tidak bertemu, hati tidak serasa, mungkin satu kaum atau satu bangsa tidak bisa bersatu,
Disini memberitahukan kepada kita bahwa perpaduan itu bersifat rohani dan maknawi berdasarkan akal dan jiwa jarang bertemu, tidak berada dalam satu partai pun tidak masalah kalau fikiran selaras dengan jiwa dirasakan bersama. sekali pun satu kaum, satu bangsa ataupun satu partai amat susah dan tidak mudah untuk memberlakukan seperti yang dikatakan tadi.
Kategori Kebersamaan :
1. Kebersamaan yang terpaksa
Ia datang secara mendadak dan tiba-tiba perpaduan seperti ini hanya sementara tidak kekal, apabila satu bangsa atau kaum diserang oleh musuhnya, Terpaksa bersatu untuk menghadapinya. setelah selesai menghadapi musuh, perpecahan atau permusuhan terjadi lagi .
2. Kebersamaan yang dipaksa atau yang diundang-undangkan oleh negara karena kepentingan bersama, demi keselamatan dan keharmonisan bangsa, kalau tidak resikonya diterima bersama. perpaduan ini hanya sebagai etika saja terpaksa berperan atau pura-pura karena takut dihukum oleh negara
3. Kebersamaan yang bersifat ideologi
Rakyat dididik semenjak di sekolah oleh negara hingga fanatik, seolah-olah dia sudah jadi aqidah atau agama atau jiwa bangsa. perpaduan ini agak kuat daripada yang telah diceritakan tadi, tapi ia agak bahaya karena apabila rakyat sudah jadi fanatik dengan ideologi, Mereka akan memusuhi bangsa lain atau yang tidak se ideologi, ini bisa mengundang banyak musuh seperti terjadinya perang dunia yang kedua, mereka berperang karena ideologi, akhirnya kebersamaan tidak berguna, karenanya dunia menjadi kacau.
Kebersamaan yang telah disebut masih perpaduan secara kasar atau ngambang atau masih ada kesenjangan, perpaduan masih menggunakan otak, belum bersifat rohani atau kejiwaan, masih terdapat kelonggaran di sana sini karena belum global.
Perpecahan itu juga banyak berhubungan dengan sifat-sifat mazmumah atau peringai jahat manusia, karena sombong, dengki, mementingkan diri sendiri, hidup nafsi-nafsi, berdendam, pemarah, tamak, bakhil, zalim, khianat dan lain-lain, bisa memecah belah manusia
Perpaduan yang disebutkan tadi tidak mampu membuang mazmumah, kebersamaan itu hanya secara kasar saja, perpaduan masih bersifat luaran kalaupun ada yang bersifat kejiwaan hanya lobi-lobi dan dipaksa-paksa.
Ada kebersamaan yang lebih kuat dan sejati lagi hakiki perpaduan yang lebih bersifat sejagat serta lebih global, Ia bersifat maknawi dan rohani, ia bersifat akal dan kejiwaan yang bisa membunuh sifat-sifat mazmumah, yang mampu memecah belahkan manusia sekalipun di dalam satu keluarga. Ia bisa mengikat kaum dan bangsa, warna kulit dan bahasa. ia adalah kepunyaan bersama seluruh manusia inilah dia perpaduan yang keempat,
Apa itu perpaduan yang keempat ? ialah perpaduan ikatan akal dan jiwa manusia .yaitu takut dan cinta akan Tuhan serta selaraskan akal fikiran
Takut akan Tuhan, takut hendak berbuat salah kepada sesama manusia, tidak ada perbedaan antar sesame manusia. Cinta akan Tuhan otomatis cinta akan sesama, datanglah rasa perikemanusiaan lahirlah saling tolong-menolong, membantu sesama dan bekerjasama.
Tuhan adalah kepunyaan bersama seluruh manusia tidak melihat apa kelompok, kaum, bangsa dan negaranya. Ikatan idiologi kepunyaan sesuatu kelompok bukan kepunyaan bersama bahkan ciptaan manusia Begitulah juga ikatan yang diperundang-undangkan atau terpaksa, tidak semuanya cocok, tapi Tuhan milik bersama, Ikut Tuhan tidak ada hasad, dengki, tidak ada sombong, tamak dan lain-lain sifat yang memecah belah manusia, takut dan cintakan Tuhan, Dia adalah kepunyaan bersama maka Dia menjadi pengikat semua kaum dan bangsa
Wahai manusia sejagat ! Sekiranya kita inginkan perpaduan sesama manusia, tidak kecuali kaum dan bangsa, ilmu yang disebut perlu ada, agar melakukan kebersamaan ada panduan dan kaidahnya, di sini diingatkan perpaduan tidak semudah yang di sangka, tidak cukup dengan slogan-slogan dan diundang-undangkan oleh negara,
Kalau mazmumah saja masih ada di dalam diri manusia, manusia sulit untuk maju bersama, bukan saja tidak bisa bersatu seluruh kaum dan bangsa, satu keluarga pun sulit melakukannya, Kalau idiologi sudah sama, artinya fikiran sudah sama. Mazmumah juga penghalangnya adalah Mazmumah lebih banyak memecah belah sesama manusia, sekalipun dalam satu keluarga, Jika satu agama belum bisa bersatu secara kokoh kalau membiarkan mazmumah merajalela
Mazmumah hanya bisa ditumpas dengan hanya takut dan cinta akan Tuhan, sekadar idiologi tidak mampu membendungnya padahal mazmumahlah yang banyak memainkan peranan memecah belah sesama manusia

TIDAK TAKUT TUHAN PUNCAK MASALAH

Modul 2



   


Di dunia ini, orang yang menilai masalah tidak sama. Kebanyakan masalah tidak disukai orang. Masalah yang dimaksudkan ialah sesuatu yang orang tidak suka. Jadi, masalah yang tidak disukai oleh manusia dinilai tidak sama. Kadang-kadang masalah tidak dikatakan masalah. Kadang-kadang bukan masalah dikatakan masalah. Pandangan orang secara umum hari ini, di antara masalah itu sangat ditakuti orang bahkan hendak diberantas. Di antaranya masalah kemiskinan, sakit atau kemunduran. Pada Tuhan dan pada orang bertaqwa, sakit, miskin dan kemunduran bukan masalah. Tuhan tidak berkata siapa mundur berdosa atau masuk neraka. Adakah hadis atau Al-Qur’an yang mengatakan demikian? Siapa sakit masuk neraka? Siapa sakit Tuhan benci?. Kalau tidak ada, maknanya itu menunjukkan bukan masalah.
Kenapa kalau Tuhan menganggap negatif itu bukan masalah, justru itulah yang dianggap masalah. Semua pemimpin, ulama atau rakyat, itulah yang dianggap masalah Sebenarnya, apakah masalah yang paling besar? Masalah yang paling besar ialah dari masalah itulah yang bukan menjadi masalah, yang masalah menjadi masalah yang lebih besar. Siapakah yang dapat menjawab persoalan ini?
Masalah yang paling besar ialah tidak takut Tuhan. Tetapi tidak pernah orang sebut, masalah tidak takut Tuhan itu yang paling besar, masalah yang paling besar di dunia hari ini ialah orang tidak kenal dan tidak takut Tuhan. Bila orang tidak kenal dan tidak takut Tuhan, yang bukan masalah menjadi masalah. Contohnya, kemiskinan menjadi masalah kepada orang miskin. Bila menjadi masalah, orang susah hati, menderita, menjadi risau dan resah, maka ia menjadi masalah. Akan lebih lagi menjadi masalah kalau mereka tidak sabar. Akhirnya mereka mencuri, menipu, merampok dan mungkin membunuh orang. Bila masalah yang pertama itu ada, yaitu tidak takut Tuhan, yang tidak menjadi masalah akhirnya menjadi masalah.
Begitu juga bila orang tidak takut Tuhan, yang bukan masalah menjadi masalah. Apakah yang bukan masalah menjadi masalah ?. Pandai bukan masalah, Kaya bukan masalah karena semua orang suka. Jabatan tinggi bukan masalah sebab semua orang suka. Jadi pemimpin juga bukan masalah. Tetapi bila masalah yang satu itu ada yaitu tidak takut Tuhan, yang bukan masalah menjadi masalah. Banyak manusia yang tidak faham.
Contohnya pandai itu bukan menjadi masalah tanya siapapun. Tidak ada siapa pun yang tidak mau menjadi pandai karena ianya menjadi masalah. Tidak ada yang mengatakan yang pandai itu akan menjadi penyakit masyarakat. Tetapi hari ini, kepandaian sudah menjadi masalah karena tidak takut Tuhan. Bila pandai tetapi tidak takut Tuhan, muncul sifat sombong hingga menjadi masalah. Datang rasa ego hingga menjadi masalah. Padahal kepandaian sebenarnya bukan masalah. Tetapi bila manusia tidak takut Tuhan, yang bukan masalah menjadi masalah. Bila pandai dan tidak takut Tuhan, dia menghina orang yang tidak pandai. Bukankah itu sudah menjadi masalah? Asalnya kepandaian bukan satu masalah. Mengapa jadi begitu? Sebab tidak takut Tuhan. Orang yang tidak takut Tuhan di berantas dulu. Ini puncak masalah. Supaya orang takut Tuhan. Kalau orang tidak takut Tuhan, yang bukan masalah menjadi masalah. Kalau memang menjadi masalah, bertambah lagilah permasalahan dan berentetan masalah.
Contoh lagi kaya juga bukan masalah. Semua orang ingin menjadi kaya. Tetapi bila tidak takut Tuhan, orang kaya akan melahirkan masalah menjadi bakhil, tamak, sombong, pemubaziran, nafsi-nafsi, menghina orang miskin dan lain-lain. Coba lihat, berapa banyak masalah dari sesuatu yang bukan masalah karena tidak takut Tuhan.
Menjadi pemimpin bukan masalah. Semua orang suka dengan adanya pemimpin. Semua rakyat suka pemimpin, dirinya pun suka menjadi pemimpin. Itu bukan masalah. Semua orang tahu itu bukan masalah. Tetapi bila tidak takut Tuhan, itu menjadi masalah. Bila dia sudah dapat jabatan, menjadi sombong. Ada kepentingan diri, menjadi zalim, lebih-lebih lagi bila hendak mempertahankan kedudukan. Dia akan basmi musuh-musuhnya. Dia akan bagikan uang supaya ada orang mempertahankan dia. Ini menunjukkan asalnya bukan masalah tetapi bila tidak takut dengan Tuhan, akhirnya menjadi masalah.
Manusia menganggap masalah yang remeh dikatakan menjadi masalah. Katakah miskin itu adalah masalah. Itu remeh tetapi sudah jadi masalah besar. Bahkan dunia hari ini, perkara yang bukan masalah karena tidak takut Tuhan, lahirlah masalah yang bukan masalah, yang lebih besar daripada asalnya bukan masalah. Kerusakan oleh orang yang miskin hanya kecil-kecil saja. Kerusakan yang dilakukan oleh orang bodoh hanya kecil-kecil saja. Tetapi kerusakan yang dibuat oleh orang-orang cerdik pandai atau pemimpin mengakibatkan terpuruk dan habis uang serta khazanah. Itulah masalah yang ditimbulkan oleh cerdik pandai. Sebab itu bila lebih banyak yang dikatakan masalah maka semakin banyak masalah yang timbul.
Perkara kecil jadi besar dan masalah besar dikatakan kecil. Ada masalah paling besar tidak dianggap masalah yaitu masalah tidak takut Tuhan. Dari tidak takut Tuhan melahirkan macam-macam masalah. Yang tidak menjadi masalah pun akhirnya menjadi masalah karena tidak takut Tuhan.
Jadi hal-hal yang beginilah yang para pejuang kebenaran dimunculkan. Buah fikiran ini mesti diketengahkan di waktu orang tidak tahu permasalahan ini. Kalau tidak kenal masalah, masalah tidak akan habis. Makin difikirkan masalah, makin banyak masalah. Padahal bagi Tuhan, siapa pun yang perjuangkan kebenaran, masalah paling besar ialah orang tidak takut Tuhan. Bila tidak takut Tuhan, yang buruk bertambah buruk dan yang baik menjadi buruk. Jabatan baik tetapi bila tidak takut Tuhan, ia jadi negatif.
Para pejuang mesti berani kemukakan dalam forum, ceramah, motivasi dan dalam majalah/surat kabar atau bahkan internet, supaya dunia melihat apa sebenarnya masalah yang terjadi. Kalau tidak kenal masalah sebenarnya, masalah tidak akan habis. Bahkan bila makin memikirkan masalah, makin banyak masalah.
Saya ulang lagi. Masalah yang paling besar ialah tidak takut Tuhan. Bila tidak takut Tuhan, yang positif jadi negative dan yang negative bertambah negative. Yang baik pun menjadi buruk. Yang buruk bertambah buruk. Puncaknya karena tidak takut Tuhan karena orang yang tidak takut Tuhan akan menyalahgunakan apa yang ada seperti menyalahgunakan kemiskinan, kemunduran, sakit, ilmu, kekayaan, jabatan, kepandaian dan lain-lain. Positif dan negative menjadi sama. Yang buruk tetap buruk, yang baik pun menjadi buruk karena tidak takut Tuhan. Biarlah yang baik tidak jadi masalah. Biarlah masalah jadi masalah, mengapa yang bukan masalah jadi masalah. Masalahnya ialah tidak takut Tuhan.

PEJUANG KEBENARAN ADALAH PENYELAMAT

MODUL 1



   

Sebenarnya pejuang-pejuang kebenaran itu sepanjang zaman, sejak dari Rosul-rosul dan Nabi-nabi hingga akhir zaman, mereka itu adalah orang Tuhan. Kalau benar apa yang diperjuangkan itu adalah sesuatu dari Tuhan, artinya mereka adalah orang Tuhan. Orang-orang Tuhan ini berjuang, datang ke tengah masyarakat, datang kepada kaumnya, bangsa dan sahabatnya adalah sebagai penyelamat, walau mereka mengaku pejuang kebenaran atau zaman sekarang ini dikatakan memperjuangkan Islam tetapi kalau bukan bersifat penyelamat, itu bukan pejuang kebenaran, bukan orang-orang Tuhan. Itu adalah penipu-penipu. Menjual nama Tuhan untuk kepentingan diri atau untuk kepentingan kelompok-kelompoknya.
Orang Tuhan datang ke tengah masyarakat tetapi tidak membawa keselamatan. Bukan penyelamat. Sedangkan Tuhan itu penyelamat. Sebab itu, kalau hanya sekadar pengakuan, slogan-slogan, itu bukan penyelamat. Jadi, tolong perhatikan bahwa orang-orang Tuhan adalah penyelamat. Penyelamat apa?
Penyelamat dari miskin kepada kayakah? dari pada bodoh kepada cerdikkah? Itu terlalu kecil. Yang besar ialah : Pejuang-pejuang kebenaran memperjuangkan untuk menyelamatkan aqidah umat.
Siapa saja yang mempejuangkan kebenaran dari dahulu hingga sekarang, yang akan diselamatkannya adalah aqidah umat, kaumnya dan bangsanya. Sebab itu, kalau kita baca Qur’an terutama ayat-ayat Makkiyah, karena Tuhan itu hendak menyelamatkan aqidah hamba-Nya, maka melalui Rosulullah dan Sahabat-sahabatnya yang merupakan orang-orang Tuhan, Tuhan promosikan diri-Nya dengan sangat banyak sekali. Selama 13 tahun Allah promosikan diri-Nya. 13 tahun ayat-ayat Makkiyah turun, Tuhan perkenalkan diri Nya. Mengenalkan diri itu ada 2 tahap yaitu :
a) Untuk membetulkan aqidah. Agar manusia jangan mempertuhankan jin, patung, malaikat dan sebagainya.
b) Yang kedua, bila orang sudah menerima Tuhan itu adalah Allah, diperjuangkan pula supaya orang takut dan cinta Tuhan.
Jadi aqidah itu ada 2 tingkat. Yang pertama hendak membetulkan iman dan yang kedua agar sampai takut dan cinta pada Allah. Kalau kita belajar Sifat 20 sekedar hanya sahkan aqidah dan iman. Takut dan cinta kepada Tuhan tidak berlaku karena bersifat otak dan falsafah. tidak masuk ke dalam hati. Sebab itu ia tidak akan membuat sampai takut dan cinta pada Tuhan. Ia sekadar untuk percaya. Sepakat masih sahkan iman.
Kita lihat dalam Qur’an, masya Allah,Tuhan promosikan diri-Nya supaya orang takut, cinta dan mabuk serta gila dengan-Nya. Tidak salah gila dengan Tuhan. Sebab itu Rosulullah berkata, “Ingatlah Allah banyak-banyak sampai orang bilang engkau gila.” Ini tahap kedua.
Kalau kita baca Qur’an terutama ayat Makkiyah, Tuhan memposisikan diri-Nya, seolah-olah Tuhan masuk pilihan utama.
Di zaman Firaun, Dia bertanding dengan Firaun. Waktu itu dia promosikan diri-Nya. Memaksa kepada manusia. “Akan menjadikan Aku pemimpin atau Namrud sebagai pemimpin. Namrud itu Aku yang jadikan. Tidak hebatkkah Aku? Patut engkau jadikan Aku sebagai pemimpin. Namrud itu seperti kamu juga. suka letih dan suka tidur. Aku tidak. Aku tidak makan dan tidak minum. Aku Pencipta. Namrud pun Aku yang ciptakan. Maka hendaklah kamu lantik Aku sebagai pemimpin.”
Setiap masa Tuhan membuat posisi pilihan utama dengan pemimpin-pemimpin di dunia. Yang tukang memastikan adalah para pejuang kebenaran, para Rasul, Nabi, Sahabat, Tabiin, Tabiut tabiin dan siapa saja yang memperjuangkan Tuhan. Itu dia tukang-tukang memastikan Tuhan. Supaya manusia memilih Tuhan. Janganlah pilih pemimpin-pemimpin dunia.
Tuhan tidak istirahat dari mempromosikan diri Nya. Tetapi, begitupun Tuhan memaksa diri-Nya bersaing dengan pemimpin dunia. Waktu sekarang Dia sedang bertanding dengan Obama. Yang lain itu semuanya pengikut Obama. Ada di Indonesia, Pakistan, China, Eropah dan seluruh dunia. Pemimpin-pemimpin di seluruh dunia, itu semua pengikut Obama. Yang besar Obama. Tuhan sedang mengagungkan diri Nya tetapi tukang mengagungkan Tuhan tidak banyak. Yang ramai tukang mengagungkan Obama. Sebab itu Obama menonjol tetapi Tuhan kurang tertonjolkan. Lahirnya banyak pemimpin-pemimpin yang bukan Tuhan. Sebab itu Tuhan sangat mempromosikan diri-Nya supaya orang takut dan cinta.
Coba kita lihat ayat Qur’an secara umum tentang bagaimana Tuhan mempromosikan diri-Nya, mengagungkan diri Nya, mengajak orang mengakui diri-Nya, diri Nya pemimpin. Di antaranya Tuhan berfirman:
“Hai manusia! Langit dan bumi Aku yang jadikan. Hai manusia! Dunia dan akhirat serta Kamu semua, Aku yang jadikan”.
“Hai manusia! Ingat, di tangan Aku kekuasaan. Tiada seorangpun boleh menggugat. Aku menghidupkan dan Aku mematikan”.
“Aku menentukan nasib semua makhluk. Aku bisa kayakan dan bisa miskinkan. Aku bisa sakitkan dan sehatkan”.
“Aku bisa ledakkan semua gunung. Aku bisa gempakan bumi untuk mengazab kamu semua bila kamu derhaka dengan Aku”.
“Akulah yang memberi rezeki. Nafas kamu itu Aku yang jaga. Seluruh yang ada, Aku yang tadbir. termasuk di alam ghaib atau alam nyata, Aku yang mentadbir. Aku yang mendidik, menyelamatkan, menjadikan. Tidak tampakkah kekuasaan Aku?”
“Tidak takutkah dengan Aku? Mengapa engkau hendak jadikan Namrud, Firaun, Abu Jahal, Obama dan siapa lagi sebagai Tuhan. Tidak tampakkah Aku yang sebenarnya Tuhan?”
Jadi Tuhan meminta, siapa yang hendak pejuangkan kebenaran, membawa amanat ini. Tuhan promosikan diri-Nya dan meminta untuk disebarkan.
Kamu sebagai lidah-lidah untuk promosi Tuhan. Apakah begitu? Tidak. Pejuang-pejuang Islam hari ini yang katanya memperjuangkan kebenaran, yang disuruh ialah membesarkan ekonomi atau masalah kemiskinan. Tuhannya hilang.
Dikatakan ini satu perjuangan kebenaran sedangkan ini satu penipuan. Yang dipromosikan makan minum, kemudahan hidup, promosi jalan raya, hendak memberikan biasiswa, atau hendak hidup sempurna. Tuhan tidak diutamakan. Tuhan tidak dikenalkan, tidak ditakuti dan dicintai.
Jadi kita pejuang-pejuang Tuhan, hindarkan itu semua. tugas utama kita ialah Tuhan. Pejuang-pejuang kebenaran itu yang utama ialah hendak menegakkan aqidah umat, aqidah ada 2 tahap. Tahap pertama ialah hendak mengesahkan Iman. Yang susahnya ialah yang kedua yaitu bagaimana sampai cinta kepada Tuhan, sampai orang takut Tuhan dan mabuk dengan Tuhan serta merasakan bahwa Tuhan adalah segala-galanya.
Bahwa Tuhan maha besar, maha agung dan maha berkuasa. Supaya hati penuh rasa berTuhan, baik sedang duduk atau berjalan, rasa berTuhan penuh dihatinya. Karena sudah takut Tuhan dan cinta Tuhan.
Aqidah yang kedua ini sangat susah. Yang pertama tadi, banyak orang berbuat. Sebab itu sifat 20 tidak lepas.
Kalau mengaji sifat 20 pasti dipelajari, tetapi selepas itu dilupakan. Maka aqidah tahap yang kedua tertinggal. hendak mencintai Allah dan takut Allah terabaikan. Takut dan cinta itu tidak lagi diperjuangkan dan diusahakan.
Jadi, tujuan perjuangan yang pertama yaitu selamatkan aqidah umat dari berTuhankan selain Allah kepada berTuhankan Allah. Daripada orang takut selain Allah kepada takut akan Allah. Dari cinta akan selain Allah kepada cinta kepada Allah. Inilah yang pertama dan utama.
Perjuangan kebenaran yang kedua, menyelamatkan akhirat manusia. Dari pada manusia mencintai dunia, mengutamakan dunia kepada manusia yang mengutamakan akhirat dan cinta akhirat.
Tuhan promosikan juga akhirat-Nya. Bagaimana hebatnya akhirat-Nya. apalagi tentang nikmatnya memang sangat hebat.
Kalau kita baca ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya banyak menunjukkan Tuhan mempromosikan akhirat daripada dunia. Di antara yang Tuhan promosikan, akhirat lebih utama, lebih baik dan lebih kekal. Itu diantara yang Tuhan jelaskan supaya orang mengutamakan akhirat dan cinta akhirat.
Tuhan memberitahu bahwa selepas engkau hidup, engkau akan dimatikan dan selepas itu engkau akan dipersoalkan.
Ada 4 tahap yang akan engkau lalui yaitu:
1. alam mati
2. alam barzah
3. alam padang masyar
4. alam akhirat
Hingga Tuhan beritahu bahwa tidak ada harganya dunia ini. Dalam hadis Tuhan menceritakan dengan menggunakan lidah Rosulullah, dunia dan segala isinya ini harganya sama dengan sayap nyamuk. Hebatkah dunia itu? Kalau seperti itu harga dunia, Aku tidak berikan orang kafir makan. Siapa yang ingkar atau menentang, Aku takkan beri makan. Tetapi oleh karena Aku pandang dunia itu sebesar sayap nyamuk harganya. Tuhan anggap betapa hinanya dunia. karena dunia tidak ada harga di sisi Allah.
Tuhan berfirman “Ambillah !” . Begitu Tuhan hendak bandingkan dunia dan akhirat. Tidak ada harga langsung dunia ini jika dinisbahkan dengan akhirat. Tuhan beritahu, bandingkan dunia dengan akhirat seperti kita hidup 1 jam saja di dunia.
Katakan hidup kita di dunia selama 1000 tahun, di akhirat nanti rupanya setara dengan satu jam. Karena hidup satu jam hendak masuk ke neraka? Hidup satu jam, hendak dipertahankan? Sampai kita durhaka dan lalai dengan Tuhan.
Hingga sanggup kekal abadi dalam neraka. Ini manusia bodoh dan tidak bisa berfikir karena mempertahankan hidup satu jam.
Oleh karena cinta dunia, dampaknya ribut dan jatuh-menjatuhkan. Sanggup fitnah memfitnah. Karena cinta dunia, sanggup berpecah-belah, hilang kawan dan saling bunuh. Datang penyelamat dan datang pejuang-pejuang Tuhan. Hendak membetulkan fikiran, dari cinta dunia kepada cinta akhirat. Daripada mengutamakan dunia kepada mengutamakan akhirat.
Tetapi bila disebut keindahan dunia, masuk akal, hati dan nafsu. Oleh karena itu manusia yang mengutamakan dunia dan cinta dunia, dunia sudah huru-hara. Bila huru-hara itulah neraka sebelum neraka.
Bagi pejuang-pejuang kebenaran, yang kedua ialah hendak membuat manusia cinta akan akhirat lebih dari cinta akan dunia.
Begitu juga pejuang-pejuang kebenaran sepanjang masa dan zaman datang ke tangan umatnya, kaumnya, saudaranya dan masyarakatnya hendak menyelamatkan huru-hara hidup kepada hidup selamat, aman-damai, berkasih sayang, bersatu-padu, orang kaya menolong orang miskin, yang miskin doakan orang kaya, pemimpin menaungi dan rakyat taat, berbaik-baikan seperti satu keluarga, seolah-olah orang lainpun keluarganya juga.
Supaya aman damai rumah tangga. Berkasih sayang sesama anak dan isteri. Supaya ekonomi berjalan baik, politik berjalan dengan baik, maka Tuhan datangkan penyelamat. Tuhan datangkan penyelamat untuk membawa syariat Tuhan, promosikan Tuhan supaya dengan syariat itu hidup aman damai, kasih sayang, harmonis, bahagia karena syariat Tuhan saja yang menyatukan orang, menghidupkan kasih sayang, hidup bekerjasama, hormat-menghormati, berperikemanusiaan, aman damai dalam keluarga, aman damai dalam masyarakat dan dalam kehidupan.
Jadi pejuang-pejuang kebenaran mempromosikan syariat supaya syariat menjadi ilmu yang dihayati dan diapplikasikan dalam kehidupan. Maka itulah jalan selamat yang mana selama ini tidak selamat akan menjadi selamat setelah pejuang-pejuang kebenaran mempromosikan Tuhan. Itu yang ketiga. Tetapi apakah itu berlaku? Kalau adapun sangat sedikit. Sebaliknya hendak pejuangkan hudud. Hudud itu mabuk daripada keseluruhan syariat.
Padahal syariat itu khazanah, himpunan ilmu dan merupakan peraturan, disiplin hidup dan sistem hidup. Kalau diamalkan manusia bisa membuat syurga sebelum syurga yang hakiki. Inilah penyelamat. Penyelamat yang telah membuatkan manusia daripada huru-hara kepada aman damai dan berkasih sayang. Inilah promosi Tuhan sepanjang masa.
Begitu juga, pejuang-pejuang kebenaran sepanjang masa datang menyelamatkan umat tentang akhlak. Daripada akhlak yang jahat kepada akhlak yang baik. Daripada akhlak yang hina kepada akhlak yang mulia. Daripada akhlak yang bertaraf hewan kepada akhlak bertaraf malaikat. Inilah tugas pejuang-pejuang kebenaran sepanjang zaman. Menguruskan akhlak manusia, daripada bakhil kepada pemurah. Daripada sombong kepada tawadhu. Daripada ingin glamor kepada menghinakan diri kepada Allah. Daripada rasa benci dan suka prejudis dengan manusia datang rasa kasih sayang. Ini penyelamat yaitu tahap keempat, Soal-soal yang lain itu seperti makan minum, tempat tinggal atau pakaian, Tuhan tidak ambil pusing.
Bahkan soal-soal ini, kadang-kadang Tuhan katakan contohnya, seorang itu miskin, kalau penyelamat, tunjuklah jalan untuk kaya. Tetapi kadang-kadang Tuhan berkata sabarlah. Ini adalah hal yang remeh, Tuhan tidak menyuruh memperjuangkan supaya menjadi kaya tetapi Tuhan kata sabarlah. Contohnya kalau sakit, Sepatutnya pejuangkan rumah sakit atau Tuhan suruh orang-orang-Nya perjuangkan kesehatan.
Sebaliknya apa yang Tuhan pesan kepada orang-orang-Nya ialah sakit itu pahala, Tuhan ridho dan Tuhan sayang. Sakit itu karena Tuhan hendak tinggikan derajat di syurga. Jelas bahwa hal yang remeh-temeh Tuhan tidak mengurusnya..
Berapa banyak partai Islam di seluruh dunia, yang hendak mereka selesaikan ialah makan-minum. Kata mereka, kalau kami berkuasa, kami hendak berusaha kayakan orang. Kalau kami berkuasa kami hendak selesaikan hidup orang. Apa maksud itu semua? Benda yang remeh-temeh yang diperjuangkan. Mana dunia tidak haru-biru? bagaimana tidak menjadi neraka dunia? Jelas di sini masalah yang utama dilupakan. Kalau yang memperjuangkan ideologi, kita tidak fikirkan karena memang menempuh neraka. Memang mereka fikirkan dunia semata-mata. Yang kita persoalkan ialah yang memperjuangkan Islam. Sama saja dengan orang memperjuangkan ideologi. Yang diperjuangkan adalah makan minum, tempat tinggal dan benda yang remeh-temeh, itu yang dibesar-besarkan.
Sebab itu kita perjuangkan 4 perkara yaitu:
1. Aqidah
2. Akhirat
3. Syariat
4. Akhlak
Sebab itu dalam sajak dan nasyid-nasyid, kita besar-besarkan Tuhan, promosikan dan tonjolkan Tuhan. Sebab kalau yang kita tonjolkan orang baik tidak akan marah. Tetapi kalau hendak tonjolkan seorang pemimpin yang salah, orang marah. Hendak tonjolkan seseorang yang salah, mereka marah. Kalau perjuangkan Tuhan, kalau ada yang hendak marah, itu Firaun atau Nambrud akhir zaman. Inilah tugas kita. Maka pejuang-pejuang kebenaran itu hakikatnya adalah orang Tuhan yang hendak menyelamatkan manusia.